Ceramah Master Cheng Yen: Giat Menanam Ladang Berkah
Saat
hidup dalam kondisi aman dan tenteram, kita harus senantiasa bersyukur. Selain
bersyukur, kita juga harus lebih menyadari berkah dan menciptakan berkah karena
penderitaan di dunia ini sungguh banyak.
Kita
dapat melihat bencana banjir di Sri Lanka. Kini sudah ada beberapa organisasi
amal yang memberikan bantuan, termasuk Tzu Chi. Beberapa hari lalu, relawan Tzu
Chi sudah mulai menyiapkan makanan hangat. Anggota TIMA juga sudah terjun ke
lokasi bencana untuk melakukan survei sekaligus mengadakan baksos kesehatan. Inilah
yang tengah Tzu Chi lakukan dengan penuh kekuatan cinta kasih.
Saat
hidup penuh berkah, kita harus menyadari berkah, menghargai berkah, dan lebih
banyak menciptakan berkah. Ini yang harus selalu kita sadari. Memandang ke
seluruh dunia ini, kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus.
Lihatlah
Beijing. Badai pasir yang menerjang menyebabkan kabut pasir tebal. Aktivitas
manusia telah menyebabkan lingkungan kita tercemar. Selain Beijing, seluruh
dunia juga terkena dampaknya. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk
menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan udara agar kita dapat menghirup
udara yang segar dan memiliki tempat tinggal yang aman.
Ini
harus dilakukan oleh setiap orang. Contohnya Relawan Zhang di Beijing. Dia
sangat mendedikasikan dirinya untuk melakukan daur ulang setiap hari. Dia
sangat berfokus dalam melakukan kegiatan daur ulang. Dia berkata bahwa selama
sesuatu itu benar, maka kita harus melakukannya. Jika ada orang yang mengajak
sesama untuk bersama-sama bersumbangsih, bukankah ini sangat baik?
Lihatlah
mereka menata barang daur ulang dengan sangat rapi. Mereka menjaga kebersihan
barang daur ulang mulai dari sumbernya. Mereka berhasil menyosialisasikannya. Upaya
mereka sungguh terpuji. Ini tidak dapat dilakukan oleh satu orang saja, tetapi
dibutuhkan upaya semua orang. Jadi, kegiatan daur ulang membutuhkan partisipasi
banyak orang. Ini sangatlah penting.
Kita
juga melihat Ibu Dengdari Changsha, Tiongkok yang melihat lingkungan tempat
tinggalnya sangat berantakan dan kotor.
“Dahulu, lingkungan di sini sangat kotor dan berantakan. Saya berpikir untuk tidak tinggal di sini lagi. Saya ingin menjual rumah di sini, tetapi suami saya tidak menyetujuinya. Jika ingin terus tinggal di sini, saya harus mengubah lingkungan ini. Karena itu, saya bertekad untuk melakukan daur ulang. Ditambah lagi, saya adalah seorang relawan Tzu Chi. Ke mana pun pergi, relawan Tzu Chi adalah sebutir benih. Saya ingin menjadi sebutir benih yang bertunas di sini,” kata Deng Jin-lian, relawan daur ulang.
“Berhubung
tidak dapat pindah, saya harus mengubah lingkungan di sini.” Demikianlah Ibu
Deng membangun tekad untuk mempraktikkan ajaran saya dalam kehidupan
sehari-hari. Dia berkata bahwa dia pernah mendengar saya bercerita tentang
kisah seekor burung pipit. Saat terjadi kebakaran hutan, tidak ada orang yang
datang memadamkan api.
Karena
itu, burung pipit tersebut rela mencelupkan tubuhnya ke dalam air, lalu terbang
ke hutan untuk memadamkan api. Tanpa takut bekerja keras, burung itu terbang
bolak-balik. Ibu Deng berkata bahwa dia bertekad untuk seperti burung pipit itu.
Tekadnya sungguh membuat orang tersentuh. Dia mengajak warga di komunitasnya untuk
menjaga kebersihan barang daur ulang.
Selain
ikut serta dalam melakukan daur ulang, setiap warga di sana juga melakukan
pemilahan terlebih dahulu di rumah sebelum mengantarkannya ke tempat daur
ulang.
“Bumi
kita tengah mengalami kerusakan perlahan-lahan. Karena itu, kita harus berusaha
semaksimal mungkin untuk melindungi bumi kita,” ujar Yuan Jia-yi, siswa.
“Selama dua hingga tiga tahun ini, sekitar 50 persen warga di sini mulai aktif ikut serta dalam kegiatan daur ulang ini.Saya merasa hubungan antar warga di komunitas menjadi lebih dekat,” kata Li Dan, seorang warga.
Lihatlah
mereka melakukannya dengan bersungguh hati. Selain itu, mereka juga menyosialisasikan
pola makan vegetaris. Mereka menjaga kemurnian fisik dan batin mereka. Mereka
juga mengajarkan konsep pelestarian lingkungan kepada anak-anak sekaligus
mengajak mereka untuk berpartisipasi.
Selain
pendidikan di sekolah, masih ada banyak kesempatan untuk mendidik anak dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap orang hendaknya memahami pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan. Jika setiap orang di komunitas dapat melakukan daur
ulang, bukankah tingkat pencemaran akan berkurang?
Kita
sudah pernah mengulas bahwa kini pelestarian lingkungan sudah menjadi isu
global. Setiap orang bertanggung jawab atas ini. Kita harus menginspirasi lebih
banyak orang untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pendidikan sangatlah
penting. Pendidikan harus didasari pikiran yang jernih dan murni. Dengan hati
yang tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh, baru kita dapat membimbing semua
makhluk.
Dari
laporan berita, kita mendengar bahwa rata-rata usia pengguna narkoba sudah
semakin muda. Narkoba juga sudah beredar di sekolah. Sejak belasan tahun
lalu,Tzu Chi sudah meningkatkan waspada terhadap masalah narkoba. Mereka juga
memberikan bimbingan di lembaga pemasyarakatan.
Ada
beberapa narapidana yang berhasil berhenti menggunakan narkoba dan kembali
memiliki fisik dan batin yang sehat. Meski harus melalui proses yang sulit, tetapi
berkat adanya Dharma dan pendampingan dari relawan Tzu Chi, mereka berhasil
melewati masa-masa sulit itu. Kini mereka telah memiliki pekerjaan. Selain itu,
mereka juga kembali ke lembaga pemasyarakatan untuk berbagi pengalaman guna
membimbing para pengguna narkoba.
Mereka
terus menanam benih-benih bajik di dalam hati para tahanan.Benih sila, samadhi,
dan kebijaksanaan telah ditanamkan ke dalam hati mereka. Setelah itu, kita
harus giat mengairinya. Kita juga harus giat melenyapkan noda dan kegelapan
batin. Dalam memberikan pendampingan, relawan Tzu Chi terus memberikan kekuatan
yang bajik.
Saat
timbul kegelapan batin di dalam diri para narapidana, relawan kita akan segera
memberi bimbingan untuk melenyapkan kegelapan batin tersebut dan kembali
menanamkan cinta kasih. Perlahan-lahan, para narapidana pun memiliki semangat
pelatihan diri.
Lihatlah
mereka melakukan pementasan dengan sangat kompak. Meski tangan dan lengan
mereka terdapat tato yang tidak dapat dihilangkan, tetapi hati mereka telah
tersucikan. Jika tidak menyerap Dharma ke dalam hati, mereka tidak dapat
mementaskan adaptasi Sutra dengan begitu kompak. Dengan kesatuan hati, baru
dapat melakukan pementasan dengan kompak.
Melihat
pemandangan seperti itu, saya dipenuhi rasa syukur. Dengan tanpa memiliki
pamrih, relawan Tzu Chi membimbing semua makhlukdengan penuh ketulusan.
Memandang
kondisi dunia dan giat menanam ladang berkah
Menjaga
kebersihan barang daur ulang mulai dari sumbernya
Meningkatkan
kewaspadaan untuk menjaga kemurnian batin
Terjun
ke tengah masyarakat untuk menyucikan hati manusia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Juni 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina