Ceramah Master Cheng Yen: Giat Mencatat Sejarah dan Menjadi Saksi Cinta Kasih

Sudah lama saya tidak datang kemari. Melihat para staf sangat memegang teguh budaya humanis kita, saya sangat terharu. Tzu Chi telah memasuki tahun ke-52. Mengenang masa-masa awal Tzu Chi berdiri, saya bersyukur buletin dan majalah bulanan kita dapat bertahan hingga 50 tahun. Semua ini dapat terwujud berkat orang-orang yang bersungguh hati. Semuanya membutuhkan orang yang bersungguh hati.

Tadi kita melihat Kota Tacloban. Kini kota itu lebih rapi, teratur, dan hidup dibanding sebelum Topan Haiyan menerjang. Selain itu, hati warga dan nilai budaya humanis membuat kota itu kini berbeda. Semua ini harus dicatat dan direkam. Ini adalah sejarah Tzu Chi.

Karena itu, saya sering berkata bahwa misi budaya humanis mencakup budaya humanis dalam misi amal, budaya humanis dalam misi kesehatan, budaya humanis dalam misi pendidikan, dan budaya humanis dalam misi budaya humanis itu sendiri. Tugas dari misi ini adalah menjadi saksi bagi zaman ini. Bukankah Tzu Chi telah merekam banyak sejarah zaman sekarang dalam lima puluh tahun ini?

Pagi tadi, Bapak Wang Zhenyao dari Tiongkok berkata, "Tujuan kedatangan saya hari ini adalah menyampaikan terima kasih kepada Tzu Chi karena lebih dari dua puluh tahun yang lalu, Tzu Chi telah datang ke Tiongkok." Saya berkata, "Benar, saat itu juga tidak mudah bagi kita untuk dapat tiba di Tiongkok."

Mengapa pada saat itu kita bisa menggunakan truk militer? Karena kita tidak dapat menyewa truk. Jadi, pada saat itu, Wakil Bupati Yin dan Direktur Gong sangat mendukung kita dan membantu kita menghubungi pihak militer agar meminjamkan truk yang akan digunakan untuk mengirimkan selimut, baju hangat, dan barang-barang lain dari Quanjiao ke Changsha. Perjalanan saat itu sangat jauh. Truk-truk militer pada saat itu berjalan beriringan dan sangat rapi.

Kebetulan, Relawan Huang Jin-yi juga hadir pagi tadi. Saya menunjuknya dan berkata, "Relawan inilah yang mengambil gambar dari atas gunung sehingga terlihat iring-iringan truk melewati jalan berliku di pegunungan." Setelah tiba di satu titik, truk-truk itu harus menyeberang dengan kapal feri. Masa-masa itu adalah masa yang amat sensitive dan penuh kesulitan. Namun, kita tetap dapat melewatinya.

Jadi, saya kembali mengulang catatan sejarah itu pagi tadi. Semua ini bisa terwujud karena kita memiliki banyak rekaman. Karena itu, saya sangat bersyukur atas semua ini. Kita juga mendengar Relawan Huang berkata bahwa selama mengikuti saya, dia sudah merekam lebih dari seratus ribu kaset video

Kita juga melihat staf kita, Huang Jing-han. Saat itu dia masih sangat muda. Kini dia telah memikul tanggung jawab dan membina insan-insan muda di Da Ai TV. Begitulah seharusnya. Bukan hanya memberi tanggung jawab pekerjaan, kita juga harus mendampingi mereka.

Usia kalian semua lebih muda dari saya. Saya sendiri masih menjalankan tanggung jawab, terlebih lagi kalian semua. Kalian masih sangat muda. Saat saya seusia kalian, tanggung jawab saya juga tidak sedikit. Kini, tanggung jawab itu juga tidak berkurang. Tujuan hidup ini seharusnya tidak memiliki batas dan tidak memiliki akhir. Nilai kehidupan harus terus dikembangkan.

Benar, di dalam bab Praktik Damai dan Sukacita dalam Sutra Bunga Teratai, kita diajarkan untuk mengatasi kesulitan. Di dalam kondisi bahaya, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Di dalam kondisi aman, kita harus menjalankan praktik nyata. Jangan pula menantang bahaya. Jadi, saya sampaikan kepada para staf, setiap kali ada topan atau bencana yang datang, saya tidak khawatir tidak ada berita. Yang saya khawatirkan adalah orang yang meliput. Keamanan dan keselamatan harus diutamakan.

Tentu, berita yang kita siarkan haruslah benar dan tepat. Apakah kondisi aman atau berbahaya, apakah akses jalan terputus, apakah jembatan rusak, sampai di mana ketinggian air, dan sebagainya harus kita laporkan dengan jelas. Dengan begitu, insan Tzu Chi akan dapat menjalankan misi dengan tenang. Dengan cepatnya informasi yang disampaikan, maka saat mereka bergerak, saya bisa tenang.

Jadi, di mana ada jalan yang longsor, di mana ada kondisi yang berbahaya, semua harus diberitakan dengan cepat. Informasi ini berguna untuk menjaga keselamatan insan Tzu Chi. Dalam menjalankan tugas dan misi, relawan Tzu Chi dan para staf harus mengutamakan keselamatan diri sendiri. Kita harus menghindari bahaya dan bersumbangsih dengan tenang. Inilah praktik damai dan sukacita.

Selain itu, kita juga harus memiliki kesabaran dan ketahanan. Di zaman sekarang, saat kita berbuat baik, bukan berarti semua orang akan memuji kita. Orang-orang juga belum tentu berkata, "Yang kamu lakukan sudah benar dan baik." Belum tentu. Namun, kita tidak mengharapkan pujian atau komentar dari orang lain. Yang harus kita pertimbangkan adalah apakah hal itu harus atau tidak dilakukan. Hal yang harus dilakukan, kita lakukan saja.

Jadi, pertimbangan harus ada dalam segala hal. Untuk hal yang benar, lakukan saja. Dalam menjalankannya, kita juga harus mengutamakan keselamatan. Dengan begitu, tak akan salah melangkah. Inilah yang harus kita lakukan.

Jadi, saya sangat berterima kasih kepada Da Ai TV. Tahun depan Da Ai TV akan menginjak usia ke-20, benar? Tahun depan, Da Ai TV sudah berjalan 20 tahun. Selama hampir 20 tahun ini, kita juga telah menjadi saksi bagi zaman ini. Yang sudah kita lakukan juga tidak sedikit. Sebagian liputan kita jalankan sendiri, sebagian dijalankan oleh relawan Tzu Chi.

Setiap penggal kisah insan Tzu Chi di dalamnya adalah kisah nyata. Bagaimana kondisi kehidupan mereka, lingkungan mereka, dan apa nilai-nilai budaya humanis yang ada, semuanya adalah kisah nyata. Kita tidak pernah merekayasa tokoh, kejadian, ataupun hal lain yang tidak ada. Berhubung waktu sangat terbatas dan kisah yang harus kita rekam sangat banyak, maka kita tidak perlu merekayasa.

Saya bahkan meminta tim drama kita untuk hanya menunjukkan kisah nyata. Kita menuangkan kisah perjalanan hidup insan Tzu Chi ke dalam drama. Para tokoh asli drama kita masih ada. Mereka tidak boleh berbohong. Mereka bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Para kerabat mereka juga masih ada. Sulit juga bagi mereka jika ingin melebih-lebihkan.

Namun, saya juga sangat kagum kepada mereka yang bersedia membuka kehidupan pribadinya. Mereka pernah melakukan kesalahan dan tersesat. Mereka tak berbeda dari orang pada umumnya. Kini mereka telah mengubah diri mereka dan menjadi Bodhisatwa dunia. Semua ini adalah kisah nyata. Para kerabat mereka juga bisa menjadi saksi. Semuanya adalah nyata.

Bahkan dalam menuangkan kisah hidup para guru besar ke dalam opera, saya meminta tim untuk melakukan penelitian seperti sedang menyusun tesis. Saya meminta agar kisah para guru besar ini disampaikan apa adanya tanpa ditambahi apa pun. Saya selalu berharap Da Ai TV dan badan misi budaya humanis dapat memberitakan kebenaran, membimbing ke arah yang benar, dan menyajikan program sesuai kenyataan. Kisah yang disajikan haruslah kisah nyata.

Singkat kata, kita semua bekerja dengan rasa syukur. Insan Tzu Chi selalu bersumbangsih tanpa penyesalan dan kerisauan. Mereka juga selalu bersumbangsih bagi Da Ai TV agar bisa benar-benar menjadi saksi bagi zaman ini, menulis sejarah bagi umat manusia, dan mencatat kitab bagi Tzu Chi.

Inilah harapan para relawan Tzu Chi terhadap kalian semua. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Kita hendaknya saling bersyukur dan menghormati. Terima kasih. Waktu sungguh tak berperasaan. Waktu terus berlalu tanpa henti. Demi semua makhluk, Bodhisatwa menjalankan yang sulit dijalankan.

Saya percaya kesulitan tak mampu menghalangi kekuatan hati dan tekad kalian semua. Meski kesulitan tetap ada, tetapi tak mampu menjadi penghalang bagi hati kita.

Menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya

Giat merekam sejarah dan menjadi saksi bagi zaman ini

Memberitakan kebenaran dan membimbing ke arah yang benar

Mencatat kitab sejarah yang dapat diwariskan dari masa ke masa

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Juni 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Juni 2017

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -