Ceramah Master Cheng Yen: Giat Menciptakan Berkah dan Bersumbangsih Sedikit demi Sedikit
Kita bisa melihat Italia diguncang tiga kali gempa dahsyat dalam waktu dua bulan. Pada tanggal 30, insan Tzu Chi dari beberapa negara di Eropa berkumpul untuk pergi ke Italia guna mengadakan pembagian bantuan berskala besar. Saat Italia kembali diguncang gempa bumi, relawan kita belum tiba di sana. Beruntung, kali ini, orang-orang sangat waspada dan segera melarikan diri. Namun, bangunan-bangunan di sana telah menjadi bangunan yang berbahaya. Kini, di Italia terdapat sekitar 8.000 orang yang membutuhkan bantuan karena banyak orang yang kehilangan tempat tinggal dan tempat pengungsian tidak memadai. Saya sungguh tidak tega melihatnya.
Selanjutnya, saya akan mengulas tentang Haiti. Warga setempat hidup kekurangan dan menderita. Akibat terjangan Badai Matthew, seluruh bangunan di sana hancur. Yang tersisa hanyalah puing-puing dan sampah. Meski kita telah menjalankan program pembersihan lewat pemberian upah agar warga dapat membersihkan sampah-sampah itu, tetapi berhubung tidak ada truk yang bisa digunakan untuk mengangkut sampah, maka program pembersihan ini tidak bisa dijalankan secara tuntas.
Meski jalan telah dibersihkan, tetapi tumpukan puing-puing dan sampah tetap tidak bisa diangkut ke tempat lain. Jadi, menjalankan program bantuan sangatlah sulit. Untuk menyalurkan bantuan bencana tidaklah mudah, kita harus sangat bijaksana. Setidaknya, dengan turut berpartisipasi dalam program pembersihan, warga dapat memperoleh upah sehingga dapat membeli lempengan seng untuk membangun kembali rumah mereka.
Beberapa hari ini, kita terus membagikan makanan hangat. Inilah yang tengah dilakukan oleh insan Tzu Chi Amerika Serikat dan staf Da Ai TV di sana. Yang paling mengkhawatirkan adalah penyebaran penyakit kolera. Karena itu, para relawan dan staf kita yang tengah menjalankan program pembersihan dan menyediakan makanan hangat di tempat penampungan harus meningkatkan kewaspadaan.
Filipina juga dilanda bencana. Pada pertengahan bulan Oktober, terjangan Topan Haima telah mendatangkan kerusakan parah di Filipina. Insan Tzu Chi telah memberikan bantuan di sana dan sedang mempersiapkan kegiatan baksos kesehatan. Inilah yang sedang dilakukan insan Tzu Chi Filipina. Banyak bencana yang terjadi di dunia ini.
Di Vietnam, relawan kita juga membagikan beras dan barang bantuan. Saya sangat tersentuh melihatnya. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Saya tidak bisa mengulasnya satu per satu. Saat negara yang miskin dilanda bencana, kita harus segera memberikan bantuan. Di negara yang makmur, orang yang menderita juga membutuhkan bantuan orang berada. Anggota TIMA Kanada juga menjangkau tempat tinggal warga suku asli di Sea Bird Island untuk menggelar baksos kesehatan. Meski Kanada termasuk negara yang makmur, tetapi kesenjangan ekonomi di sana sangat tinggi. Di Kanada juga terdapat warga suku asli yang hidup dalam kondisi sulit. Insan Tzu Chi setempat telah bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati. Inilah kekuatan cinta kasih.
Mereka bisa memiliki kekuatan untuk bersumbangsih berkat kesungguhan hati banyak orang. Berkat himpunan tetes demi tetes cinta kasih, kita bisa memiliki kekuatan untuk memberikan bantuan saat ada yang membutuhkan. Ini bukan hanya digalakkan di Taiwan, tetapi juga digalakkan di berbagai negara.
Kita bisa melihat gadis yang merupakan umat Hindu, Rajeswari, yang kaya batinnya meski hidup kekurangan. Saat masih duduk di bangku sekolah menengah, dia bertemu dengan seorang relawan Tzu Chi yang merupakan ibu dari teman sekolahnya yang mengasihinya bagai putri sendiri. Apa pun yang dimiliki teman sekolahnya, Rajeswari juga akan memperolehnya dari relawan tersebut. Rajeswari sering berkunjung ke rumahnya. Tentu, kini Rajeswari telah dewasa.
Saat akan melakukan survei kasus, relawan lansia tersebut sering mengajak Rajeswari bersamanya. Relawan lansia tersebut mengalami kendala bahasa dan membutuhkan Rajeswari untuk membantu menerjemahkan. Ini karena sebagian besar warga keturunan India hidup kekurangan. Berhubung menguasai bahasa Hindi, Rajeswari terus membantu menerjemahkan. Namun, dia merupakan seorang umat Hindu yang taat. Kedekatannya dengan Tzu Chi membuatnya mengalami dilema. Akan tetapi, dia enggan meninggalkan Tzu Chi.
Bodhisattva lansia itu juga mengajaknya mengikuti kegiatan bedah buku dan membantu menerjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Hindi. Berhubung sering membaca buku saya dalam versi bahasa Inggris, dia sangat tersentuh. Dia bertekad dan berikrar untuk memikul bakul beras bagi dunia. Dia ingin mengemban misi Tzu Chi. Dia tahu bahwa mengemban misi Tzu Chi tidak bertentangan dengan agama dan kariernya. Karena itu, dengan penuh keyakinan, dia menjangkau para umat Hindu untuk berbagi tentang Tzu Chi.
Selain itu, dia juga berusaha menggalang donasi dari setiap orang yang ditemuinya. Dia bertekad dan berikrar untuk mengajak semua warga keturunan India berbuat baik tanpa memengaruhi keyakinan mereka. Dia mengajak setiap orang yang ditemuinya. Meski ditolak, dia juga berkata, “Tidak apa-apa, tidak apa-apa.” Inilah kekuatan tekad dan ikrar. Dia telah dilantik selama dua hingga tiga tahun dan merekrut sekitar 100 donatur. Selain itu, dia juga memperkenalkan Tzu Chi kepada umat Hindu.
“Pihak manajemen kuil sangat mendukung saya. Karena itulah, para kepala dan sekretaris kuil menjadi donatur Tzu Chi. Perlahan-lahan, mereka juga menjadi relawan. Ini sungguh bermanfaat bagi saya. Saya bisa menginspirasi banyak relawan yang menguasai bahasa yang sama. Kami bisa bersama-sama menjangkau dan menolong orang lain sebagai satu tim. Niat untuk menolong sesama tidak memandang perbedaan agama. Dalam menolong sesama, yang terpenting adalah niat kita. Sesungguhnya, penghasilan saya tidak banyak. Namun, saat ini, saya masih mampu menyumbangkan 50 ringgit per bulan untuk menolong orang kurang mampu,” ucap Rajeswari.
Dia menggalang donasi setiap bulan. Dia bahkan bisa meyakinkan kepala kuil untuk mendukungnya menggalang donasi di kuil setiap bulan. Inilah kekuatan cinta kasih. Dia berharap seluruh warga keturunan India tahu untuk berbuat baik, berbakti, dan bersumbangsih sedikit demi sedikit. Dengan begitu, mereka dapat menciptakan berkah.
Ketidakselarasan unsur tanah menghancurkan tempat tinggal warga
Melenyapkan penderitaan dengan welas asih dan kebijaksanaan
Membangkitkan cinta kasih untuk bersumbangsih sedikit demi sedikit
Giat menciptakan berkah tanpa memandang perbedaan agama
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 November 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina