Ceramah Master Cheng Yen: Giat Menggarap Ladang Berkah dan Meneruskan Kebajikan


Kita bisa melihat Bodhisatwa di berbagai negara melatih diri dengan tekun di Tzu Chi serta berfokus dan bersatu hati di Jalan Bodhisatwa. Jalinan jodoh di antara kita telah terakumulasi selama berkalpa-kalpa sehingga kita bisa memiliki hubungan yang begitu erat. Jika selalu mengikuti ceramah saya, kalian pasti ingat bahwa dalam satu hingga dua tahun belakangan ini, saya terus mengulas tentang pelajaran besar dan hal-hal yang sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata.

Saat ini, hal-hal yang terjadi di seluruh dunia telah mendatangkan kekhawatiran, kecemasan, dan kemuraman yang telah membebani saya selama beberapa waktu. Kini yang sulit dideskripsikan dengan kata-kata bukan hanya perasaan saya, tetapi juga stamina saya. Saya juga sangat bersungguh hati dalam mengerahkan energi dan tenaga saya.

Belakangan ini, saya sering berkata pada diri sendiri bahwa agar semua makhluk dapat bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa, saya rela mendedikasikan kehidupan saya ini. Kini kita bisa melihat para relawan di seluruh dunia sangat tekun dan bersemangat. Kita semua bertekad dan berikrar untuk bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Ini berkat akumulasi jalinan jodoh dari kehidupan ke kehidupan.
 

Setelah bertemu ajaran Buddha, kita membangkitkan cinta kasih yang tidak memandang jalinan jodoh. Selama puluhan tahun ini, kita terus bersumbangsih dan membentangkan Jalan Bodhisatwa hingga semakin panjang dan lapang. Karena itulah, kita dapat berkumpul di jalan ini dan berbagi tentang Tzu Chi dengan orang-orang. Tzu Chi adalah jiwa kebijaksanaan kita semua.

Dengan perasaan senasib dan sepenanggungan, kita tidak tega melihat makhluk hidup menderita. Jadi, tidak mengejar kedamaian dan kebahagiaan pribadi adalah prinsip kita semua. Pada berkalpa-kalpa yang tak terhingga lalu, kita bertekad dan berikrar bersama. Kini kita semua bersatu hati untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Jadi, kita memperluas cinta kasih ke seluruh dunia dan memperpanjang jalinan kasih sayang hingga selamanya.

Dahulu, entah berapa lama kita menjalin jodoh sehingga bisa memiliki jalinan jodoh di kehidupan sekarang untuk membangun tekad bersama. Kita memiliki satu tekad dan ikrar yang sama, yaitu menyebarkan kecemerlangan hingga menjangkau seluruh dunia. Mari kita menyalakan sebatang lilin agar orang-orang yang menderita dan terperangkap di tengah kegelapan dapat melihat cahaya dan menghampirinya.

Kita memberikan segelas air dan segenggam beras kepada orang yang menderita agar mereka dapat melewati masa-masa sulit. Kita berharap orang-orang kurang mampu dapat memperbaiki kehidupan dan hidup stabil. Saya berharap kita dapat membuka dan membentangkan Jalan Bodhisatwa. Kita hendaklah membuka Jalan Bodhisatwa yang lapang dan membentangkannya bagi dunia ini dengan rata. Jadi, kita harus membuka Jalan Bodhisatwa dan membentangkannya bagi dunia ini.


Bodhisatwa sekalian, genggamlah waktu yang ada. Lebih dari 50 tahun yang lalu, saya masih muda. Tanpa disadari, kini saya sudah berusia lanjut. Waktu juga terus berlalu tanpa kita sadari. Saya berharap Bodhisatwa sekalian dapat menggenggam waktu yang ada dan bersungguh-sungguh memanfaatkan tubuh kita ini. Kita juga harus bersyukur.

Belakangan ini, saya terus berkata kepada para relawan kita bahwa kita hendaknya bersyukur pada diri sendiri dan tubuh kita. Kita memiliki jalinan jodoh untuk memanfaatkan tubuh kita guna membimbing diri sendiri di kehidupan ini. Kita telah mengenal Dharma yang dapat membimbing kita dari kesesatan ke jalan menuju kesadaran. Ini berkat tubuh kita di kehidupan sekarang. Kini kita juga perlu memanfaatkan tubuh kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Karena itulah, setiap orang hendaknya bersyukur kepada tubuh masing-masing dan sungguh-sungguh merawatnya. Di tengah pandemi ini, dalam kehidupan sehari-hari, ingatlah untuk melindungi diri sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus melindungi tubuh kita dengan baik. Akan tetapi, jangan pula kita berhenti menapaki Jalan Bodhisatwa.

Para relawan di setiap negara mengikuti jejak langkah saya di jalan yang telah saya buka. Setiap langkah kalian lebih dalam dan lebih mantap dari saya. Jadi, saya bersyukur kepada kalian semua. Tanpa kalian, bagaimana Tzu Chi bisa terus melangkah? Tanpa begitu banyak relawan, bagaimana Tzu Chi meninggalkan jejak langkah yang dalam? Jadi, kita harus meninggalkan jejak langkah yang dalam di jalan yang panjang dan lapang. Jadi, kita harus menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia.


Orang-orang yang menderita di seluruh dunia tengah menanti uluran tangan Bodhisatwa dunia. Di wilayah yang jalinan jodohnya belum matang, kita hendaklah menggenggam jalinan jodoh yang ada untuk memperluas cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Satu bisa bertumbuh menjadi tak terhingga. Jadi, setiap relawan kita bisa menginspirasi relawan yang tak terhingga.

Kita menabur benih dan menggarap ladang berkah. Sutra Bunga Teratai juga mengulas tentang menabur benih kebajikan dan menggarap ladang berkah besar. Demikianlah kita menapaki Jalan Bodhisatwa, jalan yang ditunjukkan oleh Sutra Bunga Teratai. Dengan menapaki jalan yang ditunjukkan oleh Sutra Bunga Teratai, kita tidak akan menyimpang. Saya jamin, Jalan Bodhisatwa ini tidak menyimpang.

Kita bisa melihat semua orang bersumbangsih di Jalan Bodhisatwa ini dengan penuh sukacita. Ini disebut sukacita dalam Dharma. Sepanjang perjalanan ini, kita bersumbangsih tanpa pamrih. Karena itulah, kita bisa merasakan sukacita dalam Dharma.

Tekun menapaki Jalan Bodhisatwa selama berkalpa-kalpa
Memperpanjang jalinan kasih, mempererat jalinan jodoh, dan membangkitkan cinta kasih
Mendedikasikan kehidupan untuk membentangkan jalan dengan cinta kasih
Bersumbangsih tanpa pamrih dan meneruskan kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Oktober 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 12 Oktober 2021
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -