Ceramah Master Cheng Yen: Giat Menggarap Ladang Berkah untuk Kehidupan Mendatang


“Awalnya, kami akan sepakat dahulu dengan pemilik rumah. Lalu, kami akan memotret untuk dokumentasi. Selama proses rekonstruksi, kami akan memotret dan membuat catatan. Setelah selesai, kami akan membantu pemilik rumah merapikan dan membersihkan lantai di rumahnya. Kami berharap bisa memberikan pelayanan bintang lima,”
kata Zou Xian-liang relawan Tzu Chi (67 tahun).

“Untuk pemulihan pascagempa 21 September 1999, saya berkontribusi sebagai teknisi listrik. Karena kali ini kekurangan teknisi listrik lagi, maka saya kembali membantu,” kata Shi Jiao-yan relawan Tzu Chi (81 tahun).

Mari kita menginventarisasi masa lalu Tzu Chi yang tidak berlalu secara sia-sia. Kita hendaknya menginventarisasi masa lalu. Dengan adanya niat untuk mendukung Tzu Chi dan memberikan pendampingan dengan cinta kasih, barulah kita membantu dengan terjun ke masyarakat.

“Saya sudah berusia 75 tahun,” kata Zhan Ben-yuan relawan Tzu Chi (75 tahun).

“Bagaimana dengan Bapak?”

“Saya berusia 66 tahun.”

“Meski sudah tua, tetapi saya tetap sibuk menjadi relawan agar otak ini bisa terus bekerja,” kata Zhan Ben-yuan relawan Tzu Chi (75 tahun).

“Dia bekerja seharian. Saya sangat kagum karena dia sudah bekerja seharian. Benar tidak? Dia adalah yang paling utama. Ada pula seorang ahli sebagai asisten dan seorang ahli lagi bertugas untuk menyediakan barang. Bapak ini harus membeli barang-barang yang dibutuhkan. Dia harus menghubungi untuk membeli barang dan membantu membawa barang,” kata Ibu Liu pemilik rumah.

“Relawan hebat atau tidak?”

“Hebat.”

“Memuaskan atau tidak?”


Memuaskan. Setiap insan Tzu Chi hendaknya melakukan inventarisasi. Jika tidak berbuat salah di masa lalu, kita bisa menyemangati dan mengagumi diri sendiri. Ini bukan sombong, melainkan sebagai suatu pujian atas kehidupan diri sendiri yang tidak dilalui secara sia-sia dan telah membawa manfaat bagi masyarakat. Jika demikian, kita bisa merasa tenang dan kembali menyemangati diri sendiri.

Dahulu, kita tidak berbuat salah. Di masa mendatang, kita juga harus melakukan hal yang benar. Selama hal itu benar, lakukan saja. Dengan menjalani hidup seperti ini, kita tidak perlu khawatir ke mana kita berpulang kelak. Kelak kita pasti dipenuhi berkah dan kebijaksanaan. Kita akan menikmati berkah dan mengembangkan kebijaksanaan. Ini karena kita sudah menciptakan berkah bagi dunia di kehidupan ini. Inilah yang disebut sebab. Kita pun sudah menjalin banyak jodoh baik. Inilah yang disebut kondisi. Jadi, sebab dan kondisi seperti ini secara alami akan berbuah baik.

Ketika ajal sudah menjemput, kita pergi dengan membawa buah kehidupan sekarang yang akan menjadi sebab di kehidupan mendatang. Yang menyertai kita ke kehidupan mendatang adalah berkah. Berkat jalinan jodoh baik di kehidupan lampau, kita memperoleh berkah di kehidupan ini. Dengan himpunan jodoh baik di kehidupan ini, kita bisa terlahir di dunia yang damai, di keluarga yang baik, dan di masyarakat yang baik. Kita juga mungkin memiliki jalinan jodoh baik untuk memupuk berkah. Berkah ini akan terus terakumulasi. Contohnya kita semua.

Kita semua dipenuhi berkah. Tanpa adanya benih berkah di kehidupan lampau, bagaimana bisa kita berkumpul bersama di kehidupan ini dan saling menyemangati untuk menjadi Bodhisatwa dunia yang baik? Bodhisatwa dunia adalah kumpulan dari Anda, dia, dan saya yang berbuat kebaikan di dunia. Jadi, ini adalah jalinan jodoh baik.


“Mereka membagi tugas seperti tentara. Pria melakukan rekonstruksi, wanita menjaga kebersihan, lalu ada juga tim suplai yang menyediakan minuman dan camilan. Mereka bekerja tanpa henti bagaikan tentara. Saya sangat kagum dan terharu. Wah, mereka bagaikan sekelompok malaikat yang datang dari langit,”
kata Bapak Wei korban bencana.

“Saya sangat berterima kasih kepada para relawan Tzu Chi yang bersungguh hati memperbaiki rumah warga. Para warga sungguh membutuhkan bantuan. Di antara mereka, mungkin ada lansia yang hidup sebatang kara. Sebenarnya, mereka memiliki anak, hanya saja anak mereka tinggal di luar daerah. Karena itu, mereka sungguh membutuhkan bantuan,” kata Chen Wen-xiang Lurah Qimo.

Setelah melakukan survei pascagempa 18 September, kita harus memperhatikan dan mencatat warga yang tidak bisa memperbaiki rumah sendiri. Saya berkata bahwa pada bencana kali ini, kita harus memperhatikan jumlah lansia yang hidup seorang diri. Dahulu, mereka tidak membutuhkan bantuan kita walaupun hidup seorang diri. Namun, akibat bencana kali ini, ada rumah yang miring atau retak, bahkan pilarnya miring.

Mereka yang hidup seorang diri adalah yang harus kita bantu. Kita harus menimbang apakah anak mereka bisa menjemput mereka untuk tinggal bersama. Jika tidak ada yang bisa memperhatikannya, mungkin kita bisa membujuk lansia untuk dievakuasi ke tempat yang aman. Ada banyak kasus demikian.

Sejak awal, para relawan di Hualien dan Taitung terus bersumbangsih dan memberi perhatian. Hingga saat ini, mereka masih mendedikasikan diri. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi dari wilayah utara, tengah, dan selatan Taiwan yang tiba di lokasi bencana. Selama hampir setengah bulan, setiap hari mereka berada di sana.


Pada pagi hari, mereka melakukan kunjungan kasih. Setelah pulang, mereka masih harus mengikuti rapat untuk mendiskusikan warga mana yang hidup sendirian dan warga mana yang hidup berdua, apakah ada warga yang jatuh sakit atau berketerbatasan fisik, lalu bagaimana cara membantu mereka. Penyaluran bantuan kali ini sungguh merupakan ujian berat bagi insan Tzu Chi dan masih berlangsung. Singkat kata, ketidakkekalan di dunia bisa menghampiri di waktu yang tak terduga.

Kita harus meningkatkan kewaspadaan setiap saat. Kita harus menjaga jarak dalam kerumunan. Kita juga harus berhati-hati dalam bertindak. Terlebih lagi, tidak ada yang tahu kapan ketidakkekalan akan menghampiri. Kita hendaknya menggenggam waktu untuk berbuat baik. Dengan menanam benih kebaikan, kita akan memperoleh buah yang baik pula. Ini bukan hanya pada kehidupan ini. Jika kita memanfaatkan sebab dan kondisi untuk berbuat kebaikan di kehidupan ini, buah dan akibat yang baik akan menyertai kita ke kehidupan mendatang. Jadi, inilah cara kerja hukum sebab akibat. Ini berlaku dari kehidupan ke kehidupan.

Hukum sebab akibat berlaku dari kehidupan ke kehidupan. Ini sama seperti padi yang menghasilkan beras. Untuk memakan nasi, kita harus mempunyai gabah sebagai benih padi agar bisa kembali menghasilkan padi. Demikianlah siklusnya. Jadi, jika berniat baik untuk menciptakan berkah, berkah akan menyertai hingga ke kehidupan mendatang.   

Melakukan inventarisasi untuk menyemangati diri sendiri 
Mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan untuk membawa manfaat bagi masyarakat
Menghargai jalinan jodoh untuk membuahkan hasil yang baik
Terus-menerus menciptakan berkah untuk kehidupan mendatang     
                                                                  
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 12 Oktober 2022
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -