Ceramah Master Cheng Yen: Giat Menjalankan Praktik Damai dan Sukacita


Kita bisa melihat di seluruh dunia, orang-orang merayakan Tahun Baru Imlek dengan penuh kehangatan. Meski zaman telah berubah, kita tetap mempertahankan suasana Tahun Baru Imlek. Kita bisa melihat setiap orang dalam telekonferensi dipenuhi sukacita. Beberapa hari ini, dengan duduk di ruang tamu, saya bagai mengelilingi seluruh dunia. Kita bisa melihat relawan Tzu Chi di Mozambik. Lihatlah betapa bahagianya mereka. Saat melihat peta di atas meja itu, saya turut berbahagia untuk mereka.

“Master, sudahkah Master melihat peta di atas meja? Sulit bagi mereka untuk membeli peta di sini. Akhirnya, Sheila yang sangat pintar berkata, ‘Ada pasir di atas tanah. Kita bisa membuat lukisan pasir.’ Mereka menggunakan kerikil sebagai pembatas peta yang dibuat dengan pasir itu,” kata Denise Tsai, relawan Tzu Chi.

Mereka sungguh mengagumkan. Kebijaksanaan mereka dapat melampaui segala nafsu keinginan terhadap materi di dunia ini. Nafsu keinginan terhadap materi Nafsu keinginan terhadap materi tidak dapat merintangi mereka. Lihatlah, dengan hati yang tulus, mereka mengundang saya ke Mozambik. Mereka menyiapkan kursi yang nyaman untuk saya, bahkan mempersembahkan teh untuk saya. Mereka begitu tulus. Sungguh, inilah persembahan tertulus. Lihatlah ketulusan dan cinta kasih mereka yang murni tanpa noda.


Mereka begitu mengasihi dan menghormati saya. Saya juga melihat insan berbakat di Mozambik yang telah kita bina. Beberapa tahun lalu, ada beberapa orang yang datang ke Taiwan untuk kuliah di Universitas Tzu Chi dan kini, mereka telah kembali ke Mozambik. Mereka telah bertekad dan berikrar untuk menjalankan Tzu Chi di sana. Mereka harus mencari tahu kondisi kehidupan orang-orang yang menderita di sana agar bisa merencanakan penyaluran bantuan bagi mereka. Saya yakin mulai sekarang, penyaluran bantuan di sana akan lebih sistematis.

Suami Denise, Dino, memiliki koneksi yang baik di sana. memiliki koneksi yang baik di sana. Dengan dedikasinya, saya yakin misi amal kita akan diimplementasikan dengan lebih baik di Mozambik. Selain menjalankan misi amal dan pendidikan Tzu Chi di sana, kita juga menyebarkan nilai budaya humanis Tzu Chi. Dahulu, saya sering berpikir untuk memperbaiki kehidupan orang-orang di Afrika. Kini, para relawan kita telah menjalankannya selangkah demi selangkah.

“Kakek Guru, kami adalah kunang-kunang Kakek Guru di Afrika. Ada banyak, banyak, banyak sekali. Kami akan menginspirasi lebih banyak kunang-kunang lagi untuk menerangi Afrika.”


Kita juga melihat Bapak Tino Chu di Zimbabwe. Kita juga melihat Bapak Tino Chu di Zimbabwe. Dia merupakan benih Bodhisatwa di Zimbabwe. Sebagai benih Tzu Chi di Zimbabwe, Sebagai benih Tzu Chi di Zimbabwe, dia telah menginspirasi banyak relawan.

Kita juga melihat kisah seorang laki-laki yang pernah tersesat dalam hidupnya. Dia melakukan kesalahan besar dan dihukum 30 tahun penjara. Setelah bebas dari lapas, selama hampir setengah tahun, baik cuaca cerah maupun hujan, dia hanya bernaung di bawah pohon.

“Dia membunuh nenek dan anaknya sendiri. Dia juga mencoba untuk membunuh istrinya sendiri. Beruntung, istrinya berhasil menyelamatkan diri. Kemudian, dia dihukum 30 tahun penjara. Kemudian, dia dihukum 30 tahun penjara. Setelah dia dibebaskan, keluarga dan komunitasnya tidak bisa menerimanya. Jadi, dia hanya bisa bernaung di bawah pohon. Karena itulah, kita hendak membangun rumah untuknya,” terang Molia Tandi, relawan Tzu Chi.

Insan Tzu Chi telah mengembangkan cinta kasih. Berhubung tiada orang yang tidak bisa saya maafkan, maka dengan hati yang lapang, relawan kita menjangkau laki-laki tersebut, mengasihinya, dan membantunya. Kita juga membimbing warga setempat untuk menerima dan mengasihinya agar laki-laki tersebut dapat merasa tenang.


“Kita melihat penyesalannya yang mendalam terhadap kesalahannya dahulu. Jadi, dengan membangun rumah baginya, kita berharap para tetangganya dapat memaafkannya dan memberinya kesempatan untuk memulai kehidupan baru,” jelas Molia Tandi, relawan Tzu Chi.

“Sesungguhnya, saya tersentuh oleh insan Tzu Chi. Mereka saja begitu membantunya. Saya hendaknya juga membuka pintu hati saya dan turut berpartisipasi,” ucap Kerabat Kenias Runameso.

“Master berkata bahwa setiap hari adalah permulaan. Kita hendaklah waspada setiap saat. Hari ini, saya berikrar untuk menolong lebih banyak orang dengan kehidupan baru saya. Saya berharap kisah saya dapat menginspirasi lebih banyak orang,” tutur Kenias Runameso, penerima bantuan.

Dalam kasus ini, dia mempelajari Kata Renungan Jing Si sehingga bisa memperbaiki diri, bertobat atas kesalahannya di masa lalu, dan berikrar untuk menolong sesama di masa mendatang.


Sifat hakiki manusia ialah bajik. Saya yakin bahwa dia telah membangkitkan kebajikan dan bertobat. Jadi, saya sangat bersyukur atas Jalan Tzu Chi ini. Yang istimewa tentang hari ini ialah 14 tahun lalu, tepatnya tanggal 7 Februari 2008, untuk pertama kalinya, insan Tzu Chi di seluruh dunia mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek secara daring. Ini terus dilakukan hingga kini. Semua orang membangun tekad dan ikrar, bersyukur satu sama lain, dan saling mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek.

Insan Tzu Chi di berbagai wilayah bertekad dan berikrar untuk bekerja sama dengan harmonis. Suasananya sangat meriah. Insan Tzu Chi di setiap wilayah menggunakan cara yang berbeda-beda. Tahun Baru Masehi telah berlalu sebulan lebih dan Tahun Baru Imlek telah memasuki hari ketujuh.

Singkat kata, Tahun Baru Imlek telah berlalu. Mari kita kembali berdisiplin dalam kehidupan sehari-hari kita dalam kehidupan sehari-hari kita serta tekun dan bersemangat dalam menjalankan bisnis, profesi, dan misi. Baik sebagai pengusaha, karyawan, maupun relawan, kita hendaklah kembali tekun, bersemangat, dan sungguh-sungguh. Kita harus menggenggam waktu untuk mengembangkan nilai kehidupan kita. Jangan menyia-nyiakan waktu dan nilai kehidupan kita.  

Melihat pertanda baik di seluruh dunia pada Tahun Baru Imlek
Memberi persembahan kepada Master dengan penuh hormat dan cinta kasih
Menabur benih kebajikan dengan batin yang kaya dan murni
Melatih diri dengan mantap, tekun, dan bersemangat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 09 Februari 2022
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -