Ceramah Master Cheng Yen: Guncangan Gempa Menggerakan Hati untuk Mewariskan Cinta Kasih


“Belakangan ini, Jepang mengalami hujan deras dan gempa dahsyat. Di tengah kondisi yang kurang aman ini, relawan Tzu Chi dari luar negeri berkumpul untuk membantu korban gempa di Noto. Ini membuat saya sangat senang,”
kata Kasei Furuya warga masyarakat.

“Kami bersama-sama menyatukan kebaikan semua orang untuk mendoakan Jepang serta menunjukkan kepedulian terhadap relawan di setiap daerah,” kata Huang Yun-xuan relawan Tzu Chi.

Saya terus mengingatkan kalian semua untuk meningkatkan kesadaran atas segala yang terjadi di dunia serta lebih banyak mempromosikan pola hidup vegetaris untuk melindungi kehidupan semua makhluk. Jadi, untuk membawa kedamaian, kita perlu mencintai makhluk hidup, membiarkan mereka hidup, dan tidak membunuh mereka. Inilah yang akhir-akhir ini saya bicarakan. Saya ingin mengingatkan kepada kalian bahwa upaya langsung yang bisa dipraktikkan untuk meredami bencana ialah dengan mawas diri dan tulus.

Bencana yang terjadi sangatlah banyak. Baik kebakaran hutan, angin topan, maupun hujan lebat, semuanya sering terjadi. Jadi, kita harus sungguh-sungguh waspada dan mengambil hikmah dari bencana yang terjadi. Selain itu, kita harus punya kesadaran dalam hal apa lagi? Kita harus memiliki hati dan tidak boleh kehilangan keyakinan. Karena itu, kita perlu bersama-sama menyerukan cinta kasih dan kebajikan.


Di waktu seperti sekarang, semuanya harus bersama-sama menunjukkan ketulusan lewat kebajikan dan cinta kasih. Buddha mengajarkan kepada kita agar memiliki kesadaran. Kita harus sadar terhadap segala hal yang terjadi. Buddha meminta kita untuk memiliki pengetahuan, pandangan, dan kesadaran yang benar. Jadi, kita harus punya keyakinan dan meningkatkan kewaspadaan. Untuk memiliki kesadaran ini, kita perlu belajar dengan baik.

Kita harus menjadi orang yang mempelajari ajaran Buddha. Kita harus meneladan Buddha yang memandang dunia dengan cinta kasih yang murni tanpa ego dan bersumbangsih demi semua makhluk tanpa pamrih. Inilah mengapa saya sering berkata kita perlu bersumbangsih tanpa pamrih dan berterima kasih pada orang-orang yang kita bantu. Karena tanpa kesulitan yang mereka alami, bagaimana kita punya kesempatan untuk bersumbangsih?

Kesulitan yang mereka alami membangunkan tekad kita untuk bersumbangsih. Orang yang bertekad untuk bersumbangsih disebut sebagai orang baik. Sama halnya dengan dokter dan guru. Dengan adanya pasien, barulah dokter dibutuhkan. Dengan adanya murid, baru ada guru. Sekarang, kita berada pada arah ajaran Buddha. Bagaimanapun, kita masih merupakan makhluk awam. Kita tidak dapat melampaui pengetahuan dan kesadaran agung Buddha. Jadi, kita harus bersandar pada ajaran Buddha untuk melindungi semua makhluk dengan cinta kasih.


Mengenang kembali gempa 21 September 1999, setelah gempa terjadi, emosi saya terasa campur aduk. Saya sungguh tidak tahu apa yang perlu saya lakukan. Saya sangat bersyukur kekuatan ajaran Buddha saat itu langsung menenangkan hati saya. Saya pun mulai menggerakan upaya penanggulangan bencana. Hal pertama yang muncul dalam pikiran saya ialah di mana orang yang terdampak bencana itu harus tinggal jika rumah mereka roboh akibat gempa. Jadi, hal pertama yang kita lakukan ialah memberikan tempat tinggal untuk mereka, mulai dari yang kecil dahulu.

Di Taichung, kita membangun pondok kayu kecil bagi mereka yang terdampak. Pondok kayu kecil itu bisa dibongkar pasang sehingga dapat terus dimanfaatkan hingga ke paku terkecilnya. Mengenang apa yang terjadi di masa lalu, kita pernah melakukan mobilisasi untuk mendistribusikan bantuan bencana sekaligus menghargai sumber daya. Kita juga tidak membuang paku besi bulat yang digunakan untuk memasang plat seng karena masih bisa dipakai. Kebiasaan kita dalam menghargai berkah dengan cara itu masih berlanjut hingga kini.

Sebagai insan Tzu Chi, kita perlu bersungguh-sungguh dalam mewariskan cinta kasih. Saya sangat berharap kita dapat memikul tanggung jawab untuk membagikan cerita kebaikan Tzu Chi guna menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi sesama. Dengan bersumbangsih bersama Tzu Chi, kita telah menciptakan banyak cerita. Cerita ini bukan tentang saya, melainkan tentang kalian.

Setelah melakukan pembangunan kembali sekolah pascagempa 21 September 1999, saya mendorong sekelompok Ayah Tzu Cheng dan Ibu Yi De untuk membantu para guru di sekolah dalam menjaga siswa dan siswi sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar. Kita juga jangan melupakan dedikasi para relawan dan bersyukur atas adanya mereka. Selain itu, setiap tetes donasi yang masuk, baik dalam jumlah kecil maupun besar, tidak ada sedikit pun yang digunakan secara tidak tepat.

Donasi itu kita pakai untuk membangun puluhan sekolah dalam waktu kurang dari 3 tahun agar para siswa dapat melanjutkan pendidikan mereka dan tidak putus sekolah. Ini sangat tidak mudah. Semua ini terwujud berkat kesungguhan hati insan Tzu Chi, serta sumbangsih yang mereka lakukan dengan tulus dan dengan pikiran yang benar. Mereka selalu yakin dengan segala arahan saya dan melakukannya dengan kesatuan hati. Inilah yang disebut bekerja sama dengan kesatuan hati, keharmonisan, dan cinta kasih. Bagaimana cara kita menghargai dedikasi mereka?


Akhir-akhir ini, saya terpikir bahwa kita harus mengumpulkan dan mencatat sejarah dan cerita relawan Tzu Chi secepatnya selama mereka yang terlibat dalam pekerjaan rekonstruksi dan mereka yang menggalang dana di jalan masih ada bersama kita. Saya selalu berharap orang-orang yang mendokumentasikan sejarah Tzu Chi dapat segera mengumpulkan tulisan mereka menjadi satu dan merekrut lebih banyak orang.

Saya juga mengingatkan anggota Asosiasi Guru Tzu Chi untuk mencari orang yang dapat menuliskan dedikasi mereka. Kita tentu harus mengembangkan dokumentasi sejarah kita. Sembari mendokumentasikan dedikasi kita di masa lalu, dedikasi kita di masa terkini juga perlu segera dicatat. Jangan menunggu 30 tahun hingga 50 tahun lagi.

Saat kalian bersungguh-sungguh mendedikasikan diri untuk Tzu Chi, mencatat setiap hal yang kalian lihat dan lakukan membawa nilai yang nyata dalam hidup kalian. Kita telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Sekarang, kita harus pergi ke mana pun kita dibutuhkan.

Saya berharap kita bisa bersungguh hati dan tekun dalam bersumbangsih. Saya juga berharap ketika insan Tzu Chi di seluruh dunia mendengar atau melihat berbagai peristiwa di dunia, semuanya berinisiatif untuk bergerak menciptakan berkah bagi sesama. Dengan menciptakan berkah, kita akan mendapatkan berkah. Siapa yang menabur, dialah yang akan menuai. Dengan bergotong royong, kekuatan akan menjadi besar.

Masih ada banyak hal yang belum selesai terucap, tetapi kalian dapat mengerti maksud saya dengan jelas. Terima kasih.  Semoga setiap insan Tzu Chi yang mendengarkan secara daring dapat menciptakan lebih banyak berkah bagi sesama dan berdoa bagi kedamaian dunia.

Meningkatkan kewaspadaan dan tidak membunuh hewan
Bertindak sesuai Dharma dengan hati yang tulus dan pikiran yang benar
Banyak cerita dari guncangan gempa
Menghimpun sejarah untuk mewariskan cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 20 September 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 22 September 2024
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -