Ceramah Master Cheng Yen: Guru dan Murid Berjalan Berdampingan untuk Mewariskan Dharma
Bibi berkata bahwa anak-anak pengungsi dari Suriah membutuhkan bantuan kita. Karena itu, kita ingin berdonasi bagi mereka. Kalian harus menyadari berkah. Dengan menghemat sedikit uang, kita bisa menyelamatkan banyak orang. Mengerti? (Mengerti) Bersemangatlah, saya mendoakan kalian. Sekelompok anggota Tzu Shao ini sungguh penuh cinta kasih. Mereka membawa celengan bambu mereka demi menolong anak-anak pengungsi. Saya sangat tersentuh mendengarnya.
Di Taiwan, anak-anak kita sungguh sangat beruntung. Bayangkanlah, kini di seluruh dunia, ada berapa banyak negara yang warganya terpaksa meninggalkan kampung halaman. Bukan hanya Suriah, tetapi juga warga Afganistan, Irak, dan negara lainnya. Banyak orang yang sedang mengungsi. Dibandingkan dengan mereka, anak-anak kita sungguh sangat beruntung. Karena itu, kita harus melindungi Taiwan untuk menjaga keharmonisan masyarakat. Jika masyarakat harmonis, barulah hidup kita bisa aman dan tenteram dan generasi penerus kita dapat senantiasa dipenuhi berkah.
Kita juga melihat sekelompok relawan muda. Dahulu, sebelum mereka lulus dari perguruan tinggi, saya memberi mereka sebuah kode dengan berkata, “Pikiran anak muda mudah berubah.” Setelah terjun ke tengah masyarakat dan memiliki profesi atau bisnis yang stabil, mereka pun kembali untuk mengikuti pelatihan relawan. Saat akan menjalani pelantikan, mereka berkata, “Master, anak Master telah kembali.” Ada pula yang berkata, “Master, pikiran kami tidak berubah.” Dari sini saya tahu bahwa mereka dahulu merupakan anggota Tzu Ching. Inilah tekad pelatihan yang teguh.
Sejak masih muda dan bersekolah, mereka sudah membangun tekad dan ikrar untuk bergabung dengan Tzu Chi. Kini mereka turut mengemban tanggung jawab atas dunia ini karena segala hal di dunia ini merupakan tanggung jawab setiap orang. Setiap relawan muda ini bersedia mengemban tanggung jawab ini. Sekelompok relawan muda ini membuat saya sangat tersentuh. Ibu, jaga diri baik-baik. Teringat akan kampung halaman. Air mata pun mengalir. Para relawan daur ulang kita menyanyikan lagu sambil berjalan ke depan dari belakang aula. Ini mengandung makna yang sangat mendalam.
Teringat akan kereta api yang membawa orang-orang untuk berkunjung ke Griya Jing Si pada masa-masa awal, saya sungguh sangat tersentuh. Mereka harus naik kereta api selama 8-9 jam. Bagaimana cara mereka melewati 8-9 jam yang membosankan itu? Meski banyak relawan pada saat itu yang kini sudah lanjut usia, tetapi sekitar 20 hingga 30 tahun yang lalu, mereka bisa berinteraksi dengan para penumpang sehingga seisi kereta api penuh kehangatan. Ini sungguh mengagumkan. Saya juga sangat tersentuh. Banyak kenangan yang sangat bermakna.
Menurut Huang Yu-lan, relawan Tzu Chi, dahulu, menjadi relawan rumah sakit di Hualien sangat menggembirakan. “Suatu kali, saya harus pindah tempat tidur sebanyak 3 kali. Master mungkin tidak tahu hal ini. Awalnya, saya sudah tidur. Lalu, ada tamu yang datang sehingga ketua tim saya berkata bahwa dia akan pindah tempat tidur. Namun, itu masih tidak cukup sehingga saya juga pindah tempat tidur. Apakah Master tahu akhirnya saya pindah ke mana? Ke bawah meja komputer. Berhubung saya sangat tinggi, saya harus meringkuk di atas tas.” Saat itu, kita harus sangat membatasi diri. Saat itu, kita harus sangat mengendalikan diri dan hemat karena kondisi yang serba sulit.
Kita sungguh mempelajari banyak hal di Griya Jing Si saat itu. Yu-lan berbagi tentang kondisi yang sulit di Griya Jing Si pada masa-masa awal. Kehidupan kita saat itu benar-benar serba sulit. Adakalanya, di tengah malam, saat ada relawan atau tamu yang datang dari wilayah lain, relawan kita harus pindah tempat tidur. Relawan kita memberikan tempat tidur mereka kepada relawan atau tamu yang baru datang dari luar negeri atau wilayah lain. Bayangkanlah, Yu-lan bahkan pindah ke bawah meja komputer dan tidur meringkuk di sana. Namun, dia sama sekali tidak berkeluh kesah. Dia telah menyaksikan bagaimana perjuangan Badan Amal Ke Nan Tzu Chi pada masa-masa awal.
Saya berharap Yu-lan dapat sering berbagi pengalamannya dengan orang lain. Banyak relawan yang baru bergabung dengan Tzu Chi tidak tahu bagaimana perjuangan kita pada masa-masa awal. Mereka tidak tahu. Namun, setiap relawan hendaknya tahu akan hal ini. Tzu Chi telah berdiri di Taiwan selama 50 tahun. Apa pun yang terjadi di Taiwan, insan Tzu Chi selalu bersumbangsih. Tzu Chi bukan hanya ingin bersumbangsih selama 50 tahun, tetapi akan terus bersumbangsih hingga 50 tahun yang tak terhingga di masa mendatang. Begitu pula dengan misi kesehatan kita.
Untuk wilayah Yunlin, Chiayi, dan Tainan, kita mendirikan rumah sakit di Dalin. dr. Tsao sangat memperhatikan lansia. Sesuai hukum alam, seiring bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan mengalami kemunduran dan daya ingat juga akan menurun. Kita bisa melihat bahwa RS kita telah melakukan antisipasi untuk menghambat perkembangan demensia pada lansia yang memiliki gejala demensia. Dengan demikian, kita dapat menghambat penurunan daya ingat mereka agar tak menurun drastis seperti main perosotan. Sesungguhnya, ini bukan hanya dapat menghambat, tetapi juga dapat mencegah penyakit demensia. Bagaimana cara menurunkan risiko demensia bagi para lansia? Kita berusaha mengajak mereka untuk berpartisipasi di posko daur ulang.
Kita juga melihat Xiu-zhi yang kondisi kesehatannya terus memburuk. Beruntung, pikirannya masih sangat tajam meski penglihatannya sudah kabur. Saya berkata padanya, “Saat berada di hadapan saya, apakah kamu bisa melihat wajah saya dengan jelas?” Dia berkata, “Dalam jarak sedekat ini, saya baru bisa melihat wajah Master dengan jelas.” Selama ada relawan yang mendampinginya, kita tetap mengajaknya keluar. Dengan pikirannya yang tajam dan cara pengutaraannya yang baik, dia juga bisa membimbing orang lain di rumah sakit kita. Intinya, kita harus membangun tekad dan ikrar.
Dengan adanya tekad dan ikrar, saya yakin kita pasti bisa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Saya berharap kalian semua jangan melupakan tekad awal kalian. Untuk itu, kita harus saling menyemangati. Rumah sakit kita juga membutuhkan relawan untuk memberi pendampingan. Saya sangat bersyukur kepada relawan kita. Kita harus menginspirasi lebih banyak relawan. Rumah sakit merupakan sebuah ladang pelatihan besar. Di ladang pelatihan yang besar ini, kita bisa memahami lebih banyak kebenaran tentang lahir, tua, sakit, dan mati. Inilah kebenaran yang bisa dipelajari di ladang pelatihan ini.
Penderitaan terbesar dalam hidup manusia adalah penderitaan akibat penyakit. Mengobati penyakit dapat menciptakan pahala dan berkah terbesar. Inilah yang Buddha ajarkan kepada kita. Jadi, untuk menghimpun berkah, kita harus menjadi relawan rumah sakit. Selain dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, ini juga dapat menambah berkah kita. Kita harus menggenggam kesempatan.
Masyarakat yang penuh berkah kembali menciptakan berkah
Memiliki tekad pelatihan yang teguh tak tergoyahkan
Kenangan tentang kondisi yang serba sulit pada masa-masa awal sulit dilupakan
Mengobati penyakit dapat menciptakan pahala dan berkah terbesar
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Juni 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Juni 2016