Ceramah Master Cheng Yen: Hidup Berdisiplin Diri dan Membimbing Sesama
Lihatlah banyaknya bencana yang terjadi di dunia. Beberapa negara di dunia dilanda kebakaran yang sangat parah. Melihat kondisi di dunia ini, kita harus senantiasa menyadari ketidakkekalan dan berhati-hati. Ini merupakan cara untuk melakukan pencegahan.
Di Inggris, hujan lebat yang turun tiba-tiba telah menyebabkan bencana banjir yang sangat parah. Baik di dataran rendah maupun di wilayah pegunungan, semuanya dilanda bencana banjir yang besar.
Di Istanbul, Turki, air banjir juga menggenangi jalan hingga bagaikan sungai. Banyak orang yang merasa sangat khawatir. Bencana kebakaran dan banjir melanda negara yang berbeda dan mendatangkan kerusakan yang parah. Ini sungguh mengkhawatirkan.
Begitu pula dengan di Sri Lanka. Wilayah pegunungan di Palindanuwara pernah dilanda banjir yang parah. Relawan Tzu Chi terus melakukan pendampingan dan beberapa kali menyalurkan bantuan ke sana. Relawan Tzu Chi dari Sri Lanka dan Singapura bekerja sama untuk memberikan bantuan hingga kini.
Selain itu, kita juga melihat benih-benih relawan Tzu Chi yang sudah mulai bertunas di sana. Kini sudah ada warga setempat yang ingin menjadi relawan Tzu Chi. Mereka sangat berharap dapat segera mengikuti pelatihan dan praktik lapangan. Karena itu, relawan Tzu Chi dari Singapura berangkat ke sana untuk mengadakan kelas pelatihan yang pertama di tahun ini.
Mereka mengajarkan relawan setempat cara memegang mangkuk dan sumpit dengan harapan semoga tata cara dalam makan ini dapat dipraktikkan secara luas di sana. Melihat banyaknya penderitaan di dunia ini, kita harus lebih bekerja keras untuk menyucikan hati manusia dan hidup berdisiplin diri. Dengan meningkatkan kewaspadaan dan mawas diri, mungkin kehidupan kita akan lebih aman dan tenteram.
Selain di luar negeri, sesungguhnya Taiwan juga dilanda bencana. Museum Katsuo Chihsing Tan di Hualien yang dibangun dari kayu dilahap kobaran api pada dini hari kemarin. Kebakaran itu berlangsung selama beberapa jam. Untungnya, tidak ada korban luka-luka meski seluruh museum itu sudah hangus terbakar.
Selain itu di Pusat Perbelanjaan Fengjia, Taichung, juga terjadi kebakaran akibat ledakan gas di sebuah restoran. Api membakar dan merambat dengan cepat. Meski tim pemadam bekerja dengan cepat untuk memadamkan api, tetapi kerusakan yang terjadi tetap sangat parah. Setelah api berhasil dipadamkan, relawan Tzu Chi segera turun ke lokasi.
Melihat tim pemadam kebakaran yang tidak makan dan minum selama beberapa jam demi memadamkan api, relawan kita segera menyediakan minuman dingin agar mereka dapat melepas dahaga. Pemandangan ini sungguh menghangatkan hati. Inilah cara kita mencurahkan cinta kasih.
Kita juga melihat relawan Tzu Chi di Penghu yang mencurahkan kekuatan cinta kasih dalam jangka panjang. Di sana ada seorang bapak tua yang tidak dapat mengurus diri dan tinggal di sebuah rumah yang usang. Setelah menerima kasus ini, relawan Tzu Chi tidak tega melihat kehidupan bapak tersebut. Karena itu, mereka bergerak untuk mencurahkan perhatian dan membantu bapak tua itu memperbaiki rumah. Relawan Tzu Chi selalu begitu perhatian dan mencurahkan kekuatan cinta kasih. Cinta kasih ada di setiap tempat. Saya sungguh berterima kasih.
Selain di Penghu, relawan Tzu Chi di Tainan juga demikian. Mereka sangat bersungguh hati melakukan daur ulang. Relawan lansia ini sudah bergabung dengan Tzu Chi selama lebih dari 20 tahun. Meski tubuhnya sangat kurus dan kecil, tetapi dia melakukan daur ulang dengan tekad yang teguh karena dia tidak tega melihat bumi terluka.
”Saya rasa saya dapat melindungi bumi lewat kegiatan daur ulang. Saat ada orang mengajak saya pergi tamasya, saya selalu menolaknya karena saya ingin memilah dan merapikan barang daur ulang,” kutipan wawancara Chen Mei-zhi, seorang lansia yang sudah berusia 75 tahun.
Inilah kekuatan cinta kasih. Dia bukan hanya mengasihi umat manusia, tetapi juga mengasihi lingkungan dan bumi. Ini sungguh membuat orang tersentuh.
Kita juga melihat para dokter gigi kita yang merawat pasien di Genesis Social Welfare Foundation. Pekerja sosial dan perawat di sana memberi tahu kami bahwa banyak pasien di sana yang memiliki masalah pada rongga mulut. Mulut mereka berdarah, bernanah, dan mengeluarkan bau tidak sedap. Klinik tidak dapat menerima kasus ini karena mereka tidak memiliki fasilitas yang lengkap.
Kebetulan salah satu pekerja sosial di sana adalah anggota Tzu Ching. Dia lalu menelepon anggota TIMA di Taiwan tengah. Lalu, kami menerima informasi dari TIMA. Kebetulan, saat itu saya baru pulang dari Jepang. Untuk menangani seorang pasien dibutuhkan seorang dokter gigi, seorang asisten, dan 2 orang relawan untuk memegangi pasien.
Dahulu, karena penerangan yang kurang, kami membutuhkan seseorang untuk memegangi lampu. Karena itu, dibutuhkan paling sedikit 5 orang. Lalu, ada dua relawan yang bertanggung jawab untuk mendorong ranjang pasien. Jadi, untuk melayani seorang pasien, dibutuhkan sekitar 7 orang.
Terkadang, kami harus menyesuaikan diri dengan posisi pasien. Meski tangan dan pinggal terasa pegal, kami tetap harus bertahan dengan posisi itu. Pasien juga sangat bersusah payah menunggu kami selesai memberikan pengobatan. Karena itu, saya juga sangat berterima kasih kepada mereka.
Selain para dokter, para relawan juga ikut membantu. Mereka merogoh kocek sendiri untuk menyiapkan peralatan dan barang-barang lain yang diperlukan. Mereka mendedikasikan diri dalam bentuk uang dan tenaga. Begitu pula dengan sekelompok dokter gigi ini.
Baik di Taipei, Taitung, maupun Yilan, baik di wilayah pegunungan maupun wilayah pesisir, selalu ada jejak sumbangsih mereka. Selain memberikan layanan bagi pasien di Genesis Social Welfare Foundation, mereka juga memberi layanan bagi yayasan lain. Kisah yang menyentuh hati sangat banyak.
Semoga setiap orang dapat bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan menjaga pikiran dengan baik. Kita harus mawas diri, berhati tulus, dan bersumbangsih tanpa memiliki pamrih. Kita harus menjangkau sesama dengan cinta kasih tanpa pamrih. Demikianlah sederhananya membantu sesama. Melihat kekuatan cinta kasih seperti ini, Saya sangat tersentuh dan bersyukur.
Bencana yang terjadi mengingatkan kita tentang ketidakkekalan
Relawan Tzu Chi mencurahkan perhatian bagi tim pemadam kebakaran
Relawan daur ulang bekerja keras untuk melindungi bumi
Tim medis mencurahkan perhatian dengan cinta kasih tanpa pamrih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Juli 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina