Ceramah Master Cheng Yen: Hidup Tanpa Penyesalan dengan Menggenggam Waktu yang Ada

“Murid Jing Si di Yunlin, Chiayi, dan Dalin berikrar dengan tulus. Memetik pelajaran besar, kami pasti bervegetaris. Memetik pelajaran besar, kami menyosialisasikan vegetarisme. Memetik pelajaran besar, kami mendorong vegetarisme. Murid Jing Si di Yunlin, Chiayi, Dalin, RS Tzu Chi Dalin, RS Tzu Chi Douliu, dan Klinik Tzu Chi Chiayi memiliki hati yang satu.”

Setiap orang dari kita harus memiliki keyakinan, ikrar, dan praktik. Kita meyakini bahwa kebenaran ajaran Buddha tidak pernah berubah. Kebenaran adalah kebijaksanaan. Saat kebijaksanaan dan kebenaran menyatu, kita akan dapat melenyapkan berbagai noda batin yang dipicu oleh berbagai wujud kondisi luar. Jangan biarkan berbagai fenomena ini merintangi kita. Jangan biarkan fenomena ini merintangi batin kita atau membuat kita membangkitkan noda batin. Kita juga harus meyakini hukum sebab akibat.

Jalinan jodoh sudah tertanam sejak kehidupan lampau. Kita juga mendengar banyak insan Tzu Chi yang berbuat dengan sukarela dan menerima dengan sukacita. Kita harus sukarela menghadapi berbagai kesulitan. Kita sudah bertemu Tzu Chi. Kita bersedia untuk mengatasi berbagai kesulitan untuk menjalankan misi. Bukankah begitu pula dengan relawan dokumentasi? Kita bersumbangsih bukan demi diri sendiri, melainkan bagi dunia.

 

“Saya ingat 17 tahun yang lalu, dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun saya mengisi formulir penggalangan Bodhisatwa. Saya diajak untuk berpartisipasi pada kelas budi pekerti. Di kelas itu, pada pertemuan pertama, saya bertemu seorang rekan yang mengajak saya untuk menjadi relawan dokumentasi. Saya belajar merekam dan menyunting video. Saya juga bergabung dengan Tzu Chi secara resmi dan mengikuti pelatihan yang diperlukan, termasuk pelatihan misi Pendidikan,” kata Lai Shi-bao relawan Tzu Chi.

“Pada bulan Maret 2019, saya juga ikut dalam penyaluran bantuan ke Sri Lanka. Kesan dan pelajaran yang saya dapat ialah bagaimana bekerja sama dengan orang dan berlapang dada; saat bertemu masalah, kita berusaha menyelesaikannya dengan harmonis; menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan membangkitkan ikrar welas asih; bersumbangsih bersama-sama dan membangkitkan keseimbangan batin; berusaha menyelesaikan misi dengan sukacita,” lanjut Lai Shi-bao.

“Saya melihat di Hambantota, Sri Lanka baru ada beberapa relawan yang dilantik, tetapi mereka harus mengurus kegiatan berskala besar. Saat itu saya juga berbagi pengalaman dengan relawan dokumentasi dari Singapura dan Sri Lanka. Lewat bersumbangsih, saya merasakan berkah dan sukacita,” pungkasnya.

 

Kita telah mendengar para relawan dokumentasi yang bersumbangsih di Sri Lanka. Saat itu bencana yang melanda Sri Lanka amat besar. Empat badan misi Tzu Chi berhimpun untuk pergi ke sana, termasuk para relawan, terutama relawan dokumentasi. Mereka mencatat sejarah, tulisan, dan gambar. Dengan adanya gambar, suara, dan tulisan, yang terpenting kita dapat menjadi saksi bagi masa kini.

Para relawan berbagi tentang apa yang mereka dengar, lihat, dan jalankan. Inilah wujud dari keyakinan, ikrar, dan praktik.

Saat itu semua orang berikrar bersama untuk menyalurkan bantuan amal. Di mana ada bencana atau penderitaan di dunia, kita harus bersumbangsih dengan semangat Bodhisatwa, tidak takut jauhnya jalan yang harus ditempuh, tidak takut banyaknya kesulitan yang harus dihadapi. Semua orang bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih dan mengatasi berbagai kesulitan. Karena itu, kini kita memiliki catatan sejarah tentang kondisi saat itu.

Janganlah kita melupakan tahun itu. Kita telah menyaksikan peristiwa itu. Kita telah melihat Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi serta gedung sekolah menengah, sekolah dasar, dan TK. Kita melihat anak-anak lulus angkatan demi angkatan. Kita melihat anak-anak di sana sangat rapi dan tertib. Pakaian seragam sekolah mereka sangat rapi. Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, para siswa memakai dasi dengan rapi. Gambar, tulisan, dan rekaman video ini dikirimkan oleh relawan dokumentasi.

 

Saya juga merasa kehidupan saya kali ini tidak sia-sia. Demi dunia ini, Tzu Chi telah membantu banyak negara dan menenteramkan banyak keluarga. Jadi, saya ingin menyampaikan kepada kalian semua bahwa kita sungguh penuh berkah. Kita semua sama-sama berada dalam dunia Tzu Chi. Yang lebih membuat saya terharu ialah mereka yang seluruh anggota keluarganya adalah relawan Tzu Chi.

Tadi kita melihat keluarga yang tiga generasinya adalah insan Tzu Chi. Dalam keluarga itu, sudah ada belasan orang yang dilantik sebagai relawan Tzu Chi. Dari sini dapat dilihat bahwa menjalankan Tzu Chi membawa kebahagiaan bagi keluarga. Mereka memiliki arah yang sama. Dari sini dapat dilihat bahwa Tzu Chi patut untuk kita jaga.

Selain misi amal dan kesehatan, kita juga harus memikul misi budaya humanis dan pendidikan. Jadi, insan Tzu Chi memikul semua misi.

Sebagai relawan Tzu Chi, kalian juga menjadi relawan rumah sakit. Kunjungan kasih dan survei kasus di komunitas juga kalian jalankan. Kalian juga berpartisipasi dalam pembangunan sekolah atau menjadi ayah dan ibu pendamping misi pendidikan. Singkat kata, insan Tzu Chi memikul tanggung jawab demi masyarakat.

Kekuatan cinta kasih ini sungguh tak dapat dijabarkan dengan kata-kata. Inilah cinta kasih yang terhimpun dan menyatu tanpa celah. Cinta kasih ini menyatu dan terhimpun selapis demi selapis. Bayangan di bawah pohon rindang masih memiliki celah, tetapi cinta kasih kita begitu merata, menaungi semuanya dengan sempurna tanpa celah. Jadi, berkat cinta kasih tanpa celah ini, jalinan kasih sayang dapat terus berlanjut.

Misi amal dilanjutkan dengan misi kesehatan. Misi kesehatan dilanjutkan dengan misi pendidikan. Misi pendidikan dilanjutkan dengan misi budaya humanis. Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma telah dijalankan di berbagai komunitas di dunia. Demikianlah Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma kita.

Bodhisatwa sekalian, seumur hidup ini kita terus mendedikasikan jiwa raga. Saya pun demikian. Saya juga terus menyeret raga saya. Saya merasa saya harus melakukan perjalanan keliling. Meski tidak bertenaga, saya tetap harus mengerahkan sisa energi saya untuk menjalaninya.

Bodhisatwa sekalian, begitulah, saya tidak membiarkan waktu terbuang sedetik pun. Saya merasa harus lebih memanfaatkan kehidupan saya untuk mengunjungi tempat yang harus saya kunjungi dan memanfaatkan setiap waktu yang ada.

Bodhisatwa sekalian, saya juga mendorong kalian untuk melakukan hal yang sama.

Sukarela menjalankan misi demi semua makhluk
Sukacita bersumbangsih mewujudkan keyakinan, ikrar, dan praktik
Hidup tanpa penyesalan dengan memanfaatkan setiap waktu yang ada
Memperluas dan memperpanjang cinta kasih hingga ke seluruh dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Februari 2021         
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 07 Februari 2021
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -