Ceramah Master Cheng Yen: Hikmah di Balik Perubahan


“Orang tua saya tidak berani tidur dan berjaga sepanjang malam di lantai bawah bersama Kakek. Gempa seperti ini membuat kami tidak bisa tidur,”
kata salah seorang warga.

“Saya mulai gemetar,” kata Qiu Pei-wen warga.

“Kamu juga khawatir dengan ibumu,” tanya salah seorang relawan Tzu Chi.

“Saya khawatir dengan Ibu dan khawatir dengan rumah ini karena ini adalah rumah tua, takut runtuh,” kata Qiu Pei-wen warga.

“Terima kasih,” kata salah seorang warga.

“Ini untuk menenangkan hatimu. Master dan seluruh insan Tzu Chi peduli dengan kalian,” kata Bhiksuni De Ding Anggota Sangha Griya Jing Si.

“Dari beberapa rumah yang kami lihat, strukturnya masih baik-baik saja. Namun, bagi para warga, mental dan kehidupan mereka terganggu,” kata Liu Xiao-cheng Wakil ketua badan misi amal Tzu Chi.


Ajaran Buddha berkata bahwa kehidupan ini tidak kekal dan terus berlalu seiring berjalannya waktu. Semua orang mengharapkan kehidupan yang damai. Sesungguhnya, berapa banyak waktu yang masih ada atau berapa banyak waktu yang telah berlalu? Tidak ada yang tahu. Oleh karena itu, kita harus menggenggam waktu saat ini, menyadari masa lalu, dan merencanakan masa depan. Berapa banyak waktu yang tersisa dalam hidup kita? Bagaimana kita bisa menghitungnya? Karena tidak tahu jawabannya, lebih baik kita memanfaatkan hari ini dengan baik. Sayangnya, pikiran kita juga melalui fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Pada akhirnya, berapa banyak waktu yang tersisa?

Sulit bagi kita untuk menganalisis waktu. Apakah kita memiliki waktu? Bagaimana kita melewati waktu-waktu kita? Apa saja hal-hal yang telah kita lewati yang tinggal dalam ingatan kita? Sesungguhnya, ini tidak terlihat. Jadi, inilah eksistensi ajaib di balik kekosongan. Eksistensi ajaib ini pada hakikatnya juga kosong. Mengenai eksistensi ajaib dan kekosongan sejati, jika kita dapat memahami ajaran Buddha, kita bisa melepas dan merelakan segalanya.

Jangan biarkan noda batin masa lalu terus terakumulasi dalam diri kita. Janganlah menyimpan emosi cinta, benci, dan dendam di dalam hati kita. Berbicara tentang cinta, apa yang kalian cintai? Akankah cinta itu tetap ada? Apakah itu layak untuk kalian cintai dan lekati? Sesungguhnya, ini berada di luar kendali diri kita sendiri.


Berbicara tentang kebencian, ketika Anda membenci seseorang, Anda mengingat hal-hal di masa lalu atau hal-hal yang telah hilang dan tidak dapat melepaskannya. Kalaupun tidak dilepaskan, apa yang bisa Anda lakukan? Hal itu telah berlalu. Anda terus mencari, tetapi tidak mendapatkannya kembali. Lalu, apa gunanya terus melekati masa lalu itu? Kita harus mengambil satu pelajaran, yaitu menggenggam kehidupan kita dengan baik.

Masa lalu itu telah berlalu dan kosong. Namun, eksistensinya memberi kita pelajaran bahwa kita harus mengingat kesalahan yang pernah kita lakukan. Kegelapan batin membuat orang-orang berbuat salah yang menyebabkan konflik antarmanusia. Meski tidak saling mengenal, orang-orang sama-sama menciptakan karma buruk. Dengan adanya akumulasi karma buruk, kita selalu mendengar laporan bencana dari seluruh insan Tzu Chi di dunia.

Insan Tzu Chi selalu memberi laporan saat terjadi bencana di negara mereka. Mereka juga akan memberi kabar bahwa mereka aman dan siap untuk melakukan survei bencana dan menyalurkan bantuan. Saya akan selalu mengatakan hal yang sama, "Pastikan semuanya aman sebelum kalian pergi. Ketika kalian pergi, hendaklah berhati-hati dan selalu meningkatkan kewaspadaan diri. Keselamatan adalah hal terpenting."


Sebelum berangkat, mereka akan menyiapkan barang bantuan yang akan dibawa. Insan Tzu Chi akan mengajak semua relawan untuk membantu pengemasan. Ketika orang-orang mengalami penderitaan, Bodhisatwa akan bergerak dan menjangkau orang-orang yang menderita. Mereka bergerak untuk membantu orang yang menderita. Mereka mengeluarkan dana dan tenaga. Jika letak daerah bencana jauh, mereka akan mengambil izin dari pekerjaan untuk menjalankan misi Tzu Chi sebagai relawan. Mereka mengambil cuti kerja untuk menjadi relawan. Namun, mereka tidak pernah libur saat menjadi relawan.

Setiap relawan memiliki pola pikir, "Saat ini saya dibutuhkan." Mereka tidak akan berkata, "Saya sedang libur hari ini." Mereka adalah relawan yang merasa bahwa menjalankan misi adalah sebuah kewajiban. Dengan demikian, jalinan kasih sayang Tzu Chi terus diperpanjang. Cinta kasih Bodhisatwa telah tersebar luas. Seluruh relawan melayani dengan ketulusan hati. Inilah yang disebut kebenaran, kebajikan, dan keindahan.

Jika kita tidak menciptakan berkah dan semua orang di Bumi terus menciptakan karma buruk dengan merusak alam dan mencemari udara, maka tidak akan ada energi kebaikan di Bumi. Bagaimana kita dapat hidup damai dan tenteram? Jika kekeruhan ada di mana-mana, bagaimana kita dapat hidup damai dan tenteram? Karena itu, kita harus membangkitkan hati yang tulus, cinta kasih, dan kasih sayang Bodhisatwa untuk mendedikasikan diri dalam bersumbangsih. Kita memerlukan berkah untuk membantu orang lain.


Di mana pun terjadi bencana, kita berikrar untuk memberi pertolongan. Selama ada bencana dan penderitaan, hendaklah kita bersumbangsih. Begitulah kita menciptakan berkah bagi diri sendiri. Ketika kita bersumbangsih dengan memberikan barang bantuan bagi orang lain, kita akan mendapatkan berkah. Dapat bersukacita dan saling mendoakan setiap hari adalah berkah. Inilah kondisi yang penuh keberuntungan.

Setiap kali kita bertemu dengan orang lain, hendaklah kita berkata, "Selamat pagi, salam sejahtera." Hendaklah kita semua saling mendoakan dan berkata, "Terima kasih, saya mendoakanmu." Hendaklah kita saling berterima kasih. Saya berharap dalam interaksi antarmanusia, ketika bertemu satu sama lain, kita dapat berkata, "Apa kabar? Salam sejahtera. Terima kasih."

Saya berharap semua orang dapat memiliki kesempatan untuk mengucapkan kata-kata ini setiap saat. Hidup damai dan tenteram adalah berkah. Dapat bersumbangsih juga adalah berkah. Mampu melepas dan merelakan adalah kebijaksanaan. Ini disebut membina berkah dan kebijaksanaan bersamaan. 

Waktu terus berlalu dan sulit untuk diperkirakan
Menjaga pikiran bajik setiap menit dan detik
Membedakan yang benar dan salah serta memetik pelajaran darinya
Menghentikan kejahatan dan menciptakan berkah untuk membawa keberuntungan   

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 10 Oktober 2022
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -