Ceramah Master Cheng Yen: Ikrar Welas Asih Menerangi Dunia

“Buat kepedulian yang saat ini kita perlukan bukan saatnya untuk kita saling menyalahkan tetapi saatnya kita saling bersinergi, bekerjasama untuk menolong teman-teman kita yang memerlukan, yang sedang sakit,” kata Brigjen TNI dr. A. Budi Sulistya Wakil kepala RSPAD Gatot Subroto.

“Kita sangat mangharapkan barang ini bisa langsung dimanfaatkan mungkin mereka juga sangat membutuhkan. Jadi mungkin persiapan-persiapannya itu agak kurang,” kata Yopie relawan Tzu Chi.

“Bantuan dari Tzu Chi untuk rumah sakit adalah dukungan untuk tim medis, dimana mereka sangat membutuhkan adalah alat APD yaitu alat pelindung dini untuk para medis ri rumah sakit itu,” kata Joe Riadi relawan Tzu Chi.

Di Indonesia, merebaknya wabah COVID-19 mulai terlihat jelas sejak bulan Maret. Insan Tzu Chi di Indonesia sebelumnya sudah memiliki perkiraan dan telah melakukan berbagai persiapan. Begitu dibutuhkan, mereka segera bersumbangsih.

Mereka menyediakan berbagai kebutuhan bagi institusi dan tenaga medis setempat. Karena kurangnya persediaan di dalam negeri, mereka harus membeli barang dari luar negeri.

 

Ketua Tzu Chi Indonesia, Su Mei, menjalankan pengaturan dengan sangat baik dan tepat. Namun, saat dibutuhkan kekuatan lebih, wakil ketua Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma, meski sedang berada di Singapura, juga segera mengerahkan kemampuannya untuk menggerakkan pengusaha setempat. Beliau sendiri berada di Singapura, tetapi tetap melakukan koordinasi jarak jauh. Koordinasinya sangat lancar sehingga di Indonesia, barang dan sumber daya manusia bisa tersedia dan Tzu Chi bisa segera menyalurkan bantuan.

Selain itu, ada Bapak Franky O. Widjaja dari Sinar Mas yang juga merupakan wakil ketua Tzu Chi Indonesia. Beliau memiliki koneksi luas dan bisnis yang besar. Beliau juga mengerahkan sumber daya yang dimilikinya untuk menggalang kekuatan. Beliau menggalang para pengusaha untuk turut bersumbangsih. Mereka di Indonesia bertekad untuk menggalang dana 500 miliar rupiah. Para pengusaha setempat sangat antusias.

Selain para pengusaha besar, para relawan Tzu Chi di berbagai komunitas juga sangat bersatu hati dalam menggalang dana. Mereka menghimpun hati, orang, dan cinta kasih serta menyosialisasikan pola hidup vegetaris. Mereka membagikan kisah ini satu per satu. Mereka yang berkemampuan besar menyumbangkan kekuatan besar. Orang-orang di berbagai komunitas juga mengerahkan kekuatan hati mereka untuk turut bersumbangsih. Karena itu, kali ini nama Tzu Chi Indonesia bergema di mana-mana.

Mereka mendapat pengakuan dan pujian dari pemerintah, presiden, hingga warga masyarakat. Semua ini terwujud di Indonesia karena Tzu Chi telah bersumbangsih bagi masyarakat. Para pengusaha yang bergabung dengan Tzu Chi telah mengerahkan kekuatan besar untuk menciptakan berkah bagi masyarakat. Sumbangsih ini sungguh membawa kemuliaan. Kekuatan mereka sangat besar sehingga dalam penanganan wabah kali ini, Tzu Chi Indonesia mendapat banyak pujian.

 

Saya percaya orang-orang yang turut bersumbangsih pasti merasakan perasaan sukacita dan penuh semangat karena mendapat pujian dari banyak orang. Meski bersumbangsih tanpa pamrih, tetapi saat dipuji, tentu di dalam hati juga merasakan rasa sukacita. Batin mereka tetap bebas rintangan. Mereka tidak meminta balasan apa-apa saat bersumbangsih.

Saat bersumbangsih, mereka juga tidak merasa sombong. Tidak. Jadi, tidak ada rintangan apa pun. Inilah rasa sukacita yang terunggul dan menakjubkan. Perasaan sukacita itu begitu halus dan menakjubkan. Ini bukanlah kesombongan. Karena bukan kesombongan atau keangkuhan, maka disebut menakjubkan. Rasa sukacita dan antusias itu adalah yang terunggul dan menakjubkan. Cahaya batin ini menyinari dunia.

Bukan hanya insan Tzu Chi di Indonesia, kalian di negara lain juga seharusnya mengetahuinya dan turut memuji. Jadi, mereka telah sungguh-sungguh menyebarkan Dharma terus-menerus. Ini adalah pemutaran roda Dharma dengan suara. Segala yang mereka lakukan telah tersebar di kalangan masyarakat setempat. Kebajikan ini terus berputar bagaikan roda. Ini disebut roda Dharma kebajikan. Ada orang yang bersumbangsih, ada pula yang menyebarkan.

Kita juga mendengar Wen Yue melaporkan tentang bagaimana media massa setempat memberitakan dan memuji Tzu Chi. Ini adalah pemutaran roda Dharma dengan suara. Jadi, dengan bersumbangsih, mereka memperoleh manfaat, bersukacita, dan mendapat pujian dari banyak orang. Bagaimana mereka dapat mewujudkan ini dengan mantap?

Bapak Franky O. Widjaja dan Sugianto Kusuma berkata, "Kami harus berterima kasih kepada Master. Masterlah yang telah memberi tahu kami untuk berkontribusi bagi masyarakat."


Ya, kita harus berkontribusi bagi masyarakat. Kita harus menciptakan berkah di dunia. Para relawan ini telah meyakini dan menyerap Dharma. Mereka meyakini Dharma dan memiliki arah yang benar sehingga dapat melangkah dengan mantap. Inilah keyakinan dan pemahaman. Mereka memiliki keyakinan dan semakin memahami saat menjalankan praktik.

Tzu Chi di Indonesia telah berdiri selama 27 tahun. Tahun ini adalah tahun ke-27. Dua puluh tujuh tahun yang lalu, di saat-saat yang paling dibutuhkan, Tzu Chi hadir di Indonesia. Para relawan ini mengenal Tzu Chi dan menjalin jodoh dengan saya. Bagaimana jalinan jodoh ini terjalin? Semua pasti ada sebabnya. Jadi, sejak saat itu mereka membangun keyakinan.

Segala yang saya katakan, mereka pahami, yakini, terima, dan jalankan. Mereka menjalankannya hingga sekarang. Jika direnungkan dengan tenang, karena memiliki keyakinan, mereka dapat memahami maksud ucapan saya. Mereka menerima ajaran dan bersandar pada Dharma. Jadi, mereka telah mendapat keluarbiasaan dari keyakinan dan pemahaman atas Dharma. Mereka telah menyerap kebenaran ke dalam hati sehingga rela bersumbangsih. Ini menggambarkan tingkatan Bodhisattva pertama, yakni Bhumi Sukacita.

Sungguh, mereka menciptakan berkah di dunia sehingga senantiasa mendapat pujian. Berada di tanah yang penuh berkah itu, mereka menjadi Bodhisattva yang penuh sukacita.

Bersumbangsih tanpa pamrih menjawab kebutuhan
Bekerja sama dengan harmonis untuk menciptakan berkah
Menjalankan ajaran dengan penuh keyakinan
Memutar roda Dharma di Indonesia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Mei 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 18 Mei 2020     
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -