Ceramah Master Cheng Yen: Jalan Penuh Berkah dan Kebijaksanaan
Pencapaian diraih seiring waktu. Selama lebih dari 50 tahun belakangan, Tzu Chi senantiasa menyebarkan benih kebajikan.
Di masyarakat yang makmur, kekayaan batin makin dibutuhkan. Kekayaan batin mencakup rasa syukur dan puas diri. Orang yang tahu berpuas diri, baru bisa bersyukur. Kita semua penuh berkah.
Saya berharap bahwa dalam mempelajari ajaran Buddha, kita bukan hanya berdoa di vihara, melainkan perlu membangkitkan hakikat Kebuddhaan dalam diri agar terhubung dengan Buddha. Saat menghormat di hadapan Rupang Buddha, sesungguhnya kita menghormat pada hakikat Kebuddhaan di dalam diri. Sesungguhnya, Buddha tak berwujud. Buddha tidak datang ke dunia untuk disembah. Bukan seperti itu.
Buddha juga tidak ingin kita meminta berkah kepada-Nya. Bukan seperti itu.
Pencerahan yang dicapai Buddha merupakan hasil pelatihan diri-Nya. Beliau perlu membersihkan hati sehingga bebas dari noda dan sangat hening. Beliau juga melepaskan kesibukan duniawi, status sosial, dan kekayaan-Nya. Beliau ingin mencari kebenaran hidup, dari mana asal kehidupan, dan ke mana kita pergi setelah meninggal.
Dalam kehidupan ini, orang-orang lahir dengan ketidaktahuan dan menjalani hidup dengan kebingungan. Setelah mengakumulasi ketidaktahuan dan menciptakan karma, manusia meninggal lagi. Kita mengakumulasi karma dari kehidupan ke kehidupan. Antara waktu dan dunia ini, dunia merupakan keberlanjutan waktu layaknya sungai panjang. Dalam ajaran Buddha, ini disebut “kalpa”. Waktu yang sangat panjang disebut kalpa. Kita hidup dalam keberlanjutan waktu yang sangat panjang ini.
Orang yang melatih diri mengubah akumulasi kesadaran dari kehidupan ke kehidupan menjadi kebijaksanaan dan tidak terpengaruh hal-hal duniawi. Selain menahan godaan, kita perlu menentukan arah tujuan kita dengan jelas. Agar Dharma dapat dijalankan di dunia, diperlukan orang yang menyebarkan Dharma. Orang yang menyebarkan Dharma dibagi menjadi empat kelompok, yakni dua kelompok yang meninggalkan keduiawian dan dua kelompok yang berumah tangga, disebut sebagai 4 kelompok murid Buddha.
Sebuah pepatah mengatakan, “Bodhisatwa yang berumah tangga memiliki kebijaksanaan unggul.” Ini karena Bodhisatwa yang berumah tangga berhubungan dengan banyak hal di masyarakat dan komunitas. Nilai kehidupan dihitung dari hal-hal bermakna yang kita lakukan. Inilah data besar kehidupan.
Kini, bagi Tzu Chi, hal yang paling penting ialah membentuk data besar Tzu Chi. Jangan lupakan tahun itu, jangan lupakan orang-orang saat itu, dan jangan lupakan tekad saat itu.
Ada beberapa relawan yang bergabung di Tzu Chi, lalu berhenti. Kehidupan ini tidak kekal. Mungkin akibat rasa malas, ada orang yang berhenti atau mundur dan tidak lagi berkesempatan untuk bergabung karena kehidupan ini tidak kekal. Jadi, kita harus menghargai kesempatan. Mengapa mereka bisa berhenti?
Karena mereka tidak menyelami Misi Tzu Chi. Mereka yang berdedikasi menyelami misi pasti tidak akan mundur karena mereka menemukan nilai kehidupan. Walaupun kehidupan tidak kekal, tetapi jiwa kebijaksanaan abadi. Dengan jiwa kebijaksanaan ini, kita menjalin jodoh baik dari kehidupan ke kehidupan. Apabila tidak sengaja menyimpang, kita akan menjalin jodoh buruk yang akan memupuk perselisihan. Jadi, kita perlu sungguh-sungguh menggenggam kehidupan ini.
Pelestarian lingkungan sangat penting. Kita menikmati kepraktisan masa kini, tetapi begitu kita membuang barang demi kepraktisan, kita menciptakan bencana bagi anak cucu. Kita hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Saat perubahan iklim terjadi, manusia tidak dapat menghindarinya.
Sesungguhnya, hanya dengan satu niat, kita dapat melindungi Bumi. Dengan satu niat, kita dapat menjalin jodoh baik dan mengubah keburukan menjadi keharmonisan. Semua itu dapat dilakukan dengan menginspirasi banyak orang. Ini sangatlah penting. Sebutir benih dapat tumbuh menjadi tak terhingga.
Kita dapat menyebarkan kekuatan cinta kasih dengan berbagi mengenai Tzu Chi kepada siapa pun dan di mana pun. Setiap orang harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Hanya melalui Jalan Bodhisatwa, kita dapat mengubah keburukan menjadi keharmonisan.
Saya harap setiap orang dapat memiliki energi keharmonisan ini. Ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan laksana tanah yang subur; cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin laksana angin yang sejuk. Selain itu, kebijaksanaan dan Dharma laksana air yang jernih. Kita memerlukan air yang jernih. Berikutnya, ketekunan dan semangat laksana cahaya matahari.
Empat elemen, yakni tanah, air, api, dan angin harus selaras agar dunia kita tenteram. Semua ini dimulai dari sebersit niat. Dengan niat mempraktikkan Jalan Bodhisatwa, kita dapat membawa keselarasan dan ketenteraman dunia. Apakah kalian mengerti? (Mengerti).
Ya, kita perlu bertekad dan berikrar untuk menciptakan tanah suci di dunia. Kita perlu mengubah dunia yang penuh kekeruhan ini menjadi tanah suci. Apakah kita bisa melakukannya? (Bisa).
Segala sesuatu dipelopori oleh pikiran. Ingatlah, setiap relawan bertanggung jawab untuk mewariskan silsilah Dharma Jing Si dan menyebar benih kebajikan dalam Mazhab Tzu Chi. Jadi, ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Jangan malas. Tetaplah tekun dan bersemangat.
Semoga kalian bertumbuh dalam berkah dan kebijaksanaan, terus maju langkah demi langkah dalam jalan Tzu Chi di dunia ini.
Kekayaan batin meliputi
rasa syukur dan puas diri
Mengubah pengetahuan
menjadi kebijaksanaan demi menjalin jodoh baik
Tekun dan bersemangat untuk menciptakan keharmonisan dan berkah
Berikrar untuk
menciptakan tanah suci di dunia
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Desember 2019