Ceramah Master Cheng Yen: Jangan Melupakan Bencana Gempa 21 September 1999
“Dampak gempa 21 September 1999 bagi SMP Dongshi ialah 30 persen dari jumlah murid pindah ke sekolah lain. Setelah sekolah baru selesai dibangun, seluruh guru dan murid di sekolah sangat senang karena memiliki ruang kelas yang begitu indah. Tiga puluh persen murid yang telah pindah sekolah pun pindah kembali ke sekolah kami. Pascagempa 21 September 1999, Tzu Chi benar-benar sangat membantu sekolah kami dalam proyek pembangunan ulang. Dalam proses pembangunan, kami bekerja bersama kakak-kakak dari Tzu Chi untuk membantu membongkar rumah, memindahkan barang, menanam rumput, dan memasang konblok. Dalam proses itu, saya merasa ada usaha dan cinta kasih saya di dalam pembangunan itu. Saya berbagi tentang hal ini kepada Saudara sekalian. Saya sungguh sangat berterima kasih kepada Saudara sekalian. Cinta kasih dan kekuatan kalian adalah tanpa batas,” ujar Qiu Jian-wei, Kepala SMP Dongshi.
“Sungguh, bantuan pembangunan ulang sekolah dari Tzu Chi telah membawa harapan bagi kami yang tadinya putus asa. Tzu Chi membantu pembangunan ruang kelas rakitan serta pembangunan ulang sekolah dan membuat lingkungan di sekitar sekolah menjadi indah. Untuk serangkaian proyek ini, Tzu Chi hanya menghabiskan waktu 1 atau 2 tahun untuk menyelesaikannya. Kami sungguh sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Berkat kalian, kami bisa dengan cepat kembali beraktivitas dengan normal,” kata Jiang Hong-jun, mantan Kepala SD Dongshi.
Kita bisa mendengar para kepala sekolah berbagi tentang proyek pembangunan ulang sekolah dan bagaimana perasaan mereka pada saat itu. Kita benar-benar harus mengenang kembali gempa yang terjadi pada tahun itu. Sebelum gempa 21 September 1999 terjadi, kita memberi perhatian kepada Turki karena pada tanggal 17 Agustus 1999, terjadi gempa di Turki. Pada saat itu, kita mengimbau orang-orang di seluruh dunia untuk peduli terhadap Turki.
Tentu saja, Taiwan yang merupakan tempat awal Tzu Chi didirikan, tidak boleh ketinggalan untuk bergerak menggalang dana bagi korban gempa di Turki. Ketika para relawan Tzu Chi sedang menggalang dana, timbul banyak kritikan dari warga sehingga menyebabkan tekanan besar bagi para relawan Tzu Chi. Meski demikian, relawan Tzu Chi tetap mempraktikkan Enam Paramita dan tetap menjalankan penggalangan dana.
Pada dini hari tanggal 21 September 1999, Taiwan tiba-tiba diguncang gempa. Pascagempa 21 September 1999, relawan Tzu Chi mulai memberikan bantuan bencana. Bencana gempa kali itu sungguh sangat memprihatinkan. Saya sangat berterima kasih kepada semua insan Tzu Chi yang bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga dalam penyaluran bantuan bencana gempa 21 September 1999.
Saat mereka melakukan upaya bantuan, kondisi seperti apa yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan di dalam hati? Tahun itu, kita sangat sibuk dalam bantuan bencana. Setiap hari, insan Tzu Chi dari wilayah selatan dan utara Taiwan berkumpul di wilayah tengah Taiwan. Insan Tzu Chi dari luar negeri juga datang untuk mendedikasikan diri. Relawan Tzu Chi yang berseragam biru putih dari berbagai tempat datang membantu.
Ketika membabarkan Sutra Bunga Teratai bab "Bodhisatwa dari Dalam Bumi", dalam benak saya terus muncul bayangan para relawan yang datang dari berbagai tempat. Pascagempa 21 September 1999, saya juga pernah berkata bahwa Bodhisatwa muncul dari berbagai tempat. Dalam waktu 2 tahun lebih, kita telah membangun 50 sekolah. Dalam waktu tidak sampai 3 tahun, kita telah membangun 50 sekolah di wilayah tengah Taiwan.
Di dunia ini sungguh banyak bencana. Pascagempa 21 September 1999, orang-orang mengerahkan kekuatan cinta kasih. Orang yang tinggal di wilayah tengah Taiwan harus bersyukur. Dengan rasa syukur, barulah ada kehangatan. Pada saat itu, kita tak hanya memberikan bantuan darurat, tetapi juga menenteramkan jiwa, raga, dan kehidupan para warga.
Kita tidak hanya membangun sekolah, di saat yang sama juga membangun Rumah Cinta Kasih. Siang dan malam insan Tzu Chi membantu pembangunan Rumah Cinta Kasih. Meski bangunan rumah itu tidak luas, tetapi setiap rumah berukuran sekitar 40 meter persegi dan di dalamnya terdapat dapur, ruang makan, dan ruang tamu. Meski bangunan rumahnya tidak terlalu luas, tetapi sangat nyaman.
Rencananya, warga bisa tinggal di sana selama 3 tahun sambil menunggu hingga rumah permanen selesai dibangun. Dengan demikian,
mereka bisa pergi bekerja dengan tenang. Kita mendesain 2 unit rumah gandeng dan di kedua sisi rumah tersebut masih ada lahan kosong. Kita membantu mereka mendesainnya dengan sepenuh hati. Meski ruang tamu mereka tidak besar, tetapi lebih baik berkali-kali lipat dari tenda.
Selain itu, kita juga membangun sebuah taman yang indah bagi setiap 10, 20, atau 30 keluarga. Taman di setiap tempat berbeda-beda. Di sana juga ada taman bermain anak-anak agar suara tawa anak-anak dapat terdengar di lingkungan sekitar. Lanskapnya mencakup jembatan kecil, air, dan batu-batuan. Lampu jalan di sana juga sangat indah. Seperti itulah rancangan Perumahan Cinta Kasih saat itu.
Setelah hampir 3 tahun, berhubung Perumahan Cinta Kasih yang permanen telah rampung, warga pindah ke sana. Setelah warga pindah keluar, insan Tzu Chi masih harus membongkar rumah-rumah rakitan itu, bahkan satu sekrup atau paku pun tidak ketinggalan untuk dikumpulkan kembali. Itulah yang kita lakukan saat itu. Kini, 20 tahun sudah berlalu.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Bodhisatwa yang datang membantu dari berbagai tempat. Alasan saya meminta semua orang untuk mengenang kembali yang terjadi pada tahun itu ialah untuk mendidik anak-anak. Saya juga berharap kepala sekolah yang pernah mengalami bencana itu untuk mendidik generasi penerus agar mereka tahu betapa besarnya kekuatan alam.
Kaum muda yang pernah mengalami bencana ini saat mereka masih kecil mungkin sudah melupakannya karena mereka menjalani kehidupan yang terlalu nyaman. Agar mereka tidak lupa dan lengah,
kita harus mengadakan pameran untuk mengenang kembali gempa yang terjadi pada tahun itu. Ini bertujuan untuk mendidik generasi muda. Semua ini berkaitan erat dengan mereka. Di tengah bencana yang menggemparkan, kita harus sadar dan mengambil hikmahnya. Kita harus senantiasa waspada meski berada dalam kondisi aman.
Mempraktikkan Enam Paramita dan membangkitkan niat baik
Bodhisatwa muncul dari berbagai tempat untuk memberi bantuan bencana
Membangun sekolah dan rumah untuk menenteramkan warga
Jangan melupakan bencana gempa 21 September 1999
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Maret 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Maret 2019