Ceramah Master Cheng Yen: Jangan Meremehkan Diri Sendiri dalam Mewujudkan Perdamaian
Lebih dari 50 tahun yang lalu, saya mulai menyerukan semangat celengan bambu dengan menyisihkan 50 sen setiap hari. Dengan setiap koin yang terkumpul, kami dapat membeli beras dan pakaian musim dingin untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Saya ingin menyelamatkan banyak orang.
Belakangan ini, kita sering mendengar orang lain berkata, "Saya juga ingin membantu." Semua orang bersedia untuk membantu orang lain. Dengan menyisihkan sedikit uang setiap hari, tanpa memengaruhi kehidupan kita, kita dapat membantu orang lain. Hendaknya kita semua menyatukan hati. Lihatlah insan Tzu Chi, semuanya telah menghimpun cinta kasih dan tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan.
Sepanjang perjalanan sampai saat ini, saya telah melihat dan mendengar berbagai kisah dari dokter dan perawat di RS Tzu Chi Dalin dan Taichung. Semua kisah sangat menghangatkan hati. Para dokter dan perawat menjadikan tekad saya sebagai tekad mereka sendiri dan menjadikan hati Buddha sebagai hati mereka sendiri. Saya sangat memuji mereka. Saya sering berkata bahwa para dokter bagaikan Tabib Agung. Buddha datang ke dunia untuk menyembuhkan setiap orang dari penyakit fisik dan penyakit batin. Jadi, Buddha datang ke dunia karena adanya penyakit fisik dan batin semua makhluk sehingga Beliau membabarkan Dharma.
Buddha memberi tahu kita bahwa penderitaan ada di mana-mana dan penderitaan sangat bermacam-macam. Jadi, hendaknya kita menyerukan kepada semua orang untuk membangkitkan cinta kasih. Inilah tujuan utama Buddha datang ke dunia, yaitu mengajarkan kepada semua orang membangkitkan batin Bodhisatwa dan mencintai semua makhluk yang ada di dunia. Jika kita dapat menerapkan ajaran cinta kasih ini, masyarakat dan negara akan damai. Jika ini terjadi, Bumi ini akan menjadi Tanah Suci.
Buddha membabarkan Dharma di dunia dengan harapan agar dapat mengubah dunia yang keruh ini menjadi Tanah Suci. Dunia ini telah tercemar. Lihatlah tubuh manusia. Sesungguhnya, tubuh kita tidaklah bersih. Sama halnya dengan dunia ini. Jadi, kita harus menyucikan diri kita sendiri. Pikirkanlah, jika dunia ini tidak memiliki air, bagaimana kita membersihkan sesuatu? Tubuh kita, tempat tinggal kita, dan berbagai tanaman pangan, semuanya membutuhkan keselarasan empat unsur. Jika kita dapat menghimpun hati semua orang, barulah dunia ini akan damai dan dunia yang keruh ini menjadi Tanah Suci. Jadi, mengenai pelatihan diri, kebuddhaan dicapai di dunia ini, Bodhisatwa muncul di dunia ini, Tanah Suci pun seharusnya diwujudkan di dunia ini. Semuanya tak lepas dari dunia ini.
Dengan mentransformasi hati semua orang di dunia, nafsu keinginan dapat diubah menjadi cinta kasih. Nafsu keinginan berasal dari keegoisan kita. Sikap egois adalah sikap yang hanya mementingkan diri sendiri, bagaikan percikan api yang dapat membakar seluruh lahan. Jika semua orang di dunia seperti itu, komunitas, masyarakat, negara, bahkan dunia akan terancam.
Saya sering berkata bahwa percikan api dapat membakar seluruh lahan. Hutan yang luas dapat terbakar oleh 1 korek api. Sesuatu yang kecil dapat menyebabkan masalah yang besar. Banyak negara saat ini mengalami bencana kebakaran dan banjir. Lihatlah pembangunan yang berlebihan. Tidak heran jika hutan dan gunung mengalami eksploitasi yang berlebihan yang berujung pada bencana. Jika kita tidak melindungi tanah dan air dengan baik, bencana akan terus terjadi. Inilah yang terjadi di dunia ini.
Buddha memberi tahu kita agar kita dapat mengurangi nafsu keinginan, mengenal rasa puas, dan mengembangkan cinta kasih agar dapat menyelaraskan hati semua orang. Dengan demikian, Bumi, negara, masyarakat, dan daerah tempat kita tinggal secara alami akan bagaikan surga yang harmonis tanpa ada konflik. Inilah surga. Sebaliknya, di neraka semua penghuni akan saling berperang. Begitulah neraka. Ada neraka yang penuh api yang menyala-nyala dan neraka yang penuh dengan gunung pedang. Gambaran ini juga dapat kita temukan di alam manusia.
Lihatlah perang yang terjadi, semuanya melibatkan pisau dan senjata. Saat ini, peluru kendali dapat menyebabkan kerusakan skala besar. Daripada merusak, alangkah baiknya jika manusia memanfaatkan teknologi untuk membawa perdamaian di dunia agar semua orang tidak kekurangan pakaian dan makanan serta dapat hidup dengan tenang dan damai. Inilah yang disebut dengan surga. Intinya, kehidupan di surga sangatlah damai dan tenteram. Inilah kehidupan yang baik.
Namun, kita tidak bisa memiliki surga di dunia karena hati makhluk hidup belum semuanya dapat disucikan. Oleh karena itu, hal ini tidak dapat dicapai. Namun, jika belum dapat mencapai ini, apakah kita tidak perlu berbuat apa-apa? Ini tidaklah benar. Jika kita dapat menyerukan kebajikan di setiap tempat, secara alami daerah-daerah yang kecil akan membawa pengaruh dengan cakupan yang luas. Seperti yang telah saya katakan, janganlah kita meremehkan kekuatan 50 sen. Dimulai dengan 50 sen, seiring akumulasi waktu dan himpunan cinta kasih semua orang, kita dapat membantu banyak negara hingga saat ini.
Jejak insan Tzu Chi telah tersebar di banyak negara. Di negara-negara tersebut juga ada relawan setempat yang bersedia membantu. Hendaknya kita berinteraksi dengan mereka dan menginspirasi mereka untuk menjadi benih Tzu Chi di negara mereka. Mereka memiliki hati yang tulus untuk membantu orang lain. Dengan demikian, ketika mendapatkan informasi bahwa negara tersebut mengalami bencana, kita dapat menghubungi relawan yang ada di sana dan memastikan tersedianya barang bantuan.
Dengan adanya sumber daya manusia di sana, kita dapat menjalankan misi bantuan bencana. Sesungguhnya, beginilah Tzu Chi berjalan hingga saat ini. Bodhisatwa sekalian, hendaknya kita menggenggam waktu dengan baik untuk memberikan manfaat bagi daerah kita, negara kita, dan seluruh dunia. Semua harus dimulai dari diri kita sendiri.
Menerima bimbingan serta mengembangkan hati Buddha dan tekad Guru
Mengubah yang keruh menjadi murni tanpa perselisihan
Mengurangi nafsu keinginan, mengenal rasa puas, dan mempraktikkan kebajikan
Jangan meremehkan diri sendiri dalam mewujudkan perdamaian
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Januari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 01 Februari 2024