Ceramah Master Cheng Yen: Keagungan dan Ketulusan dalam Mengingat Budi Luhur Buddha

Saya sungguh bersyukur. Kemarin diadakan upacara pemandian rupang Buddha dalam rangka Hari Kelahiran Buddha. Ini adalah momen besar bagi kita setiap tahunnya. Tanpa kedatangan Buddha ke dunia ini, bagaimana mungkin ada ajaran Buddha yang tersebar untuk menyucikan hati manusia? Jadi, kita setiap tahun menganggap penting Hari Kelahiran Buddha.

Umat Buddha tak boleh melupakan asal dari Dharma, yakni Buddha yang datang ke dunia. Saat Buddha datang ke dunia, mulanya Beliau hidup dalam kelimpahan duniawi. Beliau menikmati kemewahan istana. Namun, setelah melihat penderitaan dunia, Beliau memutuskan untuk melatih diri. Beliau mencapai pencerahan dan menyatu dengan kebenaran alam semesta. Jadi, Beliau mencapai penerangan sempurna.

Tiada yang tak diketahui oleh Yang Mahasadar ini. Penderitaan semua makhluk memiliki sebab. Sebab penderitaan adalah akumulasi dari berbagai karma buruk yang tercipta akibat noda dan kegelapan batin. Karma buruk kolektif ini mendatangkan bencana.

Wabah COVID-19 belakangan ini membuat Upacara Pemandian Rupang Buddha tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kita tidak berkumpul dalam jumlah besar untuk menaati peraturan. Melihat dan mendengar upacara kemarin, meski setiap tahun saya selalu bersyukur, tetapi tahun ini saya lebih bersyukur lagi. Bagi kalangan buddhis, saya bersyukur atas kebenaran, kebajikan, dan keindahan yang mereka tunjukkan. Inilah pelatihan diri.

 

Ladang pelatihan diri dipimpin oleh Sangha yang menyebarkan Dharma. Kita melihat para anggota Sangha begitu agung dalam memimpin para umat. Dengan hati yang tulus, tiga orang guru mempersembahkan dupa. Upacara itu adalah Persamuhan Dharma yang agung. Itu menunjukkan rasa hormat kepada Buddha di Hari Kelahiran Buddha yang kita anggap penting.

Di Vihara Chan Linji Huguo, para anggota Sangha membacakan teks doa yang juga berisi ajakan bagi orang-orang di seluruh dunia untuk tulus, bervegetaris, dan melindungi kehidupan. Ini sangat mengharukan. Banyak anggota Sangha menghadiri upacara itu. Bersamaan dengan dimulainya upacara oleh para anggota Sangha di Vihara Chan Linji Huguo, di Griya Jing Si juga dimulai upacara yang sama.

Di Griya Jing Si, selain para anggota Sangha, juga hadir para pimpinan empat badan misi Tzu Chi. Mereka juga mengikuti upacara dengan penuh rasa hormat dan ketulusan meski matahari bersinar terik. Ci Yue berkata kepada saya bahwa beberapa hari lalu, para anggota Sangha juga terus berlatih dengan tulus di bawah terik matahari agar upacara pemandian rupang Buddha kali ini dapat berjalan dengan teratur dan penuh rasa hormat.

Kemarin matahari juga bersinar terik. Beruntung, upacara dilangsungkan pada pagi hari. Pemandangannya sangat rapi dan mengharukan. Semoga ketulusan semua orang dapat terdengar oleh para Buddha dan Bodhisattva. Beberapa hari ini, saya membabarkan bab Kekuatan Batin Tathagata dari Sutra Teratai. Bukankah isinya juga menekankan ketulusan? Himpunan pikiran yang tulus dapat mewujudkan kekuatan batin yang meliputi segala tempat. Untuk itu, dibutuhkan himpunan kekuatan pikiran dari semua orang.

 

Dalam masa wabah kali ini, kita dapat mengikuti upacara Waisak lewat jaringan internet. Insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat mengikuti upacara ini dari mana pun mereka berada. Untuk itu, kita juga harus berterima kasih kepada para staf Da Ai TV yang harus memindahkan berbagai peralatan berat dan mengatur pengambilan gambar dengan kamera. Mereka harus sangat bekerja keras. Saya sangat berterima kasih.

Terima kasih juga kepada Ci Yue dan timnya yang telah mengoordinasi semua tim untuk bekerja sama dengan harmonis. Sungguh banyak hal yang patut disyukuri. Intinya, kita harus menghargai segala hal. Agar kita dapat melihat tayangan upacara tersebut, usaha yang dikeluarkan tidaklah mudah. Jadi, kita harus menghargainya. Ini juga merupakan Dharma.

Kemajuan teknologi menggambarkan kekuatan batin dalam ajaran Buddha sehingga kita dapat semakin meyakini Dharma yang Buddha babarkan. Jadi, kita telah melihat pintu ladang pelatihan dibuka dan para anggota Sangha telah muncul. Kita dapat melihat keagungan ajaran Buddha serta ketulusan para anggota Sangha yang memimpin semua orang untuk menyelami ajaran Buddha, meningkatkan cinta kasih dan ketulusan, dan menyerukan agar semua orang menaati aturan dan bervegetaris. Ini sangatlah penting.

 

Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih, tetapi kata-kata tak dapat mengungkapkannya. Saya juga mendoakan RS Tzu Chi Taipei yang kemarin berulang tahun ke-15. Kita mendengar banyak kisah relawan senior yang membantu saya membangun rumah sakit, mulai dari mencari lahan sepetak demi sepetak. Mereka selalu menyelesaikan setiap masalah lahan.

Dari lahan yang luas itu, sebelumnya sebagian adalah milik orang lain. Para relawan pun sepenuh hati berkomunikasi dengan si pemilik. Sejak RS itu selesai dibangun, 15 tahun telah berlalu. Di bawah kepemimpingan Kepala RS, para dokter berdedikasi dan menggunakan kehidupan mereka untuk menolong dan melindungi kehidupan orang lain.

Para dokter menyelamatkan kehidupan orang dan membebaskan pasien dari derita penyakit sehingga kehidupan pasien berubah dan kesehatan mereka terjaga. Mereka menyembuhkan luka, memperpanjang usia, dan memulihkan kesehatan pasien. Inilah pencapaian RS Tzu Chi di Xindian. Insan Tzu Chi-lah yang mewujudkannya. Semua ini tak lepas dari jerih payah dan sumbangsih para insan Tzu Chi.

Sangha memimpin umat untuk mengenang Yang Mahasadar
Mengingat budi luhur Buddha dengan penuh keagungan dan ketulusan
RS Tzu Chi Taipei memperingati hari jadi
Memegang teguh ikrar untuk melenyapkan penderitaan dan memberi kebahagiaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Mei 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 13 Mei 2020   
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -