Ceramah Master Cheng Yen: Kebahagiaan Dharma dalam Membimbing Semua Makhluk
Saya melihat para Bodhisatwa dunia berkumpul. Orang-orang pada umumnya berkumpul untuk membicarakan keuntungan atau cara menghasilkan uang. Adakalanya mereka juga membicarakan berapa uang yang telah mereka hasilkan. Namun, untuk membicarakan semua ini, orang harus memilih tempat dan audiens. Jika tidak, membicarakan penghasilan ke mana-mana juga dirasa tidak nyaman dan leluasa.
Namun, kita di Tzu Chi, setiap orang tetap damai dan leluasa. Di sini topik pembicaraan kita sangat ringan, penuh kebahagiaan Dharma, dan bebas. Di berbagai tempat yang pernah saya kunjungi, terutama di Kaohsiung, semua orang amat berterus terang, "Wah, saya dahulu sangat jahat." "Saya pernah melakukan ini dan melakukan itu." Semua ini adalah bahan pelajaran.
Mereka semua memberi kesaksian yang berisi Dharma. Kita mungkin bertanya-tanya, "Benarkah dia dahulu begitu jahat?" "Benarkah dia begitu kikir dan tamak?" Saat ini mereka menceritakan masa lalu, tetapi mereka sudah berubah. Begitu pemikiran berubah, mereka dapat bersumbangsih. Kita menghimpun cinta kasih kita dan telah melakukan banyak hal serta meringankan berbagai penderitaan di dunia.
Kita bukan semata-mata berbuat baik, melainkan menjalankannya dengan pengetahuan dan pandangan benar serta tanpa pamrih sesuai ajaran Buddha. Kita juga menjalankannya dengan penuh rasa syukur. Beginilah Tzu Chi. Inilah kebenaran, kebajikan, dan keindahan organisasi ini.
Lihatlah, dalam setahun, berapa kali kalian kembali ke Griya Jing Si untuk membantu membuat roti atau membantu di dapur dengan peluh bercucuran serta berjongkok menahan panas di depan oven? Saya sungguh terharu melihatnya. Saya terharu atas keteladanan para relawan. Saya tak dapat melupakan sosok, suara, sumbangsih, dan interaksi para relawan.
Saat bersumbangsih, kalian juga tetap humoris. Kalian mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan. Meski bersumbangsih sampai berkeringat dan kepanasan, tetapi kalian mampu mengubah pola pikir sehingga tempat itu bagai menjadi tempat yang sejuk. Meski matahari bersinar terik, kalian tetap merasa gembira dan dipenuhi kebahagiaan dalam Dharma.
Saat saya berkata, "Kalian berkeringat banyak sekali, minumlah lebih banyak air," kalian menjawab, "Master, kami sudah minum banyak air. Kami bersyukur bisa berkeringat. Ini menyehatkan." Inilah yang sering saya dengar dan lihat. Suara, rupa, dan tindakan kalian mengandung teladan. Saya sangat berterima kasih. Kalian juga membimbing orang lain. Saya sering berpesan agar kita menggalang lebih banyak Bodhisatwa.
“Saya sangat bersyukur. Saya mendengar pesan Master untuk membimbing lebih banyak Bodhisatwa dunia. Mengajak orang yang lebih tua adalah cara saya membalas budi luhur orang tua. Fang Wen-zhong adalah ayah saya. Ayah dapat mengikuti pelatihan relawan, saya sangat gembira. Beliau juga sering berkata kepada saya, "Han-wu, kamu sangat suka menjalankan Tzu Chi." "Jalankanlah sungguh-sungguh karena Tzu Chi sangat baik." Namun, yang membuat saya gembira ialah beliau tidak hanya menyuruh saya yang menjalankannya. Saat saya mengajaknya untuk mengikuti pelatihan, beliau tidak menolak sama sekali,” kata Fang Han-wu, relawan Tzu Chi.
“Kini saya sangat berterima kasih kepada putra saya. Dia berkata, "Jika di Tzu Chi ada kegiatan, saya akan memberi tahu Ayah." Saya menjawab, "Kalau kamu ajak, saya akan ikut." Saat dia mengajak, saya selalu ikut,” tutur Fang Wen-zhong, Ayah Fang Han-wu.
Saya melihat kalian bukan hanya berbakti kepada saya. Bakti kalian terhadap orang tua juga membuat saya terharu.” Relawan ini bisa membimbing ayahnya. Kita harus bersyukur atas budi luhur orang tua yang telah membesarkan kita. Ayahnya kini juga berterima kasih kepada putranya yang telah mengajaknya masuk ke Tzu Chi dan memperoleh Dharma yang menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Orang tua memberi kehidupan fisik, sedangkan saya sebagai guru memberi jiwa kebijaksanaan. Tubuh fisik harus digunakan untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Dengan begitu, dia membalas budi orang tua karena orang tualah yang memberikan tubuh fisik ini. Dia menggunakan tubuhnya untuk berbuat baik di masyarakat. Jadi, tubuh adalah pemberian orang tua. Berbuat baik berarti membalas budi luhur orang tua.
Tentu, benih kebajikan yang dia tanam ini akan dia bawa dari kehidupan ke kehidupan. Dia telah menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Di kehidupan mendatang, dia akan dapat membimbing banyak orang. Dia telah menciptakan berkah dan memiliki kebijaksanaan. Meski berwujud sebagai umat perumah tangga, dia juga bisa menciptakan berkah di masyarakat.
Untuk mewujudkan keharmonisan masyarakat, dibutuhkan banyak umat perumah tangga yang memiliki pandangan benar, pikiran benar, perbuatan benar, penghidupan benar, dan seterusnya. Dengan himpunan kekuatan orang-orang ini, barulah masyarakat dapat tersucikan. Saya sering mengatakan bahwa tujuan saya seumur hidup ini hanyalah menyucikan hati manusia dan mewujudkan masyarakat yang harmonis. Inilah tujuan saya terjun ke tengah masyarakat.
Saya melatih diri dengan tujuan memahami hati Buddha. Mengenai hati semua makhluk, jika kalian dapat memahami kata-kata saya ini, berarti hati kalian telah menyatu dengan hati saya, dan kita bersama-sama menyatu dengan hati Buddha. Saya sering melihat orang-orang beranjali. Ini berarti hati kita menyatu dengan hati semua orang dan sama-sama menyatu dengan hati Buddha.
Karena itu, saya sering mengatakan bahwa hati, Buddha, dan semua makhluk, ketiganya tiada perbedaan. Saat bersatu, semuanya adalah hati Buddha. Saat hati semua makhluk bersatu dengan hati kita, kita pun menyatu dengan hati Buddha. Jadi, saat semua orang berbagi, inilah yang Buddha katakan bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Kita telah menyatukan hati kita.
Terima kasih atas kesungguhan hati kalian dalam menjalankan praktik di dunia sehingga dapat menyucikan masyarakat dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Dengan demikian, kita membalas budi luhur orang tua, budi luhur semua makhluk, dan budi luhur para guru. Tiga budi luhur ini, ditambah budi luhur Tiga Permata, jadilah empat budi besar. Terima kasih atas cinta kasih kalian dalam bersumbangsih. Harap lebih bersemangat. Saya mendoakan kalian semua.
Mengubah pola pikir ke arah
pengetahuan dan pandangan benar
Mengubah penderitaan menjadi
kebahagiaan tanpa memiliki pamrih
Membimbing semua makhluk demi
membalas empat budi besar
Merasakan sukacita dalam Dharma dan
membawa manfaat bagi masyarakat
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 Januari 2021