Ceramah Master Cheng Yen: Kebajikan dan Cinta Kasih, Resep Terbaik untuk Menyelamatkan Dunia

Kondisi sekarang sungguh tak terduga. Kami tidak dapat membeli apa pun. Saya tidak sanggup membeli apa pun karena sangat mahal. Gula, tepung, dan beras entah harus dibeli di mana. Kini, di Venezuela terjadi peningkatan inflasi. Sebungkus tepung jagung biasanya hanya 250 bolivar Venezuela. Namun, saat inflasi meningkat, harganya bisa naik hingga 2.500 bolivar. Harganya naik sepuluh kali lipat. Bagaimana warga kurang mampu bisa bertahan? Mereka pasti semakin menderita.

Banyak orang berebut membeli kebutuhan harian sehingga tercipta siklus yang buruk dan terjadi pergolakan masyarakat. Perampokan juga kerap terjadi. Inilah penyakit di dunia dan masyarakat kita. Penyakit masyarakat berasal dari penyakit batin manusia. Untuk mengobati suatu penyakit, kita harus memahami penyakit itu dan menemukan resep yang tepat. Satu-satunya resep untuk penyakit batin adalah mengembangkan cinta kasih dan kebajikan serta tahu berpuas diri dan bersyukur. Contohnya Wu Ran-yun yang merupakan relawan Tzu Chi pertama di Venezuela.

Di Venezuela, dia terus membagikan bantuan dan mencurahkan perhatian atas nama Tzu Chi. Perbuatan baiknya perlahan-lahan memengaruhi guru, polisi, tetangga, dan temannya. Melihatnya bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih, beberapa teman baiknya juga melakukan survei kasus bersamanya. Setelah melihat orang-orang yang menderita, mereka bisa menyadari berkah dan mulai berpartisipasi dalam kegiatan amal di sana.

Wu Ran-yun juga memiliki sebuah pasar swalayan yang sangat besar. Biasanya, orang-orang menaikkan harga barang saat terjadi peningkatan inflasi. Namun, dia tidak pernah menaikkan harga pada saat-saat seperti itu. Dia menjual barang dagangannya dengan harga yang cukup stabil. Karena itu, warga sangat memercayainya. Berkat kebaikan hatinya, banyak orang yang menghormatinya dan mengikutinya berbuat baik. Jadi, orang yang berbuat baik merupakan obat terbaik untuk menyelamatkan dunia.

Masyarakat kita membutuhkan kebajikan dan cinta kasih. Kebajikan dan cinta kasih merupakan resep terbaik untuk mengobati penyakit batin. Lihatlah Wu Ran-yun yang menginspirasi warga setempat untuk bersumbangsih dengan penuh sukacita. Ini baru bisa menciptakan masyarakat yang harmonis. Setiap kali melihat Bodhisatwa dunia bersumbangsih di tengah masyarakat, saya merasa bahwa resep ini merupakan resep yang paling manjur. Setiap orang harus berbuat baik dengan penuh cinta kasih. Dunia ini membutuhkan cinta kasih dan kebajikan karena keduanya merupakan resep terbaik untuk menyelamatkan dunia. Untuk itu, kita harus berusaha bersama.

Kita juga melihat para Bodhisatwa lansia yang selalu melindungi bumi. Contohnya Relawan Zhang Chen Qi di Baihe yang telah berusia 91 tahun. Nenek, tunjukkan wajah Nenek kepada pemirsa. Mengapa Nenek ingin melakukan daur ulang? Saya melakukannya karena tak ada kegiatan lain. Saat saya mengumpulkan barang daur ulang, warga desa kami berkata,  “Kamu memiliki lima orang putra.”  “Jika kamu mengumpulkan barang daur ulang, putramu akan kehilangan muka.”  “Orang-orang akan mengira putramu tidak memberimu uang dan makanan.” Saya berkata, “Jangan berpikir seperti ini.”  “Saya mengumpulkannya untuk Tzu Chi, bukan untuk diri sendiri.”  “Jika saya mencuri barang orang lain, itu baru benar-benar memalukan.”  “Saya tidak seperti itu.”  “Jika ada orang yang menaruh botol atau kardus di depan rumah mereka, saya selalu meminta izin untuk mengambilnya.”  “Jika mereka mengizinkan, barulah saya mengambilnya.” “Saya tidak mengambil dengan sembarangan.”  “Jadi, putra saya tidak akan kehilangan muka.” Saya berkata seperti itu padanya. Nenek bijaksana sekali. Terima kasih.

Dengan berpegang pada tata krama, tindakan kita akan sesuai kebenaran, benar? Segalanya harus sesuai prinsip kebenaran. Kita tidak mencuri. Kita harus melakukan hal yang benar. Jangan melakukan hal yang salah. Jika berbuat salah, maka segalanya akan sia-sia. Di antara lima putra nenek itu, dua orang merupakan anggota Tzu Cheng. Putrinya juga bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Jadi, keluarga ini merupakan keluarga Tzu Chi. Ibu dan anak, semuanya merupakan Bodhisatwa.

Cinta kasihnya telah diwariskan. Lebih dari 20 tahun yang lalu, dia sudah mulai melakukan daur ulang. Berhubung saya mengimbau orang-orang untuk melakukan daur ulang dengan tangan yang digunakan untuk bertepuk tangan, maka dia menuruti perkataan saya dan mulai melakukan daur ulang. Dia bahkan memanfaatkan halaman rumahnya sebagai posko daur ulang. Tetangganya merupakan seorang anggota komite. Anggota komite ini juga melakukan daur ulang dengan tekun dan sepenuh hati bersama nenek itu sehingga menginspirasi banyak orang turut bergabung melakukan daur ulang.

Anggota komite kita bahkan belajar mengemudi agar bisa mengumpulkan barang daur ulang bersama nenek itu. Putra nenek itu juga meluangkan waktu untuk membantunya melakukan daur ulang. Inilah Bodhisatwa lansia. Dia merasa penuh sukacita dan gembira setiap hari karena bersumbangsih dengan sukarela. Dia juga berkata bahwa dia harus menjaga kesehatannya dengan baik agar putranya tidak perlu mengkhawatirkannya. Jika bangun lebih pagi, saya akan berolahraga di tempat tidur dan bersembahyang. Saya juga berjalan dan berolahraga seperti ini. Inilah cara saya berolahraga.

Saya mengayunkan tangan seperti ini. Merawat diri sendiri dengan baik sama dengan merawat anak, cucu, dan menantu saya. Inilah yang saya pikirkan. Saya ingin anak, cucu, dan menantu saya bisa merasa tenang saat bekerja. Saya selalu berpikir seperti ini. Karena itulah, saya berolahraga. Melakukan daur ulang juga termasuk berolahraga. Meski putranya yang kondisi ekonominya cukup baik ingin memberinya uang, tetapi Relawan Chen Qi menolaknya. Dia mengenakan kaus kaki bekas yang telah berulang kali ditambal. Dia berkata bahwa mengenakan kaus kaki yang ditambal bagaikan berjalan di atas bunga teratai. Lihatlah, dia begitu hemat dan mengasihi bumi.

Ada pula Bodhisatwa lain di Shanhua, yakni Chen Ou Chan yang berusia 92 tahun. Gigi ibu saya sudah tanggal semua. Benar, tidak ada yang tersisa. Dokter gigi berkata bahwa ibu saya membutuhkan gigi palsu yang harganya 80.000 dolar NT. Saya berkata bahwa saya tidak menginginkannya. Saya ingin menggunakan uang itu untuk menolong semua makhluk. Jadi, saya menolaknya. Tidak punya gigi juga tidak apa-apa. Saya cukup makan makanan yang lebih empuk. Betapa menggemaskannya kedua relawan ini.

Relawan yang masing-masing berusia 92 dan 91 tahun ini bersumbangsih bagi dunia ini. Saat muda, mereka bersumbangsih bagi keluarga, membesarkan anak-anak, dan mengurus rumah tangga. Setelah lanjut usia, mereka masih melindungi bumi demi anak cucu mereka. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa yang melindungi bumi. Mereka sungguh menggemaskan. Jika setiap orang bisa meneladani kelapangan hati para lansia, bukankah masyarakat dan dunia ini akan penuh keharmonisan dan ketenteraman?

Menyucikan hati dan menolong orang miskin serta menginspirasi kekayaan batin mereka

Kebajikan dan cinta kasih merupakan resep terbaik untuk menyelamatkan dunia

Berpola hidup hemat dan melindungi bumi

Mengubah pola pikir dan giat menciptakan berkah.

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Juli 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  30 Juli 2016

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -