Ceramah Master Cheng Yen: Kebajikan dan Keharmonisan Menciptakan Keindahan


“Ibu Guru Shou-zhen pensiun pada tahun 2001, saat berusia 45 tahun. Setelah pensiun, beliau menjadi relawan penuh waktu. Pada tahun 2019, suaminya jatuh karena serangan strok mendadak. Dua tahun kemudian, suaminya meninggal. Setelah suaminya meninggal, kami merasa penurunan kondisi Kakak Shou-zhen terlihat sangat jelas karena beliau sering lupa hal yang telah dilakukan. Tim kami segera bergerak untuk memberikan perhatian. Setiap hari, akan ada yang menelepon beliau, pergi ke rumahnya untuk mendampingi, atau mengajaknya untuk melakukan daur ulang,”
kata Wen Bao-qin relawan Tzu Chi.

Saya merasa bahwa kita harus sungguh-sungguh menggenggam waktu dan jalinan jodoh. Hidup membawa kita untuk mencapai segala sesuatu di dunia ini. Ketika mengerti untuk menggenggam waktu, kita dapat mencapai segala sesuatu. Jika tidak mengerti cara menggenggam waktu, kita akan menyia-nyiakan hidup.

Bodhisatwa sekalian, selama 2 hingga 3 tahun terakhir, saya selalu berkata bahwa hendaknya kita menginventarisasi nilai kehidupan. Saat ini, sebagai insan Tzu Chi, kita harus sungguh-sungguh fokus pada hal ini. Saat menginventarisasi kehidupan, kita harus berpikir apakah kehidupan kita sudah bernilai. Jika kita merasa telah menciptakan nilai sepanjang hidup ini, itu berarti kita tidak menyia-nyiakan kehidupan.

“Lebih dari 30 tahun yang lalu, setelah mendengar program ‘Dunia Tzu Chi’, saya dan istri saya, Cai Hua-mei, pergi ke Hualien dan mengunjungi Griya Jing Si serta RS Tzu Chi. Kami berpikir bahwa kami sudah terlambat. Dalam rumah sakit besar yang dibangun untuk menyelamatkan orang-orang itu, tidak ada satu butir pasir pun milik kami, pun tidak ada sepotong besi atau batu milik kami. Di dalam rumah sakit, ada satu kalimat tertulis, ‘Asalkan ada jalinan jodoh yang dalam, tidak takut jodoh itu datang terlambat.’ Saat kembali, saya selalu berbicara tentang Tzu Chi kepada semua orang,” kata Xie Xin-cun relawan Tzu Chi.

“Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang penting dalam hidup saya, yaitu Kakak Xie Xin-cun dan Kakak Cai Hua-mei. Mereka berkata bahwa ketika menjalankan misi Tzu Chi, kita harus selalu ingat mengapa kita melakukannya. Mereka telah mempererat ikatan relawan Dongshan dan para Bodhisatwa di komunitas. Mereka membuat kami merasa bahwa misi Tzu Chi adalah tanggung jawab Bersama,” kata Su Guo-chang relawan Tzu Chi.


Hendaknya kita membangkitkan semangat dan tidak menyerah pada usia tua. Selama masih memiliki kekuatan dan kemampuan, kita harus terus bersumbangsih tanpa pamrih dan tidak bersikap perhitungan. Apa yang tidak boleh kita perhitungkan? Tiga aspek dana, yaitu pemberi, penerima, dan apa yang diberikan.

Janganlah kita berkata, "Saya sudah bersumbangsih sangat banyak. Apakah Anda tidak tahu bahwa saya sudah bersumbangsih sangat banyak? Mengapa Anda tidak memberi tahu semua orang tentang berapa banyak yang telah saya lakukan?" Ketika kita merasa tidak senang, inilah yang disebut kemelekatan.

Hendaknya kita melatih diri, bersumbangsih tanpa pamrih, dan memahami kekosongan dalam tiga aspek dana. Dengan demikian, kita akan dipenuhi sukacita setiap hari. Di manakah letak keindahannya? Di saat kita dapat bersumbangsih tanpa kemelekatan dan memperoleh kebahagiaan batin. Inilah sukacita dalam Dharma yang sesungguhnya.

Kita bersumbangsih bukan untuk meminta balasan, melainkan memang itulah misi kita sepanjang hidup. Saat kita membantu orang lain dan melihat bantuan kita membawa kedamaian dan ketenangan bagi mereka, kita akan dipenuhi rasa sukacita. Inilah yang disebut sukacita dalam Dharma.

Kita harus bersumbangsih dengan metode yang benar. Kekuatan 1 orang tidaklah cukup. Diperlukan himpunan kekuatan banyak orang untuk dapat membawa bantuan hingga penerima bantuan bertekad untuk turut membantu orang lain. Dia, Anda, dan saya bekerja sama untuk membawa keharmonisan bagi dunia. Inilah yang disebut kelompok.


Di dalam kelompok, ada Anda dan dia yang membantu saya untuk menolong orang lain tanpa pamrih. Orang yang menerima pertolongan pun hendaknya memiliki hati yang bersyukur dan berkontribusi kembali bagi masyarakat. Inilah keberhasilan yang sesungguhnya.

Dunia ini memerlukan edukasi. Kita perlu membimbing orang-orang untuk sama-sama berbuat baik dan bersumbangsih tanpa pamrih. Selain itu, mereka yang dibantu pun perlu dibimbing untuk turut membantu orang lain. Jadi, yang ditolong dan yang menolong harus saling menginspirasi. Begitulah kita menginspirasi semua makhluk.

Di mana letak keindahan insan Tzu Chi? Keindahannya terletak pada kesatuan. Setiap relawan selalu menunjukkan kerapian. Setiap orang memiliki pemikiran masing-masing. Bagaimana cara kita mewujudkan keselarasan dalam tubuh dan pikiran? Di mana keindahannya? Keindahannya terletak pada kesatuan dan keselarasan.


Bodhisatwa sekalian, saya telah melihat perubahan hidup kalian, dari yang bertemperamen buruk menjadi lembut. Bagi yang keluarganya dahulu tidak harmonis, setelah bergabung dengan Tzu Chi, keluarganya menjadi bersatu dan harmonis. Orang tua menjadi penuh kasih dan anak lebih berbakti. Inilah Dharma yang kita dapatkan.

Ketika kita berubah menjadi lebih baik, keluarga kita pun akan berubah. Saya melihat kalian sudah berubah dari yang bertemperamen buruk menjadi lebih lembut. Saya merasa senang. Meski kita melayani tanpa pamrih, tetapi setelah terinspirasi, kita dapat mengubah temperamen buruk menjadi lembut. Semuanya bekerja sama dengan satu hati dan harmonis.

Dengan bergandeng tangan, kita akan menciptakan kekuatan. Ini membuat saya sangat senang. Kedua tangan kita dapat mewujudkan kekuatan dan menyampaikan isi hati kita. Ketika kita bernyanyi dengan isyarat tangan dan memperagakan "kesatuan", semuanya akan bersatu dan menyampaikan suara hati masing-masing.

Ketika orang lain melihat isyarat tangan kita, mereka akan tahu maksud hati kita. Isyarat tangan menunjukkan isi hati kita. Orang yang melihat akan memahami maksud hati kita. Jadi, isyarat tangan sangatlah bagus. Saya sangat berharap kita semua menunjukkan keharmonisan lewat tubuh dan pikiran.

Menghargai waktu untuk tekun dan bersemangat
Bersumbangsih tanpa pamrih dan memahami kekosongan tiga aspek dana
Meringankan penderitaan, memberikan kebahagiaan, dan saling menginspirasi
Kebajikan dan keharmonisan menciptakan keindahan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 03 Agustus 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 05 Agustus 2024
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -