Ceramah Master Cheng Yen: Kehangatan Ladang Pelatihan Bodhisatwa

Halo, semuanya.

“Semoga Kakek Guru selalu sehat, panjang umur, dan senantiasa memutar roda Dharma. Amitabha,” kata relawan cilik di Aula Jing Si Bade, Taoyuan.

Kamu sudah mewakili semua orang untuk menyampaikan semuanya, benar?

Saya berkali-kali pergi ke Bade. Awalnya, saya hanya melihat lahan itu dari luar. Bagaimana menjadikan lahan itu sebagai ladang pelatihan bagi insan Tzu Chi dari seluruh dunia? Berhubung insan Tzu Chi tersebar di seluruh dunia, mereka pasti kembali dengan naik pesawat terbang.

Setiap kali berkunjung ke Taoyuan, saya selalu mendengar para anggota Tzu Cheng berbagi dengan saya tentang kapan insan Tzu Chi luar negeri akan kembali. Ada yang tiba saat tengah malam, ada pula yang tiba saat subuh.

Singkat kata, baik pagi, siang, malam, maupun dini hari, asalkan insan Tzu Chi luar negeri tiba di bandara, insan Tzu Chi setempat pasti menjemput mereka. Setelah itu, kita juga mengatur tempat istirahat bagi mereka.


Tzu Chi adalah sebuah keluarga besar. Kapan pun anggota keluarga kita kembali, kita akan menyambut mereka dengan ramah. Kita juga membuat mereka merasakan kehangatan.

Saat musim dingin, kita menyediakan minuman hangat bagi mereka untuk menghangatkan hati dan tubuh mereka sebelum mereka beristirahat. Saat musim panas, kita juga menyediakan kudapan bagi mereka dan membuat mereka merasakan keakraban.

Selama 20 hingga 30 tahun ini, demikianlah insan Tzu Chi Taoyuan menyambut insan Tzu Chi dari seluruh dunia.

Kini kita memiliki ladang pelatihan baru, Aula Jing Si Bade, yang paling dekat dengan bandara. Jadi, kita telah memiliki ladang pelatihan di dekat bandara. Kita membangunnya di atas sebuah lahan kosong. Saat proyek pembangunan berlangsung, saya pernah pergi ke sana.


Kali ini, saat kembali berkunjung ke sana, saya berjalan melewati sebuah atrium dan masuk ke dalam ruangan. Saya mendengar insan Tzu Chi menjelaskan tentang kegunaan ruangan-ruangan di sana. Semuanya akan digunakan untuk menyambut anggota keluarga besar Tzu Chi dan membuka kelas komunitas. Di sana terdapat banyak ruang kelas komunitas, juga ada ruang untuk taman kanak-kanak.

Seiring langkah-langkah saya memasuki ruangan demi ruangan, saya dapat membayangkan kegunaan ruangan-ruangan itu kelak. Dengan demikian, kita dapat menjalankan Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi di tengah komunitas, mewariskan cinta kasih, dan mengajarkan tata krama agar masyarakat kita semakin indah dan tertib. Selain itu, kita juga dapat menginspirasi cinta kasih dan mewujudkan masyarakat yang harmonis.

Saya yakin dengan adanya ladang pelatihan ini, kita dapat mengadakan kelas komunitas secara lebih menyeluruh.

Dalam kunjungan kali ini, saya melihat keindahan bangunan di sana. Terlebih, saya juga melihat para Bodhisatwa lansia mengembangkan keterampilan mereka.

 

Di sana, Bodhisatwa lansia yang terampil dalam membuat kerajinan tangan dapat mengembangkan potensi mereka untuk membawa manfaat bagi sesama dengan cinta kasih dan welas asih. Saya melihat kertas-kertas merah yang telah dilubangi.

“Ini untuk membuat ini,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

Baik.

“Ini adalah kertas sisa potongan yang sudah tidak terpakai. Relawan kita memanfaatkannya dengan kreatif. Ini adalah kain bekas payung. Kami menggunakannya untuk membuat tas. Tas itu terbuat dari kain bekas payung,” kata relawan Tzu Chi.

“Dia juga relawan di sini. Beri tahu Master, setiap hari datang ke sini, apa yang kamu rasakan?” lanjut relawan Tzu Chi..

Tanganmu terampil sekali.

“Setiap hari datang ke sini, apa yang kamu rasakan?” tanya relawan Tzu Chi.

“Datang ke sini, saya sangat gembira karena ada sesuatu yang bisa saya kerjakan. Saya sangat gembira. Terima kasih,” jawab relawan lansia.

Jika demikian, datanglah setiap hari.

“Baik, terima kasih,” pungkas relawan lansia.

Para Bodhisatwa lansia melatih sel otak dan mengembangkan bakat mereka. Usia tidak menjadi hambatan bagi mereka.

Aula Jing Si Bade merupakan ladang pelatihan yang baik bagi para Bodhisatwa untuk membina berkah sekaligus kebijaksanaan. Saya sungguh gembira dan dipenuhi sukacita. Saya melihat banyak hasil kerajinan tangan dari barang yang tadinya akan dibuang. Para relawan kita mengubahnya menjadi barang-barang yang indah. Semua itu merupakan permata.


Semua sumber daya merupakan permata jika kita menggunakannya dengan kesungguhan hati, kebijaksanaan, dan niat baik. Demikianlah kita membina berkah sekaligus mengembangkan kebijaksanaan. Semakin sering relawan kita membuat kerajinan tangan, tangan mereka semakin terampil dan otak mereka semakin tajam. Jadi, mereka semakin lincah. Inilah yang paling dibutuhkan lansia sekarang.

Para relawan paruh baya juga mendampingi dan mengajari para relawan lansia membuat kerajinan tangan baru. Di Aula Jing Si, mereka dapat mendampingi para relawan lansia. Saat pulang ke rumah, mereka tentu juga berbakti dan mengasihi senior di rumah masing-masing dengan tulus dari lubuk hati mereka. Ini termasuk sejenis pelatihan diri. Jadi, Aula Jing Si Bade sungguh merupakan ladang pelatihan besar.

Bodhisatwa sekalian, kita harus mengasihi dan menjaga ladang pelatihan di dunia ini. Ada banyak insan Tzu Chi yang bersama-sama mengasihi dan menjaga rumah bersama insan Tzu Chi ini sehingga insan Tzu Chi luar negeri yang kembali dapat merasakan kehangatan di sana.

Aula Jing Si Bade penuh kehangatan, keindahan, dan kebajikan
Bersukacita menyambut insan Tzu Chi luar negeri dan mewariskan cinta kasih
Membuka kelas komunitas dan mengajarkan kerajinan tangan
Mengembangkan potensi kebajikan untuk membawa manfaat bagi sesama dengan welas asih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Desember 2020       
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 Desember 2020
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -