Ceramah Master Cheng Yen: Keharmonisan Manusia Membawa Keselarasan Alam
“Kepada semuanya, selamat Tahun Baru Imlek, penuh berkah dan kebaikan, sehat selalu, aman dan tenteram, serta senantiasa beruntung. Rayakan Tahun Baru di rumah saja, ya. Selamat Tahun Kerbau. Selamat Tahun Baru Imlek,” kata Para guru dan murid TK Tzu Chi Kedah, Malaysia.
“Saya berharap virus dapat segera menghilang agar saya bisa kembali ke sekolah dan belajar bersama teman-teman,” kata Chloe Chong Zhi Yin siswi TK Tzu Chi Kedah.
“Saat ini, kita yang hidup tenteram dapat bersama-sama berdoa dengan tulus dan bervegetaris serta mengembangkan cinta kasih yang utuh karena ketenteraman adalah berkah,” kata Tham Lee Lean Kepala TK Tzu Chi Kedah.
Ya, semua orang saling mengucapkan selamat dan mendoakan. Jika pada setiap hari dalam setiap tahunnya kita dapat memiliki sikap batin seperti merayakan Tahun Baru, yakni saling mendoakan dan saling berterima kasih, maka dunia ini akan harmonis dan bebas dari bencana. Semoga setiap orang selalu memiliki semangat Tahun Baru Imlek setiap hari dan suasana seperti ini selalu ada di dalam hati setiap orang. Setiap orang selamanya dapat saling berterima kasih dan saling mendoakan.
Beberapa hari ini, relawan Tzu Chi dari jauh kembali ke Griya Jing Si untuk mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek. Semua orang juga berbagi kebahagiaan yang mereka rasakan dalam menjalankan Tzu Chi.
Kemarin, relawan dari Kaohsiung kembali ke Griya Jing Si. Yang kembali kali ini, saya menjuluki mereka sebagai Tiga Pendekar. Mereka bertiga adalah pengusaha yang bersama-sama menjalankan Tzu Chi. Dalam kehidupan masa lalu mereka, sering kali mereka menerima cemoohan mengenai keluarga, usaha, atau relasi mereka. Banyak orang yang mencemooh mereka di belakang.
Namun, kini saya mendengar salah satu dari mereka bercerita bahwa orang yang tinggal di seberang rumahnya merasa aneh karena ada orang yang bertanya kepadanya, "Orang di seberang rumahmu itu, bukankah dahulu suka memaki orang, sangat temperamental, dan tidak bersahabat? Mengapa sekarang berubah menjadi begitu baik? Bagaimanapun sikap orang terhadapnya, dia selalu mengucapkan maaf dan selalu mengucapkan terima kasih."
Orang-orang berkata, "Mengapa dia bisa berubah seperti itu?" Orang di seberang rumahnya itu menjawab, "Dia bergabung dengan Tzu Chi. Saya juga merasa dia sekarang sangat ramah dan lembut terhadap orang lain. Saat ada yang mengkritiknya, dia hanya berkata, 'Terima kasih, saya akan memperbaiki diri.'"
Dalam kehidupan ini, mengubah tabiat buruk Sungguh tidak mudah. Pantas saja beliau mendapat penilaian baik dan pujian dari para tetangganya. Jadi, teman-temannya juga terbimbing dan turut bergabung dengan Tzu Chi. Tidak sedikit yang seperti ini.
Kemarin kita juga mendengar kebahagiaan insan Tzu Chi Pingtung dalam mendampingi relawan baru. Mereka bercerita dengan bahasa sederhana dan penuh kehangatan. Dari sana, saya tahu mereka sangat senior. Empat sampai lima puluhan tahun lalu, saya sendirilah yang menjalankan survei kasus amal. Dua kali dalam setahun, saya memimpin insan Tzu Chi untuk pergi ke berbagai tempat guna melihat keadaan para penerima bantuan.
Para relawan mengikuti saya. Saya pun menjabarkan kondisi setiap kasus bagi mereka. "Coba lihat kasus ini. Sekarang kita membantunya seperti ini, tetapi masih belum cukup. Bagaimana kita memberi bantuan tambahan?" Mungkin juga keluarga penerima bantuan itu kondisinya sudah membaik. Kita harus menjelaskan kepada mereka agar bersedia mengalihkan jatah bantuan mereka untuk membantu orang yang lebih membutuhkan.
Kita membimbing mereka untuk mengenal rasa puas, bersyukur, bersumbangsih, dan menciptakan berkah. Inilah cara agar orang yang kurang mampu dapat mengubah nasib menjadi kaya, yakni dengan mengubah pola pikir. Mulanya mereka dibantu oleh orang lain. Insan Tzu Chi membantu mereka dari segi materi, lalu perlahan-lahan membimbing mereka, juga mengurangi jumlah bantuan untuk mereka.
Relawan Tzu Chi mengajak mereka untuk melihat bahwa masih banyak orang yang lebih menderita daripada mereka. Karena itu, mereka rela bantuan untuk mereka dihentikan dan dialihkan kepada yang lebih membutuhkan. Begitulah insan Tzu Chi menjalankan Tzu Chi dan membantu orang lain. Para relawan memberi bantuan yang sesuai, lalu juga membimbing mereka agar menjadi kaya batin dan dapat membantu orang lain. Inilah bimbingan Bodhisatwa dunia.
Belakangan ini saya sering memuji insan Tzu Chi Filipina. Sebelum membagikan bantuan, relawan setempat pasti menjelaskan kepada penerima bahwa bantuan yang mereka terima berasal dari himpunan tetes-tetes cinta kasih yang kecil serta memberi tahu mereka bahwa mereka juga dapat menyisihkan sedikit dari yang mereka peroleh untuk membantu sesama. Dengan demikian, warga kurang mampu pun dapat menolong orang. Ini berarti batin mereka juga menjadi kaya.
Suatu ketika, saat pembagian bantuan, seorang ibu tiba-tiba menangis. Ibu ini berkata, "Uang belanja yang suami saya berikan kepada saya kemarin tiba-tiba hilang." Setelah memahami yang terjadi, relawan kita, Alfredo Li, segera maju ke depan dan berkata kepada orang banyak, "Jika setiap orang dari kita bisa menyisihkan sedikit yang kita miliki untuk membantunya, ibu ini akan dapat bertahan hidup." Mendengarnya, semua orang membantu dengan senang hati. Masing-masing dari mereka menyumbangkan satu atau dua peso. Begitulah Tzu Chi menghimpun tetes-tetes cinta kasih.
Setiap orang mampu melakukannya. Asalkan ada niat yang tulus, sedikit uluran tangan juga bisa membantu orang lain sehingga mereka dapat merasa sukacita dan bebas dari kerisauan. Ini dapat kita semua lakukan.
Keharmonisan manusia membawa keselarasan alam
Mengubah tabiat buruk dan menaklukkan kegelapan batin
Mengembangkan kekayaan batin untuk membantu yang kekurangan
Menolong semua makhluk untuk bebas dari kerisauan
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Februari 2021