Ceramah Master Cheng Yen: Kekuatan Dharma yang Tanpa Batas
Kita harus senantiasa bersungguh hati. Dalam ceramah pagi, saya ada membahas bahwa Buddha datang ke dunia dengan tujuan memberi ajaran bagi dunia. Di saat-saat yang paling dibutuhkan, Beliau memberi dunia sebuah obat mujarab. Beliau membimbing kita agar kita sungguh-sungguh menggunakan Dharma untuk memahami penderitaan di dunia.
Dari wabah penyakit yang kita hadapi saat ini, kita harus menemukan berbagai obat. Tidak ada gunanya jika kita hanya terus menghindar. Kita tetap harus berani membantu yang memerlukan.
Kita melihat banyak orang yang kesulitan di Sabah. Mereka tidak memiliki tanah sehingga membangun rumah panggung di atas permukaan laut.
“Mereka tidak bisa keluar. Setelah perbatasan kampung, ada polisi yang memeriksa di jalan-jalan utama. Mereka tidak memiliki kartu identitas. Karena itu, mereka tidak berani keluar. Mereka hanya bergantung pada sisa beras yang ada dan hasil dari menangkap ikan. Rencananya, setiap keluarga akan mendapat 50 kilogram beras dan 10 kilogram minyak. Namun, beberapa keluarga tidak dapat menerima begitu banyak karena tempat tinggal mereka tak dapat mengakomodasi barang seberat itu. Maksudnya, mereka tinggal di atas perahu,” kata Leong Chin Wah relawan Tzu Chi.
“Sebagian warga tinggal di atas perahu. Perahu mereka sangat kecil. Tempat tinggal mereka saja tidak cukup. Saat kita ingin meletakkan barang bantuan, sesungguhnya ini menambah beban bagi perahu. Jadi, kami membuat penyesuaian. Mereka yang tinggal di perahu kami berikan 30 kilogram beras dan 5 kilogram minyak,” imbuhnya.
Lihatlah, pemandangan itu ada di alam manusia. Di dunia ini juga ada orang kaya yang bersedia membungkuk dan merendahkan hati serta bersumbangsih dengan penuh tata krama sesuai prinsip kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang kaya materi sekaligus kaya batin. Mereka memberi dengan tangan sendiri.
Begitu pula di Myanmar. Relawan Tzu Chi di Myanmar menyampaikan bahwa mereka selalu mengikuti saya lewat jaringan internet. Dengan relawan dari negara mana pun saya berbicara, mereka selalu mendengarkannya.
Berhubung Tzu Chi Indonesia memiliki perjanjian kerja sama dengan pemerintah setempat, maka saat Tzu Chi ingin membagikan barang bantuan untuk membantu warga masyarakat, pemerintah dapat membantu dari segi transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Pada masa wabah kali ini, demi membantu warga yang kesulitan, Tzu Chi bekerja sama dengan pihak tentara dan polisi. Sepeda motor para personel militer dan polisi berjejer rapi untuk berangkat mengantarkan bantuan. Ini sangat menyentuh.
Selain itu, relawan Tzu Chi Filipina juga mengantarkan bantuan dari rumah ke rumah. Para relawan meletakkan barang bantuan di suatu tempat yang ditentukan, kemudian warga keluar dari rumah mereka untuk mengambil barang bantuan tersebut. Mereka juga berterima kasih sambil membungkuk. Para relawan juga beranjali sambil mendoakan warga. Pemandangannya sangat indah.
Pembagian bantuan di Thailand juga sangat tertib. Barang bantuan mereka sangat banyak. Dari pesan saya kepada insan Tzu Chi Filipina, Thailand, dan Indonesia, insan Tzu Chi Myanmar belajar sepenuh hati. Mereka bersumbangsih dengan segenap kemampuan. Mereka mengukur kemampuan sendiri dan melakukan yang bisa dilakukan. Mereka juga memikirkan cara untuk melakukan yang belum dapat dilakukan.
Dengan hati yang tulus, mereka berkomunikasi dengan kepala desa untuk mendapatkan data akurat setiap keluarga, terutama warga yang hidup sebatang kara, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kekurangan makanan. Mereka tidak melewatkan satu pun. Relawan Tzu Chi bisa membagikan bantuan berkat data yang akurat dari kepala desa.
Relawan Tzu Chi juga berkomunikasi dengan penjual agar menyediakan beras yang cukup. Penjual beras itu juga sangat tersentuh dan segera menyanggupi permintaan relawan. Mereka mencetak Kata Renungan Jing Si pada setiap kantong beras dan mengemas beras itu dengan sungguh-sungguh.
Lihatlah para relawan kita. Mereka menyumbangkan uang, tenaga, juga kebijaksanaan untuk bisa menghimpun sumber daya manusia dan materi demi penyaluran bantuan di negara masing-masing.
Saya juga telah melihat ternyata murid-murid saya ini selalu mengerahkan kekuatan batin mereka. Mereka juga memikirkan cara untuk menyosialisasikan pola hidup vegetaris.
“Tidak semua desa memberi izin masuk. Beberapa desa tidak memberi izin masuk. Para kepala desa sangat keras. Kami harus memberi penjelasan mendetail kepada para kepala desa. Kami juga memohon kepala desa untuk mewakili kami dan Master untuk mengimbau warga desa untuk bervegetaris,” kata Li Jin-lan relawan Tzu Chi.
Para relawan memohon kepada para kepala desa agar berbagi kepada warga tentang kisah Tzu Chi, Kata Renungan Jing Si, dan manfaat bervegetaris seperti sedang bercerita. Inilah yang insan Tzu Chi lakukan selama lebih dari setengah abad di seluruh dunia.
Di tempat-tempat yang berjodoh, benih-benih yang kita tabur sudah mulai berakar dan tumbuh berkembang menjadi pohon yang berbunga dan berbuah. Sebutir benih dapat menjadi tak terhingga. Karena itu, pagi tadi saya mengatakan bahwa alam Dharma sangat luas dan tak bertepi. Dharma ini sangat luas dan tak bertepi.
Sungguh, di mana pun berada, asalkan kita memiliki hati yang menerima Dharma, kita akan memiliki kekuatan tak terbayangkan dari Dharma ini.
Bodhisatwa sekalian, Dharma mengandung kekuatan tak terbayangkan. Kita harus meyakininya.
Dharma adalah obat mujarab bagi
penderitaan
Meyakini, menerima, dan mempraktikkan
Dharma tanpa batas
Saling belajar dalam jaringan dan
berani memikul tanggung jawab
Menghimpun kekuatan tanpa batas dari
para Bodhisatwa
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 21 Mei 2020