Ceramah Master Cheng Yen: Kekuatan Tak Terbatas Niat Baik

“Ini dari Master Cheng Yen. Masa depan akan semakin baik. Master juga mendoakan Anda,” kata Ng Hoai Yong relawan Tzu Chi.

“Saya sungguh sangat gembira. Uang ini dapat saya gunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti susu bubuk,” kata Jatina Onton penerima bantuan.

“Dalam berdonasi, yang penting bukanlah nilainya. Anda cukup menyisihkan satu koin setiap hari, baik 10 sen, 20 sen, maupun 5 sen. Menyisihkan koin setiap hari berarti membangkitkan niat baik setiap hari,” kata Ong Pek Yee relawan Tzu Chi.

“Dengan dana bantuan yang saya dapatkan, saya juga akan menolong orang lain semampu saya,” kata Norsafawati penerima bantuan.

Bodhisatwa sekalian, Dharma harus disebarkan. Saya merasa bahwa diri sendiri sangat beruntung. Selama puluhan tahun ini, saya menerima cinta kasih dari banyak orang. Setiap orang mengasihi saya. Berhubung orang-orang mengasihi saya dan menuruti perkataan saya, maka seruan saya selalu disambut banyak orang. Karena itulah, Tzu Chi bisa seperti sekarang.

Lebih dari 50 tahun lalu, kita memulai praktik mendonasikan 50 sen setiap hari dan kini, praktik ini telah tersebar di seluruh dunia. Dunia pada era sekarang sungguh penuh dengan kekeruhan. Selain itu, bencana pun terjadi di mana-mana.

Saya sangat bersyukur atas niat yang timbul pada lebih dari 50 tahun lalu. Niat untuk mendonasikan 50 sen hanyalah sebuah niat kecil. Lima puluh sen pun hanyalah nilai yang kecil. Namun, kini niat tersebut ada di dalam hati insan Tzu Chi di seluruh dunia. Asalkan ada niat baik di dalam hati, kekuatan kebajikan pasti akan terhimpun.

 

Niat baik semua orang akan terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa. Niat baik ini bukan sekadar niat di dalam hati ataupun menyanyikan lagu "Doa" saja. Bukan demikian.

Kita harus menggenggam setiap detik untuk bersumbangsih. Kita juga harus memperhatikan arah kita. Jangan menyimpang sedikit pun. Lihatlah kompas. Jarumnya tidak boleh bergeser sedikit pun dari titik pusatnya karena bergeser sedikit saja, arah yang ditunjukkan bisa jauh menyimpang.

Bodhisatwa sekalian, di Tzu Chi, kita juga harus bertumpu pada titik pusat kita. Kita harus bagaikan kompas yang bertumpu pada titik pusat. Dengan demikian, tidak peduli mengarah ke mana, bahkan saat memberikan bantuan internasional, kita tidak akan menyimpang. Kita tidak membeda-bedakan agama.

Agama hanya sebuah nama. Yang terpenting ialah hati. Umat Kristen Protestan dan Katolik memiliki kemurahan hati, kita sebagai umat Buddha pun memiliki welas asih. Ini karena kita telah melapangkan hati. Dengan melapangkan hati, kita dapat merangkul seluruh alam semesta. Artinya, hati kita dapat merangkul segala sesuatu di alam semesta. Singkat kata, kita selalu berpikir untuk bersumbangsih.

Pada masa pandemi COVID-19 ini, kita telah menyalurkan alat pelindung diri dan bantuan lainnya kepada berbagai pihak. Mereka menggunakan Bahasa yang berbeda dengan kita. Berhubung kebutuhan mereka sangat mendesak, kita segera memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan mereka. Saat ada orang yang membutuhkan, semua orang hendaknya menghimpun kekuatan.

Di mana ada orang yang membutuhkan, di sanalah kita muncul. Inilah semangat Bodhisatwa Avalokitesvara, muncul di setiap tempat yang membutuhkan. Di mana ada orang yang menderita, Bodhisatwa akan melihatnya dengan penuh welas asih dan mengulurkan tangan untuk membantu.


Kapan dan di mana pun orang yang menderita berada, Bodhisatwa akan mengulurkan tangan. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi. Di setiap tempat, mereka bukan dikenal atas nama masing-masing, melainkan sebagai "relawan Tzu Chi".

Lebih dari 2.000 tahun lalu, Buddha mengajarkan praktik Bodhisatwa. Kini, lebih dari 2.000 tahun kemudian, kita bisa melihat Bodhisatwa dunia.

Selama ini, praktik Bodhisatwa belum meluas. Orang-orang hanya tahu bahwa orang yang menyelamatkan sesama disebut Bodhisatwa. Namun, tidaklah mudah untuk menghimpun kekuatan banyak orang guna menolong sesama. Dengan menelusuri sejarah, kalian akan tahu bahwa itu sangat sulit.

Belakangan ini, saya terus berkata bahwa ada satu hal yang harus dilakukan kini, yakni menulis sejarah Tzu Chi. Kalian mengikuti kegiatan bedah buku elektronik, berbagi pengalaman, dan mencatat pemahaman kalian.

Saat mendengar Dharma, jika tidak mempelajari ajaran yang baik, kalian tidak akan bisa bertutur kata baik ataupun menulis artikel yang baik. Setelah mempelajari ajaran yang baik, barulah kalian bisa bertutur kata baik.

Mendengar apa yang kalian katakan, saya sangat kagum. Kata-kata kalian sangat sopan dan pengucapan kalian sangat jelas. Kalian tidak berbicara terlalu cepat, juga tidak berbicara terlalu lambat. Ini semua merupakan hasil latihan.

Kalian hendaknya bersyukur kepada Mei-yun yang terus melatih kalian. Dengan penuh ketulusan, kalian berbagi dengan orang-orang dalam kegiatan bedah buku. Apa yang kalian bagikan juga tidak menyimpang dari ajaran saya. Jadi, bagaikan kompas, asalkan tidak bergeser dari titik pusat, kita tidak akan menyimpang. Saya sangat tersentuh.

Kini sudah ada relawan di Eropa, Australia, Amerika, Asia, dan Afrika yang berpartisipasi dalam kegiatan bedah buku elektronik. Jadi, kita harus lebih tekun lagi karena kegiatan ini belum merata. Kita hendaknya selalu merasa bahwa kita belum cukup dalam menyebarkan Dharma karena Dharma belum merata.


Kita hendaknya juga merasa bahwa kita belum cukup dalam mempelajari Dharma agar tidak merasa sombong. Inilah yang ingin saya katakan pada kalian. Jadi, saya sangat bersyukur.

Saya bersyukur kepada insan Tzu Chi yang terus mendampingi saya sejak masa awal. Mereka mendampingi saya dengan cinta kasih dan bersumbangsih secara nyata. Saat saya menyerukan sesuatu, murid-murid saya akan melakukannya bersama. Mereka telah banyak bersumbangsih di banyak tempat. Sesungguhnya, ini merupakan berkah saya, juga merupakan berkah kalian. Karena itulah, kita bisa berkumpul bersama. Inilah jalinan jodoh baik.

Sesama orang baik berkumpul bersama, menjalin jodoh baik, mendengar kata-kata baik, dan bertutur kata baik. Ini merupakan jalinan jodoh baik. Jalinan jodoh baik harus digenggam dengan baik. Dengan menggenggam jalinan jodoh baik, kita tidak akan menyia-nyiakan waktu. Kita harus memiliki prinsip "Dharma tidak terbatas dan tidak terhingga". Kita harus bersungguh sungguh menggenggam waktu.

“Jalan, jalan, jalan. Maju, maju, maju. Go, go, go. Bertindak, bertindak, bertindak. Membaca buku dan mendengar Dharma. Kami akan lebih tekun dan bersemangat. Kami akan mendekatkan hati dengan hati Master. Kami akan tekun menyosialisasikan vegetarisme dengan memanfaatkan teknologi. Menjalankan ikrar untuk mengajak setiap orang bervegetaris. Jika mengasihi Master, lebih banyaklah berbagi tentang Tzu Chi. Jika mengasihi Master, lebih banyaklah berbagi tentang Tzu Chi,” kata semua peserta acara ramah-tamah tim bedah buku elektronik Kaohsiung.

Himpunan niat baik membentuk kekuatan tak terbatas
Welas asih dan kemurahan hati dilandasi semangat yang sama
Menjangkau semua makhluk yang menderita di seluruh dunia
Berikrar mempelajari semua pintu Dharma yang tak terhingga

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Oktober 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Oktober 2020
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -