Ceramah Master Cheng Yen: Kembali ke Jalan yang Benar dan Mewujudkan Harapan

 

Setiap hari, saya mengulas tentang hidup manusia yang tidak kekal dan kondisi iklim yang tidak bersahabat. Sebagian wilayah yang dilanda kekeringan terus berharap dapat turun hujan, sedangkan wilayah lainnya malah kelebihan curah hujan. Ini semua akibat perubahan cuaca yang ekstrem. Kita harus sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan. Di tengah kondisi cuaca seperti ini, kita harus senantiasa mawas diri dan berhati tulus. Kehidupan manusia sungguh tidak kekal. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh memanfaatkan tubuh kita yang masih sehat. Kita juga harus menggenggam setiap kesempatan untuk melatih diri bersama teman-teman yang baik. Semua insan Tzu Chi saling mendukung

untuk menyucikan hati manusia, melenyapkan penderitaan, dan membawa kebahagiaan bagi setiap orang. Saat ada orang yang menderita, kita harus mengembangkan kebajikan dan keindahan umat manusia.

Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Selain memiliki hakikat kebuddhaan, kita juga mendalami ajaran Buddha. Buddha membimbing kita untuk menapaki Jalan Bodhi. Begitu membangkitkan tekad, kita hendaknya terus melangkah maju menuju kebuddhaan. Namun, akibat tabiat buruk kita, kita sering berjalan menyimpang. Dalam hidup ini, setiap orang pernah menempuh jalan yang salah. Begitu pikiran buruk terbangkitkan, kita akan menempuh jalan yang salah. Kita sangat beruntung karena dapat mendengar ajaran Buddha. Jadi, kita harus memperteguh keyakinan kita, segera meninggalkan jalan yang salah, dan kembali pada jalan yang ditunjukkan oleh Buddha kepada kita.

Kita bisa melihat seorang anggota Tzu Cheng, Relawan Hong Lai-fa. Dia juga pernah menempuh jalan yang salah di masa lalu. “Saya tahu ada banyak tabiat buruk saya yang melanggar Sepuluh Sila Tzu Chi, seperti mengonsumsi alkohol, merokok, dan berjudi. Jadi, saya melenyapkan semua tabiat buruk itu,” ucap Hong Lai-fa, Relawan Tzu Chi. Selama belasan tahun bergabung ke dalam Tzu Chi, dia mengalami perubahan besar. Dia juga merupakan ketua barisan Tzu Cheng di Tainan. Dia mengemban tugasnya dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab. Dia telah kembali pada jalan yang benar. Selama belasan tahun ini, dia melatih diri dengan tekun dan bersemangat tanpa menyia-nyiakan waktu. Dia juga bersumbangsih dengan gembira dan penuh sukacita. Inilah kehidupannya. Meski pernah menempuh jalan yang salah, kita tetap bisa menyerap Dharma ke dalam hati asalkan memiliki keyakinan terhadap Dharma.

Selama belasan tahun menapaki jalan yang benar, dia sangat gembira dan telah memperoleh ketenangan batin. Beberapa hari yang lalu, usai mengikuti kegiatan bedah buku dan akan meninggalkan lokasi itu, dia tiba-tiba jatuh pingsan. Meski segera dilarikan ke rumah sakit, tetapi nyawanya tetap tidak tertolong. Harapannya adalah dapat mendonorkan tubuh atau organ tubuhnya. Dia menyampaikan hal ini dengan jelas. Karena itu, keluarganya pun mendonorkan organ tubuhnya. Akhirnya, dia bisa mendonorkan organ tubuhnya untuk orang lain. Dia mendonorkan jantung, hati, ginjal, kornea, dan organ lainnya. Inilah kehidupannya. Kepergiannya membuat saya sangat kehilangan. Semua itu terjadi begitu cepat. Sebelum jatuh pingsan, dia masih menikmati sukacita Dharma dalam kegiatan bedah buku dan kondisinya terlihat baik. Namun, saat akan meninggalkan tempat itu, dia tiba-tiba jatuh pingsan dan tidak pernah bangun lagi. Lalu, organ tubuhnya pun didonorkan. Dia meninggal dunia dengan cepat.

Kemarin, anggota keluarga dr. Meza, yakni anak-anak dan menantunya, semuanya berkunjung ke Griya Jing Si. dr. Meza telah berdedikasi untuk TIMA selama bertahun-tahun. Dia kembali ke Taiwan setiap tahun untuk menghadiri Konferensi Tahunan TIMA meski harus menempuh jarak yang sangat jauh. Meski kondisi kehidupannya tidak begitu baik, tetapi dia tetap berhemat agar dapat menghadiri Konferensi Tahunan TIMA setiap tahun. Di Paraguay, dia memikul tanggung jawab sebagai dokter TIMA dan sering memberikan pelayanan medis gratis. Namun, diabetes mellitus yang dideritanya selama bertahun-tahun telah menimbulkan uremia sehingga dia harus menjalani cuci darah dan kaki kanannya diamputasi di Paraguay. Namun, dokter setempat berkata bahwa dia mengalami gagal ginjal dan harus menjalani transplantasi ginjal.

Tahun lalu, saat dia kembali ke Taiwan, saya berkata, “Jika ada donor ginjal yang cocok, kamu harus menggenggam kesempatan.” “Carilah calon donor ginjal yang bisa mendonorkan ginjalnya untukmu.” Lalu, putri sulung dr. Meza memutuskan untuk mendonorkan ginjalnya untuk ayahnya. Namun, kondisi ayahnya semakin lama semakin buruk. Setelah kembali ke Paraguay, kesehatan dr. Meza terus memburuk. Lalu, dia memutuskan untuk kembali ke Taiwan untuk menjalani transplantasi ginjal karena putrinya bersedia menjadi donor ginjal. Meski tidak ada donor ginjal, dia juga rela mengembuskan napas terakhir di Taiwan, di dekat saya. “Beliau selalu berharap dapat datang ke Hualien yang merupakan kampung halaman batinnya. Beliau berkata bahwa Master bagai ibunya sendiri. Jika memang sudah waktunya, beliau berharap dapat mengembuskan napas terakhir di Hualien,” ucap Lia, Putri dr. Meza

Inilah harapan dr. Meza. Dia meninggal dunia dengan senyum cemerlang di wajahnya. Dia pergi dengan gembira dan damai. Setelah harapannya terpenuhi, dia bisa pergi dengan senyum cemerlang. Inilah kehidupan manusia. Asalkan menemukan jalan yang benar, maka tidak ada yang perlu ditakuti. Kita hendaknya bisa menapaki jalan ini dengan aman, tenteram, dan lancar. Ini merupakan jalan batin yang juga diulas di dalam Sutra. Kita harus bersungguh hati menapaki jalan ini. Dengan demikian, barulah kita bisa benar-benar menyerap Dharma ke dalam hati. Di dunia ini, kini unsur alam menjadi tidak selaras, begitu pula dengan pikiran manusia. Terlebih lagi, bencana akibat ulah manusia terus terjadi. Jadi, dunia ini sangat menakutkan. Kita harus meningkatkan kewaspadaan, membangkitkan tekad, dan membangun keyakinan untuk melangkah maju. Kita harus senantiasa bersungguh hati.

Memperoleh ketenangan batin setelahtersadarkan dan kembali ke jalan yang benar

Mendonorkan organ tubuh bagi orang lain dengan penuh keseimbangan batin

Mengemban misi Tzu Chi saat masih hidup dengan penuh sukacita Dharma

Terpenuhinya harapan seorang anggota TIMA untuk mengembuskan napas terakhir di Hualien

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina Ditayangkan tanggal 6 November 2015

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -