Ceramah Master Cheng Yen: Kembali ke Tanah Kelahiran Buddha dan Menyebarkan Semangat Mahayana


Buddha datang ke dunia lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Saat ini, kita dapat mencari jejak Buddha di tanah kelahiran-Nya, yaitu Lumbini, Nepal. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha prihatin atas penderitaan dunia. Setelah 2.500 tahun berlalu, saya pun turut melihat dan prihatin atas penderitaan ini.

Mengapa orang-orang di Lumbini masih menderita? Karena orang-orang hanya memikirkan diri sendiri. Mereka merasa bahwa penderitaan mereka adalah hal yang wajar. Mereka pun tidak memiliki semangat untuk berjuang dalam menerima pendidikan dan mendapat pekerjaan. Mereka merasa bahwa inilah buah karma yang harus mereka terima dan mereka hanya bisa menerima nasib.

Begitulah kemiskinan dan penderitaan terus terjadi dan tidak berubah sejak zaman Buddha. Oleh karena pendidikan yang kurang, mereka tidak dapat memandang secara luas dan tidak tahu kondisi dunia luar. Saya sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi. Berkat mereka, saya dapat melihat kondisi kehidupan desa dan kota di Lumbini, Nepal.

Saya berterima kasih kepada insan Tzu Chi dari Singapura dan Malaysia. Mereka telah bertekad untuk membentuk tim kecil dan melakukan perjalanan ke tanah kelahiran Buddha untuk melihat penderitaan di sana. Saat ini, Bodhisatwa dunia mengikuti semangat Buddha dan membawa ajaran Buddha kembali ke tanah kelahiran-Nya. Bisakah kita mengubah kehidupan orang-orang di sana? Saya percaya sedikit banyak kita pasti bisa membantu mereka.


Belakangan ini, kita telah membuat perencanaan untuk Nepal. Demi pembangunan dan pelayanan medis di sana, relawan dari Singapura dan Malaysia melakukan kunjungan secara berkala untuk mengadakan pengobatan gratis. Kita juga dapat melihat seorang Bhiksu Maitri. Bhiksu Maitri membangun interaksi dengan kita dan sepupunya juga telah menyediakan sebuah rumah untuk dijadikan kantor Tzu Chi di sana. Dengan demikian, kita bisa memulai untuk memberikan manfaat bagi tanah kelahiran Buddha. Melihat itu membuat hati saya menjadi tenang.

Dengan adanya kantor di sana, kita dapat membina lebih banyak Bodhisatwa dan menginspirasi para monastik di sana. Kita akan mengubah konsep mereka yang hanya berlatih demi pencapaian pribadi menjadi semangat Kendaraan Agung untuk menyebarkan ajaran Buddha kepada masyarakat. Kita harus membantu mereka untuk memiliki kehidupan yang stabil. Dengan demikian, semangat ajaran Buddha dapat dipraktikkan di sana.

Beberapa hari ini, sekelompok relawan lainnya juga akan pergi ke sana untuk bersumbangsih. Relawan kita selalu bersatu dan bertekad untuk menjalankan misi bersama. Saya berterima kasih atas tekad setiap relawan dari Singapura dan Malaysia. Mereka sungguh-sungguh mendengarkan saya dan begitu penuh perhatian. Mereka melakukan apa yang ingin saya lakukan, melihat apa yang ingin saya lihat, dan berjalan dengan mantap langkah demi langkah di jalan yang ingin saya tempuh.


Relawan Tzu Chi adalah Bodhisatwa dunia yang menciptakan berkah bagi orang-orang menderita. Demikianlah mereka membawa ajaran Buddha kembali ke tanah kelahiran Buddha. Dengan adanya jejak Bodhisatwa, semangat dan filosofi ajaran Buddha dapat menginspirasi warga setempat. Selain memberikan bantuan secara terus-menerus, relawan juga membimbing warga untuk turut bersumbangsih. Dengan adanya relawan dari negara lain yang membantu, warga setempat pun terinspirasi untuk mendedikasikan diri. Beginilah relawan kita menjalankan misi langkah demi langkah.

Saya berharap masyarakat di tanah kelahiran Buddha yang awalnya hanya mementingkan diri sendiri dapat memahami ajaran Buddha dan dibimbing menuju semangat Kendaraan Agung untuk membawa manfaat bagi orang lain.

Kemarin, saya juga melihat anak laki-laki di India yang telah kita bantu. Kapan pun bertemu orang yang membutuhkan, kita selalu bersedia untuk membantu mereka. Kita melihat Vivek Kumar dan Abhishhek Kumar. Mereka berdua bukanlah saudara, tetapi bekerja sama membawa anak tersebut ke rumah sakit. Mereka melakukan perjalanan selama 20 jam. Kita juga mengatur tempat tinggal dan rumah sakit baginya dan keluarganya sehingga dia bisa menerima pengobatan.


Sejak kecil, perut anak ini membesar dan organ dalamnya telah terdorong ke samping. Saat ini, dibutuhkan perawatan jangka panjang agar organ tubuhnya pulih kembali. Lihatlah bagaimana relawan tidak sampai hati melihat orang yang menderita. Karena tidak sampai hati melihat orang menderita, kita harus menolong mereka. Tidak ada yang bisa kita lakukan jika tidak melihat mereka. Berhubung telah melihat anak ini, kita harus mencari dan membantunya.

Bodhisatwa sekalian, hendaklah kita menggenggam jalinan jodoh. Banyak penderitaan terjadi di dunia ini. Bagaimana kita bisa meringankan penderitaan ini? Di India, Abhishhek Kumar dan Vivek Kumar telah bekerja sama untuk membantu anak ini. Di Nepal, sepupu Bhiksu Maitri telah menyediakan rumahnya bagi relawan dari Malaysia dan Singapura agar kita dapat membawa manfaat bagi Lumbini yang merupakan tanah kelahiran Buddha dengan meningkatkan pelayanan medis di sana. Ini adalah dua kasus yang berbeda, tetapi memiliki semangat yang sama.

Terlalu banyak cerita untuk dibagikan. Saya sering berkata bahwa kita harus mencatat semua cerita yang akan menjadi bagian dari sejarah Tzu Chi. Anda, saya, dan kita semua ada dalam sejarah Tzu Chi zaman ini.

Mencari jejak Buddha dan melenyapkan penderitaan
Bersumbangsih dengan segenap kekuatan demi menstabilkan kehidupan
Kembali ke tanah kelahiran Buddha dan menyelami Sutra
Menyebarkan semangat Mahayana untuk membawa manfaat bagi makhluk lain

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 28 Juli 2022
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -