Ceramah Master Cheng Yen: Kembali kepada Sifat Hakiki dengan Membangkitkan Welas Asih dan Kebijaksanaan


“Kami selalu datang ke sini setiap siang karena di rumah tidak ada makanan dan saya sangat lapar. Meski hanya berbaring, saya pun kelaparan hingga tidak bisa tidur,”
kata Salat, salah seorang warga.

“Terkadang, kami mendapatkan makanan, terkadang tidak mendapatkan apa pun. Saya belum pernah melihat kekeringan seburuk ini. Tidak ada tempat yang membutuhkan bantuan anak-anak. Kami hanya bisa berdoa kepada Allah untuk membantu kami melewati kekeringan ini,” kata Muti warga.

Perubahan iklim yang terjadi di alam semesta saat ini, sesungguhnya adalah permasalahan seluruh dunia. Kekeringan dan kelaparan merupakan bencana yang disebutkan di dalam Sutra. Namun, bencana saat ini masih termasuk dalam bencana kecil. Bencana besar yang sesungguhnya akan membawa kehancuran Bumi.

Sekarang, kita berada di antara fase kelangsungan dan kerusakan. Alam semesta sungguh luas dan tak terbatas, sedangkan manusia sangat kecil. Namun, pikiran manusia yang bergejolak menyebabkan begitu banyak bencana terjadi. Sesungguhnya, pikiran manusia tidak hanya menyebabkan kekacauan antarnegara. Bencana yang disebabkan ulah manusia berasal dari karma buruk kolektif yang terakumulasi dalam waktu panjang.

Sebagian orang akan berpikir bahwa bagaimanapun usaha dilakukan, bencana tidak terhindarkan. Sesungguhnya, apa pun hasilnya, semua orang memiliki tanggung jawab atas hal ini. Sumbangsih setiap orang sangatlah penting dan diperlukan. Hendaklah kita memberikan edukasi kepada setiap orang tanpa terkecuali. Pendidikan adalah cara terbaik untuk menyatukan hati semua orang.

“Dengan menyatukan hati, saya berharap akan lebih banyak orang di dunia yang terlepas dari penderitaan,” kata salah seorang siswa Sekolah Terafiliasi Universitas Tzu Chi Hualien

“Kita harus bersyukur atas makanan yang kita miliki dan kita harus tahu berpuas diri. Kita harus membantu orang lain semaksimal mungkin. Jangan biarkan mereka merasa kelaparan. Kita dapat memberikan makanan dan pakaian kepada mereka,” kata siswa lainnya.


Apa yang ingin diberikan sekolah kita kepada siswa bukan hanya pengetahuan dan wawasan. Kita juga mengajarkan ketulusan dan kebijaksanaan. Hendaklah setiap orang kembali pada sifat hakiki yang bajik. Semua siswa SD dapat menghafal Kitab Tiga Aksara. Meskipun siswa SD dapat menghafalnya, tetapi tidak untuk mahasiswa. Apakah seluruh mahasiswa memiliki sifat hakiki yang bajik?

Wawasan dan pengetahuan yang diajarkan perguruan tinggi, semuanya mengandung persaingan. Apabila persaingan ini tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan gejolak pikiran. Gejolak pikiran ini akan mengakibatkan konflik. Sesungguhnya, ini merupakan ancaman bagi dunia. Saya selalu mengambil timbangan sebagai contoh. Jika kita memberi tekanan lebih di salah satu sisi, tentu akan mengganggu keseimbangan. Dengan lebih banyak karma buruk, sisi yang buruk akan lebih berat.

Manusia memiliki sifat hakiki yang bajik, tetapi manusia juga memiki karma buruk. Kita harus mengubah keburukan menjadi kebajikan dan berusaha kembali kepada sifat hakiki murni manusia. Dengan begitu, keseimbangan akan tercapai. Meskipun manusia memiliki sifat hakiki yang bajik, tetapi kebajikan itu harus dipraktikkan secara nyata. Welas asih dan kebijaksanaan harus seimbang.

Jika seseorang memiliki welas asih tanpa kebijaksanaan, cinta kasihnya akan didasari kebodohan karena kebijaksanaannya tidak terbangun. Dia tidak akan tahu anaknya melakukan hal yang benar atau salah. Dia tidak akan tahu apakah anaknya melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia atau tidak. Dia hanya ingin membesarkan anaknya agar bisa menghasilkan uang dan menikmati kehidupan. Ini adalah ketidakseimbangan.


Jika tidak berhati-hati, dia akan kehilangan kebajikannya dalam kehidupan yang mewah. Dia akan menciptakan karma buruk yang makin berat. Makin tinggi pendidikannya, karma buruk yang dilakukan akan makin besar. Jika seseorang memiliki kebijaksanaan, dia akan tetap menjaga keseimbangan. Hendaklah kita memiliki kebajikan dan kebijaksanaan. Kebajikan akan menciptakan berkah bagi dunia. Kebijaksanaan akan menjaga keseimbangan dunia.

“Sawal membawa beras ke aula untuk dibagi-bagikan. Sawal juga menyisihkan beras satu sendok sehari, ditaroh di dalam toples,” kata Sawal siswa.

“Perasaan girang banget, bersyukur banget. Girang gitu, namanya udah nggak ada sembako, udah gak ada beras,” kata Saanit penerima bantuan.

Hendaklah kita membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Sesungguhnya, empat misi Tzu Chi sangatlah seimbang. Misi amal kita membantu orang-orang untuk dapat makan dengan kenyang. Untuk menjaga tubuh setiap orang, misi amal kita menyediakan makanan untuk mereka. Lebih luas lagi, kita menciptakan berkah bagi masyarakat dan membimbing mereka melakukan kebajikan.

Saya juga berterima kasih untuk misi pendidikan, kesehatan, dan budaya humanis yang selalu bersumbangsih bagi dunia. Empat misi Tzu Chi selalu bersama-sama menggalakkan kebajikan. Kita selalu mengajak semua orang untuk turut bersumbangsih. Berapa pun sumbangsihnya, yang terpenting ialah niatnya. Ketika semua orang memiliki niat baik, energi kebajikan akan sangat besar. Melakukan perbuatan baik berarti menciptakan berkah. Namun, jika seseorang memiliki ketamakan, berarti dia telah menciptakan karma buruk.


Saya sangat berterima kasih kepada misi Pendidikan yang telah bersama-sama menggalakkan vegetarisme. Bervegetaris mengandung berbagai kebajikan. Segala keindahan dari kebajikan terletak pada kebaikan di hati semua orang. Dengan sifat hakiki yang bajik, kita dapat melihat bahwa daya hidup alam semesta, kehidupan manusia, dan kehidupan hewan memiliki keterkaitan. Dengan memahami kebenaran ini, bagaimana bisa kita sampai hati mengonsumsi daging hewan? Bagaimana bisa kita sampai hati untuk berperang? Jadi, dalam melihat perkara dunia yang besar, kita perlu melihat hal-hal kecil terlebih dahulu.  

Saat ini, kita telah melihat peristiwa besar yang terjadi di dunia. Dalam memberikan pelajaran sejarah kepada siswa, manfaatkanlah waktu yang ada saat ini. Apa yang terjadi sekarang adalah sejarah untuk zaman ini. Seiring berjalannya waktu, peristiwa berubah menjadi sejarah.

Bencana besar yang terjadi di Ukraina telah menyebabkan gelombang pengungsi. Penyebabnya telah dimulai beberapa bulan yang lalu, bahkan satu, dua, atau beberapa tahun yang lalu, dan berkembang hingga akhirnya pecah menjadi perang. Saat ini, misi pendidikan kita harus lebih memperhatikan peristiwa yang terjadi di dunia. Kita harus membagikan kepada siswa apa yang kita lihat sekarang. Berikan mereka pelajaran sejarah tentang peristiwa terkini. Dengan demikian, para siswa akan mengingatnya dalam hati.

Dalam sistem pendidikan Tzu Chi, pengetahuan bisa mendalam seperti pada tingkat perguruan tinggi. Namun, kita dapat menjelaskannya dengan cara yang sesuai dengan siswa TK. Hendaklah kita terus menginspirasi orang-orang. Semua ini tentu membutuhkan kebijaksanaan.

Karma buruk kolektif menimbulkan bencana dan penderitaan
Hendaklah kita kembali kepada sifat hakiki yang bajik
Bersatu hati mengajarkan keluhuran demi membangkitkan welas asih dan kebijaksanaan
Memperhatikan dunia dan merangkul semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 17 Juli 2022
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -