Ceramah Master Cheng Yen: Kembalinya Ketenangan Alam

“Kadar nitrogen dioksida pada dasarnya berkurang secara mengesankan dalam beberapa bulan terakhir,” kata Simonetta Cheli Pejabat Direktorat Program Observasi Bumi ESA.

“Tanpa aktivitas manusia di lautan, ikan paus lebih tenang dan lebih percaya diri untuk kembali menjelajahi "taman bermain" mereka. Inilah yang tidak mereka lakukan saat laut ramai,” kata Didier Reault Presiden Taman Nasional Calanques.

Kita melihat langit sangat bersih. Sebelumnya langit selalu berkabut dan tertutup debu. Kini kita bisa melihat langit biru, awan putih, dan gunung yang hijau. Pegunungan bisa terlihat dari jauh. Para ahli meteorologi melaporkan bahwa berhentinya industri, transportasi, serta berbagai aktivitas manusia telah membuat ruang semesta menjadi tenang. Bukan hanya itu, air juga menjadi lebih bersih. Sebelumnya, aktivitas manusia sangat banyak. Pengembangan yang banyak dilakukan telah mencemari air dan merusak ekosistem di dalamnya. Ekosistem air mengalami kerusakan yang sangat besar.

Belakangan ini kita juga melihat Sungai Gangga. Di dunia ini, Sungai Gangga sangat terkenal, terutama bagi kita umat Buddha. Berbicara mengenai Sungai Gangga, saya teringat kisah-kisah di dalam Sutra Buddha yang sering mengungkit tentang Sungai Gangga. Sungai ini sangat panjang dan besar. Ia terletak di India dan menjadi sumber penghidupan banyak orang. Banyak orang hidup di pesisir sungai itu sejak lahir.

 

Pada zaman Buddha, populasi manusia lebih sedikit sehingga air Sungai Gangga yang besar dan panjang itu masih sangat bersih dan juga sangat tenang. Sungai besar yang panjang dan besar ini, selama beberapa puluh tahun terakhir, telah menjadi tempat bagi orang-orang untuk membersihkan bayi yang baru lahir serta melarung abu sisa kremasi orang yang sudah meninggal. Sejak lahir hingga meninggal, orang-orang bergantung pada sungai itu.

Wabah kali ini membuat India memberlakukan pembatasan mobilitas. Penghentian berbagai aktivitas ini mengembalikan ketenangan Sungai Gangga. Airnya pun jernih kembali. Namun, berapa lama ketenangan ini akan bertahan? Ketenangan ini bukanlah ketenangan yang alami, melainkan karena wabah kali ini memaksa negara untuk memberlakukan pembatasan. Pembatasan mobilitas dan penutupan sarana transportasilah yang menyebabkan ketenangan ini. Semua ini ada karena wabah.

Wabah kali ini juga membawa bencana yang parah bagi India. Jumlah kasus positif COVID-19 di sana amat banyak. Jumlah pasien meninggal juga tidak sedikit. Jadi, negara terpaksa memberlakukan pembatasan. Akibatnya, seluruh warga masyarakat, sama seperti di negara-negara lain, harus menghentikan berbagai aktivitas. Kini kita dapat melihat hewan-hewan hidup bebas di berbagai tempat.

 

“Putri saya berkata, Sinterklas mengantarkan rusanya untuk menjaga semua orang di kala pembatasan dan memastikan keamanan semuanya,” kata Christina Ellis warga.

Kita selalu berharap hewan, tumbuhan, dan manusia dapat hidup berdampingan. Di dalam lingkungan yang besar ini, baik di gunung, dataran rendah, maupun lautan, semua hendaknya tidak saling mengusik. Gunung memiliki ekosistem gunung. Saat hutan tidak terusik, ia dapat berfungsi untuk menyerap air dengan baik dan menjaga kelestarian alam. Hutan akan membantu penyerapan air ke tanah untuk dilepaskan perlahan-lahan sebagai aliran air tanah.

Saat ini kita sedikit cemas. Sesungguhnya, bukan hanya sedikit. Sumber dari sumber air, yakni hutan, terus ditebangi. Dengan begitu, fungsi penyerapan air menjadi rusak. Fungsi aliran air tanah juga ikut rusak. Begitu hujan deras turun, air langsung mengalir di permukaan tanah sehingga terjadilah tanah longsor. Ini adalah bahaya bagi umat manusia yang diciptakan oleh manusia sendiri. Jadi, kini orang-orang merasa terancam.


Sungguh, pada saat ini, manusia terancam oleh ulahnya sendiri. Manusialah yang menciptakan bahaya ini karena telah menantang dan merusak alam. Akibatnya, kini ancaman itu berbalik kepada manusia. Jadi, akankah kita memilih untuk mengembalikan kebersihan lingkungan dan udara serta ketenangan ekosistem di alam ataukah mengutamakan pemulihan ekonomi?

Agar kehidupan kembali normal, kita harus mengakhiri wabah kali ini. Namun, saat segala aktivitas kembali normal dan perekonomian serta industri kembali berjalan, segala keindahan yang kita lihat dan rasakan selama wabah ini berlangsung akan hilang dengan segera. Jadi, di dunia ini, keuntungan selalu dibarengi oleh konsekuensi atau kerugian.

Untuk memiliki lingkungan yang bersih tanpa polusi serta Bumi dan udara yang terjaga, kita harus mengurangi aktivitas industry dan berbagai kegiatan yang membawa pencemaran. Kita tak bisa mendapatkan keduanya. Jika kita memilih untuk menggenjot perekonomian dan memulihkan perindustrian, bukankah kita akan mengembalikan pencemaran? Bukankah pencemaran dan kebisingan akan kembali dan membuat dunia tidak lagi tenang? Keduanya adalah pilihan yang berbeda kutub.

Berhentinya berbagai aktivitas membuat dunia menjadi hening
Berbagai satwa kembali hidup bebas dan tenang
Menyadari ancaman yang diciptakan manusia sendiri
Menimbang dan berpikir di antara keuntungan dan kerugian

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 April 2020    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 23 April 2020
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -