Ceramah Master Cheng Yen: Kesadaran yang Jernih Berlanjut hingga Selamanya


Kita sering melihat di negara yang dilanda penderitaan, terdapat banyak anak yang hidup kekurangan. Mereka memiliki perut yang buncit, tetapi bukan karena gemuk. Lihatlah betapa menonjolnya tulang wajah mereka. Mereka memiliki mata yang besar dan lekukan kelopak mata yang dalam. Wajah mereka juga tidak berotot. Lihatlah bagian dada mereka. Mereka begitu kurus sehingga tulang rusuk mereka menonjol. Tangan dan kaki mereka juga sangat kurus.

Mereka hidup di dunia yang sama dengan anak-anak lain. Namun, mereka terlahir di negara-negara tertinggal. Mereka tidak bisa memilih tempat lahir mereka dan sulit bagi mereka untuk bertahan hingga dewasa. Saat jatuh sakit, mereka juga tidak bisa berobat. Demikianlah kondisi mereka.

Mereka hidup pada waktu yang sama dan di Bumi yang sama dengan kita. Kehidupan kita termasuk sangat lancar dan jarang terkena dampak bencana alam. Kita juga bisa bekerja sama dengan harmonis untuk menciptakan berkah bagi dunia. Jadi, dibandingkan dengan mereka yang juga hidup di Bumi yang sama, kita sangat beruntung.

Bodhisatwa sekalian, kalian selalu bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Kalian terus menghimpun cinta kasih. Kita telah bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita selama 55 tahun. Kini Tzu Chi telah memasuki usia ke-56 tahun. Saya berharap misi Tzu Chi dapat terus diwariskan dari generasi ke generasi.


Di lantai atas, saya bertemu dengan sekelompok Tzu Ching. Kita menaruh harapan kepada para relawan muda mudi ini. Namun, berapa banyak muda mudi yang dapat bergabung dengan Tzu Chi? Mengenai hal ini, saya sangat bersyukur kepada Asosiasi Guru Tzu Chi yang menginspirasi banyak muda mudi. Asosiasi ini berkembang pesat 30 tahun lalu. Kita mengadakan pertemuan bagi para guru setiap tahun. Demikianlah kondisi pada saat itu.

"Hati guru adalah hati Bodhisatwa. Dengan cinta kasih yang mendalam, mereka membimbing murid-murid dengan tulus." Saya yakin setelah saya melafalkan lirik-lirik ini, para guru kita pasti akan teringat melodinya. Saat itu, semua guru kita bisa melafalkan, "Hati guru adalah hati Bodhisatwa. Dengan cinta kasih yang mendalam, mereka membimbing murid-murid dengan tulus."

Kini Kata Renungan Jing Si telah menyebar ke luar negeri. Kita bisa melihat insan Tzu Chi Malaysia dan Singapura mengajarkan Kata Renungan Jing Si di sekolah. Para guru kita sangat bersungguh hati.

Saya berharap Kata Renungan Jing Si dapat diterjemahkan secara akurat agar tidak menyimpang dari ajaran saya. Kita tidak boleh menyimpang sedikit pun karena menyimpang sedikit saja, kita bisa jauh tersesat. Dalam melatih diri, kita harus melangkah menuju arah yang benar dan terus melangkah maju.


Pandemi Covid-19 telah membuat saya merasa khawatir selama hampir dua tahun. Kekhawatiran saya sulit untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Hingga kini, belum ada obat untuk pandemi ini. Satu-satunya resep mujarab untuk pandemi ini ialah mengembangkan cinta kasih menyeluruh dengan bervegetaris.

Kita bisa melihat anak-anak di Malaysia. Pada usia sedini ini, mereka juga bisa menyosialisasikan vegetarisme. Anak-anak ini telah menyerap ajaran saya ke dalam hati. Sulit untuk mengajak orang-orang bervegetaris. Namun, saat melihat anak-anak ini, saya kembali dipenuhi harapan.

Lihatlah, selain bervegetaris sendiri, mereka juga mengajak keluarga mereka bervegetaris. Mereka mengajak ayah, ibu, kakek, dan nenek mereka untuk bervegetaris. Mereka juga menyosialisasikan vegetarisme di sekolah. Karena itu, saya kembali dipenuhi harapan. Jadi, tidak peduli berapa sisa waktu saya, saya tetap memiliki harapan.

Di kehidupan mendatang, saya akan sangat bersungguh hati. Saya akan bersungguh-sungguh memupuk benih kebaikan di dalam kesadaran saya. Setelah pergi dengan membawa benih di dalam kesadaran kedelapan ini, saya akan kembali dengan cepat.

Kalian semua mengenal Guru De Ci, bukan? Tahukah kalian bahwa dia telah pergi? (Tahu) Apakah kalian merasa bahwa dia pergi dengan damai? (Ya) Saya membimbing para bhiksuni di Griya Jing Si untuk menghadapi kematian dengan tenang.


Saya berkata kepada Guru De Ci, "Shao Wei, kematian adalah bagian dari hukum alam. Ingatlah bahwa kamu harus lekas kembali. Saat kesadaranmu meninggalkan tubuhmu, kamu akan merasa damai dan tenang. Ingatlah untuk lekas kembali. Temukan tempat yang tepat dan lekas kembali."

Dengan jalinan jodoh baiknya, dia pergi dengan damai dan tenang. Saya yakin bahwa dia meninggal dunia dengan damai dan telah memupuk benih kebaikan di dalam kesadarannya. Saya yakin bahwa murid-murid saya telah kembali lewat anak-anak yang digendong oleh ibu atau neneknya untuk menemui saya. Saya selalu mengulurkan tangan untuk menyentuh kepala anak-anak itu dan berpikir bahwa mereka mungkin adalah murid saya yang telah kembali.

Saya berharap mereka memiliki semangat misi, membimbing keluarga sendiri, serta membuka dan membentangkan Jalan Bodhisatwa di dunia. Dengan demikian, saat saya kembali ke dunia ini, saya bisa terus menapaki dan memperluas Jalan Bodhisatwa. Mari kita berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk dari kehidupan ke kehidupan.

Tidak tega melihat penderitaan akibat kemiskinan dan penyakit
Menghimpun tetes demi tetes cinta kasih untuk menciptakan berkah bersama
Memupuk benih kebaikan demi kesadaran yang jernih
Tidak gentar menghadapi kelahiran kembali              
                                            
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 28 November 2021
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -