Ceramah Master Cheng Yen: Keteladanan Berlandaskan Cinta Kasih Berkesadaran


Kita lihat belakangan ini, sejumlah wilayah di Malaysia dilanda banjir besar. Relawan kita di sana saling menanyakan kabar untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja. Dengan cinta kasih berkesadaran, relawan kita saling memperhatikan seperti keluarga sendiri.

Setelah menerima kabar, relawan kita pun segera menyurvei lokasi bencana untuk mencari tahu komunitas mana yang perlu dibersihkan dan membutuhkan sumber daya manusia. Kemudian relawan kita pun bergerak untuk membersihkan daerah-daerah yang terdampak banjir.

Lebih dari tiga ribu relawan membagi diri ke dalam beberapa tim untuk melakukan pembersihan. Jadi, tidak peduli berapa banyak materi yang dimiliki, begitu banjir terjadi, semuanya pun terendam air dan para korban bencana membutuhkan bantuan dari orang lain.

Relawan kita dan para korban bencana tidak saling mengenal. Mereka tidak mengenal kita. Kita pun tidak mengenal mereka. Meski demikian, ketika relawan kita melihat bahwa para korban bencana sangat membutuhkan bantuan, mereka pun segera berhimpun dan bekerja sama untuk membeli bahan makanan dan memasak.

Dalam waktu singkat, tim konsumsi kita segera menyiapkan makanan hangat. Sebagian relawan menyiapkan makanan dan sebagian lainnya mengantarkan makanan. Kita juga melihat banjir yang belum surut di sejumlah wilayah. Relawan kita menggunakan sampan untuk mengantarkan makanan hangat ke rumah para korban banjir karena banyak rumah yang terendam banjir dan tidak memungkinkan untuk memasak.


Di mana pun terjadi bencana, baik melalui jalur laut darat, maupun udara, relawan kita selalu hadir di sana. Relawan kita telah menghimpun kekuatan cinta kasih. Inilah Tzu Chi. Relawan kita tersebar di berbagai negara. Di negara mana pun bencana terjadi, relawan Tzu Chi di sana selalu segera bergerak untuk mengerahkan kekuatan Bodhisatwa dunia.

Ada begitu banyak kisah yang menyentuh hati. Saya hendak bersyukur kepada mereka semua yang telah melakukan apa yang hendak saya lakukan dan mewakili saya untuk memperhatikan orang-orang yang membutuhkan.

Melihat relawan kita bekerja sama dengan harmonis, saya sungguh merasa tenang. Saya juga bersyukur dan memuji relawan kita. Terutama ketika saya melihat Bapak Vincent Tan yang sangat menyentuh hati saya.

Saya sungguh mengagumi beliau. Beliau adalah seorang pengusaha yang sangat sukses dan terkenal di dunia. Namun, beliau bersedia untuk turut membantu membersihkan daerah-daerah yang terdampak banjir.

Sesungguhnya, setiap kali beliau keluar selalu didampingi para pengawal. Namun, pada bencana banjir kali ini, beliau turut bersumbangsih. Saya melihat beliau melakukan pembersihan bersama relawan lainnya. Beliau tidak hanya membersihkan lantai, tetapi juga berjongkok untuk mengelap kursi.


Melihat sumbangsih beliau, saya sungguh sangat tersentuh dan kagum. Hanya dengan kerendahan hati, kita baru bisa menjadi orang yang berhasil. Seperti kata pepatah, "pria sejati yang memiliki kerendahan hatilah yang mampu berdiri tegak".

Saya juga melihat beberapa pengusaha setempat yang bersumbangsih bersama sebagai Bodhisatwa dan menjadi teladan bagi dunia. Mereka tidak hanya menjadi teladan dalam kesuksesan usaha, tetapi juga dalam kepemimpinan di tengah masyarakat serta menyelami ajaran Buddha.

Kita bisa melihat orang-orang yang bekerja sama dengan harmonis. Namun, dunia ini tidak luput dari bencana. Buddha memberi tahu kita bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Di dunia ini, kita harus menanggung banyak derita. Karena itulah, dunia ini disebut Dunia Saha. Jika diterjemahkan, kata "Saha" berarti "menanggung derita". Jadi, Dunia Saha berarti dunia dengan banyak penderitaan yang harus ditanggung.

Hanya ketika kita menanggung penderitaanlah, kita baru dapat menjalani kehidupan yang sehat dan damai di Dunia Saha ini. Banyaknya penderitaan di dunia ini telah menunjukkan bahwa ada banyak orang baik. Berhubung banyak orang yang dilanda penderitaan, orang-orang baik ini pun menjadi teladan di tengah masyarakat. Mereka disebut sebagai Bodhisatwa dunia.


Orang-orang baik ini disebut Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa merupakan makhluk dengan cinta kasih berkesadaran karena mereka telah mencapai pencerahan, melampaui keduniawian, dan tidak akan terikat oleh ketenaran ataupun status sosial.

Lihatlah bagaimana Bapak Tan mengesampingkan status sosialnya demi menjangkau orang-orang yang menderita. Dengan keyakinan bahwa setiap orang adalah setara, beliau bersumbangsih dengan sepenuh hati dan tenaga bersama para relawan lain untuk membersihkan lumpur serta mengelap meja dan kursi. Apa yang telah beliau lakukan sungguh patut untuk dibagikan kepada semua orang.

Setiap orang juga patut memperhatikan orang luar biasa seperti ini yang rela bersumbangsih dengan rendah hati. Orang seperti inilah yang patut kita jadikan teladan. Sebagai Bodhisatwa dunia di antara orang-orang baik, beliau telah menjadi teladan bagi kita semua.  

Malaysia dilanda banjir yang tidak biasa
Saling membantu untuk bergegas menyalurkan bantuan
Memiliki cinta kasih berkesadaran dan kebijaksanaan yang tidak membeda-bedakan
Mengesampingkan ketenaran dan status sosial demi merangkul makhluk yang menderita

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 30 Desember 2021
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -