Ceramah Master Cheng Yen: Keuletan dan Ketekunan Relawan Afrika Menjadi Teladan

“Di dalam rumah tidak ada perabot apa pun karena semua perabot telah rusak. Kami tinggal di tempat ini sekarang. Kami tidak punya ranjang. Kami bahkan tidak punya makanan,” kutipan wawancara salah satu korban yang rumahnya terkena terjangan angina rebut dan hujan es di Johannesburg, Afrika Selatan.

“Yang terkena dampak bencana sekitar 150 keluarga. Banyak rumah yang atapnya terangkat, bahkan ada yang sudah rata dengan tanah. Jadi, mereka tidak punya tempat tinggal. Pemerintah juga mengungsikan sebagian warga ke wilayah lain. Saat kami datang untuk membagikan bantuan pagi ini, ada sekitar 100 keluarga di sini. Karena itu, kami membagikan semua barang bantuan dengan cepat,” kutipan wawancara Zheng Ai-bao, relawan Tzu Chi.

Melihat kondisi di Afrika Selatan, saya sungguh merasa tidak tega. Di Afrika Selatan, ada beberapa pengusaha Taiwan yang menginspirasi relawan lokal. Selama 20 tahun lebih ini, relawan lokal juga sangat berdedikasi. Meski lingkungan hidup mereka termasuk kekurangan, tetapi batin mereka kaya akan cinta kasih.

Mereka sangat tekun, bersemangat, dan polos. Meski menghadapi berbagai rintangan, mereka tetap melakukan survei bencana untuk mendata warga yang terkena bencana dan sungguh membutuhkan bantuan. Kesungguhan mereka dalam bersumbangsih sungguh sangat menyentuh.

doc tzu chi

Kali ini, hujan deras, hujan es, dan tornado telah menimbulkan kerusakan serius. Dalam sekejap, banyak rumah yang atapnya terangkat. Bangunan biasa saja tidak sanggup bertahan, apalagi bangunan yang bobrok? Bangunan yang bobrok tidak akan sanggup menghadapi hujan deras dan angin ribut.

Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya. Selain itu, banyak warga kurang mampu yang tinggal di wilayah yang akses transportasinya terbatas, seperti di pegunungan atau di tepi sungai. Mereka tersebar di daerah seperti itu. Relawan kita bahkan rela menempuh jalan seperti ini di wilayah pegunungan yang terpencil. Ini berkat cinta kasih.

Mereka pergi ke berbagai tempat untuk melakukan survei dan evaluasi serta memberi penghiburan. Mereka menenangkan hati warga terlebih dahulu, baru membagikan barang bantuan yang dibutuhkan korban bencana, seperti selimut dan beras. Mereka sangat perhatian.

Lihat, inilah Bodhisatwa dunia. Secara fisik, mereka mungkin tidak segesit kita. Meski setiap langkah penuh kesulitan, tetapi mereka berpikir,  “Jika bukan saya, lalu siapa lagi?” Lihatlah, tidak peduli sesulit apa, relawan senior ini bersiteguh untuk ikut karena dia sangat berpengalaman.

doc tzu chi

Dia bersedia bersumbangsih. Dari tahun ke tahun, usianya terus bertambah dan dia mulai mengalami keterbatasan gerak, tetapi ketekunan dan semangatnya tidak menurun. Bagaimana bisa saya tidak memujinya? Bagaimana bisa saya tidak tersentuh olehnya? Meski jalan mereka penuh rintangan, mereka tetap menempuhnya. Singkat kata, kisah mereka sangat menyentuh.

Dengan tekun dan hemat, mereka mengatasi berbagai kesulitan untuk mengemban misi Tzu Chi. Bagi kita yang hidup lebih makmur, bersumbangsih sangatlah mudah, cukup dengan membangkitkan sebersit niat baik, tetapi sudahkah kita melakukannya? Bersediakah kita bersusah payah untuk bersumbangsih seperti mereka?

Saya sering melihat murid-murid saya di tempat yang jauh harus mengatasi berbagai kesulitan dengan sumber daya dan dukungan yang terbatas. Mereka bersumbangsih dengan mandiri dan bahagia. Lihatlah, mereka begitu bahagia.

Di Meksiko yang jauh dari Taiwan, relawan kita masih merasa asing. Berkat jalinan jodoh yang istimewa, kini ada banyak relawan lokal di sana. Seorang kepala komunitas juga terinspirasi. Begitu terinspirasi, dia bergabung dan menyebarkan semangat Tzu Chi dari jalan ke jalan.

“Pengumuman untuk seluruh warga San Gregorio. Di depan gereja, ada yayasan Tzu Chi yang berasal dari Taiwan. Mereka datang untuk membantu warga yang terkena dampak serius akibat gempa besar tanggal 19 September. Tzu Chi telah memberikan bantuan di berbagai tempat yang dilanda bencana alam,” kutipan wawancara relawan lokal di San Gregorio, Meksiko.

doc tzu chi

Berhubung dia adalah seorang kepala komunitas, dia pun mengembangkan potensinya. Dia berbagi tentang semangat Tzu Chi, asal mula berdirinya Tzu Chi, dan bagaimana Tzu Chi menyalurkan bantuan internasional selama bertahun-tahun ini. Setiap hari, dia mempelajari kisah-kisah Tzu Chi yang menyentuh serta semangat dan filosofi Tzu Chi. Setiap hari, dia terjun ke jalan untuk memperkenalkan Tzu Chi.

“Bisa turut menjalankan misi Tzu Chi adalah suatu kehormatan bagi saya. Saya sangat berterima kasih kalian datang ke kampung halaman saya. Tetangga-tetangga saya terkena dampak yang sangat serius. Butuh waktu panjang untuk memulihkan sendi kehidupan mereka. Saya merasa bahwa saya perlu membantu mereka dan saat ini, saya mampu melakukannya.”

“Ada tiga hal yang sangat penting. Yang pertama adalah melayani dan membantu orang lain. Kedua, saya harus menjaga diri sendiri dengan baik agar bisa menginspirasi orang lain. Ketiga, juga yang terpenting, saya harus bertanggung jawab dan tidak boleh mengambil keuntungan. Saya harus memastikan barang bantuan sampai di tangan orang yang benar-benar membutuhkan.”

“Saya sangat berterima kasih kepada Master yang telah memilih saya dan memberi saya kesempatan untuk menjadi relawan di sini. Terima kasih,” kutipan wawancara relawan lokal di San Gregorio, Meksiko.

Kita bisa melihat banyak relawan yang rela bersumbangsih tanpa pamrih meski harus menghadapi berbagai kesulitan. Terhadap Bodhisatwa dunia seperti ini, bisakah kita tidak membangkitkan rasa hormat? Kita sering melihat para relawan bersumbangsih tanpa takut bersusah payah meski hidup mereka juga penuh kesulitan.

Setiap kali melihat sumbangsih mereka, saya merasa bahwa pemandangan seperti itu sangat indah. Para Bodhisatwa dunia ini sungguh langka dan berharga. Para relawan di Afrika harus menempuh perjalanan yang sulit di daerah yang berbukit-bukit.

Seandainya saya yang berada di sana, beranikah saya melakukannya? Melihat tindakan mereka, saya bertanya pada diri sendiri, “Beranikah saya melakukannya?” Mereka telah melakukannya. Singkat kata, jika kita tidak menghormati orang seperti mereka, lalu orang seperti apakah kita? Jadi, kita hendaknya memuji mereka dan berterima kasih pada mereka. Mereka merupakan teladan bagi kita. Terima kasih.

Insan Tzu Chi di Afrika memperoleh pencapaian yang gemilang
Membagikan bantuan tanpa takut menempuh perjalanan yang sulit
Terjun ke jalan untuk memperkenalkan Tzu Chi guna menginspirasi relawan
Menyaksikan cinta kasih universal dan membangkitkan rasa hormat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Oktober 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  1 November 2017

Editor : Arimami Suryo A.

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -