Ceramah Master Cheng Yen: Makhluk Berkesadaran Meneruskan Pelita Batin


Saya sangat gembira. Seiring berlalunya waktu, kita terus menua. Saat usia saya bertambah, usia kalian juga bertambah. Usia semua orang terus bertambah seiring berjalannya waktu. Meski demikian, hati kita selalu bertautan. Kita harus memahami kebenaran dengan jelas karena kita telah mempelajari Dharma. Saya dengan cepat membimbing kalian memasuki Jalan Bodhisatwa tanpa membiarkan kalian berkeliaran di luar. Kalian telah memanfaatkan waktu dengan baik. Kita tidak pernah menyia-nyiakan waktu dalam hidup kita.

Belakangan ini, saya terus berkata pada diri sendiri bahwa kehidupan saya sangat bernilai. Di manakah letak nilai kehidupan saya? Jalinan jodoh baik saya dengan orang-orang. Saya telah menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Kalian juga harus menggenggam jalinan jodoh yang ada untuk memperkenalkan diri kepada orang-orang dan berbagi ajaran saya dengan mereka untuk menginspirasi mereka. Ini juga bisa dilakukan secara daring.

Mari kita menjadi Bodhisatwa dunia yang terjun ke tengah masyarakat. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda. Ada yang berbagi pengalaman yang penuh kebahagiaan, ada pula yang berbagi pengalaman yang penuh kesedihan dan derita, seperti bagaimana mereka mengatasi penyakit mereka. Penderitaan akibat penyakit dapat ditransformasi dengan Dharma.

“Setelah RS Tzu Chi Hualien dibangun, ketua tim saya meminta saya untuk menjadi fungsionaris relawan medis. Saya berkata, ‘Baik, saya bisa mengerjakan apa saja.’ Setelah tim kami tiba di rumah sakit, berhubung tak ada yang membantu di bagian rekam medis, saya pun berinisiatif membantu di sana. Saat RS Tzu Chi Taipei mulai beroperasi, saya juga diminta untuk bersumbangsih di sana,” kata Liao Ding-xing relawan Tzu Chi berusia 96 tahun.

“Tahun ini, saya kehilangan pendengaran saya. Saat kalian berbicara, saya bisa mendengar suara, tetapi tidak tahu apa yang kalian katakan. Ini sangat mengganggu. Jadi, saat saya bersumbangsih di bagian rekam medis, orang lain tidak berani meminta bantuan saya karena saya tidak bisa mendengar ucapan mereka. Namun, dengan menerima dokumen dari mereka, saya sudah bisa melakukan yang harus dilakukan tanpa perlu mendengar ucapan mereka. Karena itu, hingga kini, saya masih sering bersumbangsih di bagian rekam medis,” pungkas Liao Ding-xing.


Kalian mentransformasi penderitaan menjadi kebahagiaan. Pengalaman kalian juga merupakan Dharma yang telah menyebar ke seluruh dunia. Ini disebut edukasi. Demikianlah kalian menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk. Kini kalian juga tengah menyebarkan Dharma.

Saat kita berbagi bagaimana kita mengatasi kesulitan dalam hidup kita dan kisah kita membawa manfaat bagi orang lain, berarti kita telah membimbing mereka. Pengalaman kita mungkin bisa mengubah pola pikir orang yang tengah kehilangan harapan hidup. Kita juga mendengar tentang pengalaman orang yang hendak mengakhiri hidupnya. Dengan mengubah pola pikir, dia bisa memiliki banyak kekuatan untuk bersumbangsih.

“Saya tinggal di Amerika Serikat selama 30 tahun. Setelah pulang ke Taiwan, saya terlibat konflik dengan keluarga saya karena gaya hidup kami berbeda. Master mengajari kami untuk berpikiran positif, menjalin jodoh baik secara luas, dan melapangkan hati. Saya menyerap semua itu ke dalam hati. Setiap hari, saya melakukan daur ulang dengan gembira. Kemudian, dibentuk titik perawatan jangka panjang di komunitas kami. Saya juga bersumbangsih di sana. Di sana, saya bisa menjadi relawan ladang berkah. Dengan demikian, saya juga bisa berolahraga,” kata Li Cai-qing relawan Tzu Chi.

“Saya mengepel dan menyapu lantai di lobi dengan gembira. Dengan mengelap jendela di luar, saya juga melakukan peregangan. Karena itu, tubuh saya menjadi makin sehat. Saya berterima kasih kepada Master yang memberi kesempatan kepada kami para kaum lansia untuk beraktivitas dan bersumbangsih. Ini membuat saya tersenyum setiap hari,” pungkas Li Cai-qing.

Kita harus memanfaatkan kehidupan untuk mengembangkan nilai kehidupan kita. Saya merasa bahwa kehidupan saya sangat bernilai. Sesungguhnya, kehidupan kalian juga sangat bernilai. Kalian telah melakukan banyak hal untuk Taiwan. Tadi, saya mendengar bahwa setiap anggota komite kita memiliki banyak donatur. Demikianlah kita menyucikan hati manusia. Kita merekrut donatur bukan demi uang.


“Dahulu, saya tidak mengenal Master dan tidak mengerti apa-apa. Kemudian, ada seorang relawan yang memberikan sebuah kaset audio pada saya. Saat itu jalinan jodoh belum matang. Lalu, suatu hari saya merasa bahwa setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga, saya memiliki waktu luang. Saya berpikir bahwa saya juga dapat berbuat baik dan membantu merekrut donatur. Saat relawan datang untuk mengumpulkan donasi saya, saya menawarkan diri untuk membantunya merekrut donatur. Dia pun menyetujuinya,”
kata Li Jia-hua relawan Tzu Chi.

“Saya dengan gembira mengajak orang-orang untuk menjadi donatur. Jika ada orang yang mendonasikan seribu dolar NT, saya akan mengembalikan 900 dolar NT. Jika ada yang mendonasikan 500 dolar NT, saya akan mengembalikan 400 dolar NT. Mereka berkata, ‘Bukankah Anda bilang Tzu Chi sangat baik? Saya hendak mendonasikan seribu dolar NT.’ Saya menjawab, ‘Kata Master, 100 dolar NT sudah cukup untuk menjadi donatur Tzu Chi.’ Saya bodoh sekali. Orang hendak mendonasikan uangnya, saya malah mengembalikannya,” pungkas Li Jia-hua.

Dia sangat tulus dan sungguh-sungguh. Perbuatannya juga sangat menyentuh. Saat orang yang hendak mendonasikan seribu dolar NT bertanya mengapa dia mengembalikan 900 dolar NT, dia menjawab bahwa kata Master, seratus dolar NT sudah cukup. Ini sungguh tidak mudah. Namun, kita bisa mengusulkan mereka untuk mendonasikan 900 dolar NT itu atas nama anggota keluarga mereka dan berbagi tentang Tzu Chi dengan mereka. Inilah yang paling saya inginkan.

Saat ini, tanggung jawab dan misi kita ialah menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk. Bagaimana cara menyebarkan Dharma? Kita harus membuat orang-orang memahami Dharma. Meski tidak mendengar banyak ceramah saya, tetapi dari satu kalimat yang saya ucapkan, kalian bisa berbagi banyak prinsip kebenaran dengan donatur kalian. Begitu pula dengan saya.


Dengan satu kalimat dari Sutra, saya bisa membagikan banyak prinsip kebenaran. Ini karena kita semua memiliki kelapangan hati yang dapat merangkul seluruh alam semesta. Buddha demikian, saya demikian, kalian pun demikian. Hati dan kesadaran setiap orang tidak terlihat, tetapi potensi kebajikannya sangatlah besar.

Di dalam hati kalian terdapat sebatang lilin. Dengan api dari lilin ini, kalian dapat menyalakan lilin di dalam hati setiap orang. Asalkan hati dan pikiran kita terbuka, berarti lilin kita telah menyala. Dengan menyalakan lilin orang lain dengan lilin kita, hati mereka juga akan menjadi cemerlang.

Bodhisatwa sekalian, sungguh, setiap orang bisa menjadi Bodhisatwa. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa. Berpegang pada ajaran Buddha, kini saya meneruskan api dari lilin di dalam hati saya kepada kalian semua. Setelah menyalakan lilin dalam hati masing-masing, kalian juga dapat menyalakan lilin dalam hati orang lain. Jadi, satu lilin dapat menyalakan puluhan ribu lilin.

Sutra Bunga Teratai mengajarkan praktik Bodhisatwa di dunia. Saya juga memanggil kalian Bodhisatwa, yakni makhluk berkesadaran. Yang hidup di tengah kesesatan adalah makhluk awam. Dalam ajaran Buddha, tersadarkan berarti memahami kebenaran. Orang yang memahami kebenaran merupakan makhluk berkesadaran. Setelah tersadarkan, kita harus membimbing orang-orang. Jika bisa demikian, dunia ini akan menjadi dunia yang indah dan cemerlang. 

Buddha datang ke dunia untuk membabarkan Dharma Agung
Guru dan murid berjalan bersama dengan langkah yang mantap
Melenyapkan penderitaan, membawa kebahagiaan, dan membimbing semua makhluk secara luas
Makhluk berkesadaran meneruskan pelita batin      
                                                       
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 November 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 24 November 2022
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -