Ceramah Master Cheng Yen: Mata Air Budaya Humanis Melindungi Kehidupan

Setiap kali rapat bulanan, saya paling tertarik mendengar laporan misi budaya humanis. Karena misi budaya humanis mencakup Empat Misi Tzu Chi, baik misi amal, misi kesehatan, maupun misi pendidikan. Misi budaya humanis sangatlah berbobot dan menjadi saksi bagi zaman ini serta menulis sejarah bagi umat manusia. Saya sungguh sangat tersentuh. Hari ini mendengar laporan dari setiap Bodhisatwa, saya melihat bagaimana mereka mendedikasikan diri. Saya sangat tersentuh.

Saya juga mendengar laporan tentang bantuan bencana di Laos. Saya melihat mereka melewati medan yang penuh lumpur dan sulit ditempuh. Mereka juga harus menyeberangi jembatan yang sangat sederhana dengan mobil. Mereka setiap hari harus melewati jalan itu. Setelah melihatnya, saya sungguh merasa itu menakutkan dan sangat mengkhawatirkan mereka. Namun, mereka semua menawarkan diri untuk pergi memberikan bantuan dengan cinta kasih.

Mereka melakukan beberapa kali perjalanan ke sana. Setelah mendengar kisah yang mereka bagikan, kita bisa mengetahui mereka sangatlah bekerja keras. Saya sangat berterima kasih dan tersentuh oleh cinta kasih mereka. Namun, saya juga sangat tak tega dan sangat mengkhawatirkan mereka. 


Akhir-akhir ini, hujan deras telah menyebabkan banjir pertama di Pingtung yang merupakan wilayah paling selatan Taiwan, kemudian Kaohsiung, Tainan, dan Chiayi. Selama beberapa hari terakhir, mereka mengarungi banjir untuk mengantarkan barang kebutuhan sehari-hari dan makanan. Namun, mereka tak berani berhenti. Apakah mereka tidak lelah? Dengan bekerja keras seperti itu, bagaimana mungkin mereka tidak lelah? Namun, mereka tak tega untuk berhenti.

Sekelompok Bodhisatwa itu pagi-pagi sudah keluar menyalurkan bantuan dan berjalan di tengah hujan serta mengarungi banjir atau jalan berlumpur. Begitu terinjak jalan berlumpur, akan sulit untuk melangkah. Karena itu, saya terus mendorong mereka dan mengatakan bahwa meski jalan sulit ditempuh, tetapi kita harus memikirkan rumah para lansia yang terendam banjir, bagaimana mereka melewati waktu?

Jadi, mereka sungguh berempati terhadap semua makhluk dan bersedia mendedikasikan diri. Namun, mereka hanyalah manusia. Saya terus memikirkan mereka yang pulang malam dan pagi-pagi sudah harus keluar untuk menyalurkan bantuan. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah kehidupan yang sesungguhnya.

Insan Tzu Chi selalu menggenggam waktu dengan baik. Tak peduli betapa sulitnya jalan yang harus ditempuh, mereka tetap bersedia bersumbangsih tanpa pamrih dan tanpa mengeluh lelah. Setiap kali saya bertanya apakah mereka merasa lelah? Mereka selalu menjawab bahwa mereka sangat bahagia.


Insan Tzu Chi selalu menganggap kerja keras sebagai berkah. Karena mereka bersumbangsih untuk meringankan penderitaan orang, maka timbul rasa sukacita dalam lubuk hati mereka. Inilah Bodhisatwa. Harapan Bodhisatwa adalah semoga semua makhluk bebas dari penderitaan dan tak memohon untuk kesenangan diri sendiri.

Mereka menggenggam kehidupan mereka untuk bersumbangsih  tanpa pamrih. Kehidupan sangatlah berharga. Saya sungguh sangat berterima kasih kepada sekelompok Bodhisatwa ini. Bodhisatwa dunia telah membuka dan membentangkan jalan serta menginspirasi orang-orang untuk bergabung di Jalan Bodhisatwa. Mereka tak hanya bekerja keras untuk menolong orang, tetapi juga mengumpulkan tetes demi tetes donasi dari donatur.

Saya berkata sebanyak apa pun, tak bisa mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada sekelompok Bodhisatwa ini. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih dengan hati yang penuh rasa syukur. Mereka benar-benar adalah Bodhisatwa dunia. Jadi, dalam misi budaya humanis, kita harus mendokumentasikan yang sebenarnya.

Kita juga bisa melihat acara doa bersama tahun ini. Saya sangat berharap kita dapat benar-benar membawa kedamaian bagi dunia, satu-satunya cara adalah meratakan jalan dengan tulus. Kita harus menginspirasi orang-orang terlebih dahulu, lalu membimbing mereka ke arah kehidupan yang benar. Tahun ini, saya terus mengingatkan bahwa kita harus berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram.


Namun, orang zaman sekarang sangat mementingkan nafsu makan. Demi memenuhi nafsu makan manusia, lebih dari 100 juta ekor hewan ternak dibunuh setiap harinya. Dengan karma buruk yang begitu berat, dunia sulit untuk tenteram. Jadi, kita terus menggalakkan pola makan vegetaris. Saya sangat berharap misi budaya humanis kita dapat berfungsi sebagai mata air yang jernih untuk melindungi kehidupan. Tujuan sebenarnya dari misi budaya humanis kita adalah untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan menyucikan hati manusia.

Kita harus melindungi kehidupan yang murni dan membersihkan pikiran yang tercemar sebelum itu terlambat. Intinya, meski hidup dalam kondisi aman dan damai, setiap hari kita tetap harus menginspirasi orang-orang dengan tulus. Waktu terus berlalu, kita harus menggenggam waktu untuk menyucikan hati manusia. Terima kasih kepada para Bodhisatwa.

Mendedikasikan diri untuk memberi bantuan bencana dan mengukir sejarah

Misi budaya humanis menjadi mata air yang melindungi kehidupan

Harapan Bodhisatwa adalah membebaskan penderitaan semua makhluk

Menggalakkan pola makan vegetaris demi meredam bencana

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 September 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 September 2018

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -