Ceramah Master Cheng Yen: Mawas Diri dan Tulus dalam Membersihkan Kegelapan Batin

”Kami akan memonitor mereka untuk rentang waktu sepanjang masa inkubasi. Kami akan melakukan evaluasi penuh. Semua yang telah berbicara dengan saya setuju untuk menjalankannya,” kata Christopher R. Braden, Pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

“Dengan kasus-kasus yang terkonfirmasi positif, tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun, diperlukan peningkatan prosedur antisipasi di perbatasan demi mencegah penyebaran virus,” ujar Shinzo Abe, Perdana menteri Jepang.

“Saya menyampaikan bahwa titik fokus utama bukanlah di perbatasan, melainkan unit gawat darurat. Ke sanalah setiap pasien dengan penyakit mencari pertolongan. Sangat penting bagi rumah sakit untuk memastikan bahwa segala langkah pencegahan dan pengendalian infeksi yang diambil sudah memadai,” terang Dr. Maria Van Kerkhove, Kepala pelaksana Unit Penyakit Berkembang WHO.

Dunia internasional tengah dilanda kepanikan. Semua orang sangat ketakutan dan bersiaga. Yang terpenting saat ini ialah sikap rendah hati. Semua orang harus mawas diri. Kita mendengar bahwa saat ini virus korona menyebar dengan cepat.

Sesungguhnya, noda dan kegelapan batin kita sama dengan virus ini. Dengan adanya virus yang masuk ke dalam batin kita, batin kita terinfeksi virus batin ini. Ia sulit untuk disingkirkan. Satu-satunya cara ialah bertobat dan rendah hati.

 

Kita harus mawas diri dan tulus. Kita harus membangkitkan ketulusan hati. Kini kita harus mengambil langkah. Cara terbaik untuk menyingkirkan virus ialah dengan menjaga kebersihan lingkungan. Kita semua harus meningkatkan kewaspadaan dalam interaksi antarmanusia dan mengembangkan cinta kasih.

Namun, kita harus terus sadar dan waspada terhadap cakupan area yang terjangkit virus dan menjaga jarak aman. Namun, manusia tidak boleh bersikap dingin. Kita harus menjaga jarak aman, tetapi tetap mengembangkan cinta kasih dan kebijaksanaan. Saat perlu melakukan karantina, kita melakukannya. Saat perlu memberi perhatian, kita juga melakukannya.

Lihatlah kondisi masyarakat saat ini. Ada orang yang sangat bersemangat tanpa memedulikan halangan apa pun, seperti para dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya. Mereka menyampingkan segala hal untuk tetap berada di garis depan demi menyelamatkan kehidupan. Sebagai anggota masyarakat, kita hendaknya memandang mereka sebagai Buddha dan Bodhisatwa hidup karena mereka telah rela mendedikasikan diri mereka untuk berjuang di tengah lingkungan yang terjangkit virus.

Bukankah mereka bagaikan para Buddha dan Bodhisatwa yang datang ke dunia kita yang keruh ini? Para Buddha dan Bodhisatwa juga meninggalkan tanah suci mereka untuk memasuki dunia yang dipenuhi lima kekeruhan ini hanya demi menyelamatkan jiwa kebijaksanaan semua makhluk.

 

Semua makhluk diliputi lima kekeruhan dan terus terjangkit berbagai virus tanpa henti di berbagai waktu dan tempat. Para tenaga medis menyelamatkan kehidupan, para Buddha dan Bodhisatwa menyelamatkan jiwa kebijaksanaan. Tim medis yang berada di garis depan demi memerangi virus penyakit pada masa ini sungguh bekerja di tengah bahaya. Pada masa yang mendesak ini, diperlukan orang yang bersedia untuk mendedikasikan diri. Jadi, kita harus berterima kasih dan menghormati para tenaga medis.

Kini, di berbagai rumah sakit, mereka berjuang untuk menolong nyawa pasien. Mereka juga berusaha menjaga kesehatan masyarakat. Kita yang berada di luar lingkungan itu juga tahu bahwa mereka sibuk menyelamatkan nyawa. Kita yang berada di luar hendaknya menjaga kesehatan masing-masing.

Sebagai bagian dari masyarakat, kita hendaknya bersatu hati untuk mengulurkan tangan. Kita harus bersama-sama bertekad untuk mengembangkan cinta kasih berlandaskan kebijaksanaan dalam rangka mengatasi kesulitan kali ini. Para tenaga medis di garis depan telah membangkitkan hati Bodhisatwa dan menyampingkan keselamatan diri sendiri. Orang-orang seperti ini patut kita hormati dan kasihi.

Meski kita bukanlah tenaga medis, kita tetap dapat menjalankan tanggung jawab kita sebagai bagian dari masyarakat dengan menjaga kesehatan kita sendiri. Jika baru kembali dari daerah yang terjangkit virus, kita hendaknya mengarantina diri sendiri selama beberapa waktu. Meski kita berada dalam kondisi sehat, demi keselamatan semua orang, kita hendaknya mengarantina diri sendiri. Inilah cinta kasih dan kebijaksanaan.

 

Jika tidak ada urusan penting, hindarilah bepergian. Kita harus sungguh-sungguh menjaga diri. Dalam kondisi seperti sekarang ini, hati orang-orang penuh kekhawatiran. Kita harus menjaga dan menghibur mereka dengan cinta kasih. Inilah yang disebut menjaga kesehatan.

Kita harus memiliki cinta kasih dan kebijaksanaan. Dengan hati yang murni, kita bertobat. Bertobat berarti menyucikan ego dan kegelapan batin kita dengan Dharma. Jika egois, manusia akan diliputi ketidaktahuan dan kegelapan batin. Kegelapan batin ini akan terus menutupi hati kita dan membuat kita hanya menyayangi diri sendiri tanpa mengasihi orang lain. Ini adalah virus batin.

Virus ada di mana-mana. Jika tiada sistem pencegahan dalam batin kita dan diri kita tidak meningkatkan kewaspadaan, virus bisa menyerang dari mana saja. Kita harus mengembangkan cinta kasih yang besar dan mengembangkan kebijaksanaan yang murni dan tajam. Inilah hal yang benar.

Di tengah merebaknya virus saat ini, jika semua orang tidak memiliki pandangan kesalingterkaitan dalam kehidupan dan tidak dapat mendisiplinkan diri serta saling menjaga dengan cinta kasih, maka di mana pun akan ada risiko untuk terjangkit virus. Intinya, virus batin sangatlah menakutkan dan lebih berbahaya daripada virus penyakit.

Sebagai praktisi Buddhis, yang terpenting ialah membersihkan batin dengan air Dharma. Kita harus sering membersihkan batin kita. Pertobatan adalah pemurnian. Untuk bertobat, kita membutuhkan air Dharma untuk membersihkan kekotoran dalam batin. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati.

Para tenaga medis bagaikan Bodhisatwa
Berterima kasih dan menghormati dengan hati yang tulus
Bersama-sama mengulurkan tangan dengan cinta kasih
Air Dharma yang penuh kebijaksanaan menyucikan kegelapan batin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Januari 2020
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 2 Februari 2020

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -