Ceramah Master Cheng Yen: Mawas Diri dan Tulus di Kala Bencana

Bayangkan, apakah teknologi masa kini dapat mengatasi bencana alam? Tidak. Bencana alam adalah akibat dari karma kolektif. Buddha berkata bahwa karma kolektif semua makhluk berat bagaikan Gunung Sumeru. Pengaruh dari karma buruk yang berat ini sungguh besar bagaikan Gunung Sumeru. Satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah manusia harus sungguh mawas diri dan tulus.

Pikiran adalah pelopor segalanya. Sesungguhnya, menurut ajaran Buddha, segala sesuatu bermula dari pikiran kita. Pikiran ini mampu untuk memahami segala kebenaran di alam semesta. Kita semua hendaknya berusaha memahami kebenaran secara menyeluruh dan menjadi seperti Buddha yang dapat menyadari segala kebenaran alam. Jika setiap orang mampu memahami ini, maka kita semua akanmemahami kebenaran tentang penyebab segala bencana yang terjadi.

Kita telah melihat gempa yang melanda Italia. Situs-situs bersejarah di pegunungan rusak dalam sekejap akibat gempa itu. Namun, di sana juga tersiar kisah yang sangat mengharukan. Saat gempa terjadi, seorang anak perempuan berusia 8 tahun segera menjatuhkan badan untuk melindungi adiknya dan berkata, “Jangan takut.” Atap pun runtuh dan menimpa tubuh anak ini. Adiknya selamat, tetapi sang kakak meninggal. Kehidupan manusia sungguh tidak kekal.

Hakikat, nurani, dan potensi dasar manusia pada dasarnya adalah baik. Anak berusia 8 tahun mengerti untuk melindungi adiknya. Ini menunjukkan potensi nurani yang baik. Sayangnya, anak ini meninggal. Demikianlah kondisi bencana yang amat kita sesalkan. Kisah ini amat kita sayangkan. Kita sungguh tak sampai hati melihatnya.

Gempa susulan pun terus terjadi di sana. Lebih dari 900 kali gempa susulan terjadi selama beberapa hari ini. Karena itu, tindakan penyelamatan menjadi sulit. Relawan Tzu Chi dari beberapa negara harus bersatu untuk dapat memberikan bantuan.

Besok, Tuan dan Nyonya Pfaff dari Jerman bersama empat relawan lainnya akan menuju Italia. Berapa jarak yang harus mereka tempuh? Lima hingga enam ratus kilometer. Mereka harus menempuh lima hingga enam ratus kilometer dari Munich, Jerman melewati perbatasan hingga ke Italia. Besok enam relawan itu akan meninjau daerah bencana. Demikianlah Bodhisatwa Tzu Chi yang selalu sibuk membantu di daerah bencana.

Selain itu, Topan Dianmu telah membawa kerusakan parah di Hainan, Tiongkok. Dalam bencana tersebut, setelah relawan Tzu Chi melakukan survei, mereka menemukan bahwa warga membutuhkan tempat tidur dan selimut. Saya berterima kasih kepada Relawan Tsai yang segera berkoordinasi dengan maskapai penerbangan. Saya juga berterima kasih kepada pihak maskapai penerbangan yang bersedia membantu kita untuk mengirimkan barang-barang yang dibutuhkan, termasuk selimut dan nasi instan sebanyak lebih dari 500 kotak ke daerah bencana di Hainan sehingga dapat segera disalurkan.

Dalam beberapa jam, barang-barang ini tiba di tujuan. Ini terwujud berkat adanya cinta kasih di dunia. Asalkan kita bersungguh hati, jarak yang jauh tidak akan menjadi masalah. Asalkan kekuatan cinta kasih dikerahkan, maka barang bantuan akan dapat diantarkan.

Berkat cinta kasih pihak maskapai penerbangan, barang bantuan kita dari Taiwan dapat dikirimkan lebih cepat daripada dari Fuzhou atau Suzhou. Dalam waktu beberapa jam, barang-barang dikemas, diantarkan ke bandara, dan dinaikkan ke pesawat. Dalam waktu singkat, barang-barang itu tiba di tujuan.

Pemerintah setempat juga mengerahkan cinta kasih dengan memberi izin masuk yang cepat untuk barang bantuan. Begitu banyak hal yang membuat kita tersentuh. Wilayah daratan Tiongkok memang luas. Provinsi Hebei dan Henan juga dilanda banjirparah di bulan Juli dan Agustus. Relawan Tzu Chi terus mengunjungi daerah bencana. Melihat insan Tzu Chi datang, seorang warga mengeluarkan selimut Tzu Chi. “Anda masih menggunakannya?” “Masih.” “Enak dipakai? Masih hangat?” “Hangat. Kami menggunakannya pada musim dingin.” “Kalian memakainya pada musim dingin? Berapa tempat tidur lipat yang masih kalian simpan?” “Kami hanya dapat dua dan dua-duanya masih ada. Selimutnya sangat hangat.”

Para warga sangat berterima kasih karena kini insan Tzu Chi datang kembali ke daerah itu. Para warga sangat menghargai barang-barang yang mereka terima dan sangat berterima kasih. Rasa terima kasih ini masih ada di hati mereka. Inilah kehangatan dalam hubungan antarmanusia.

Empat unsur alam tidak selaras, bencana pun semakin banyak terjadi. Bukan hanya di Tiongkok, di Louisiana, Amerika Serikat juga terjadi banjir dengan lebih dari 120 ribu warga yang terkena dampak. Banjir yang terjadi sangat parah. Tim tanggap darurat Tzu Chi telah bergerak ke daerah bencana. Relawan Tzu Chi dari berbagai negara bagian harus bersatu untuk dapat menyalurkan bantuan. Kekuatan alam sungguh menakutkan. Yang dapat kita lakukan adalah mawas diri dan tulus serta menjaga pikiran kita.

Kita sungguh berharap dapat mengurangi bencana alam yang terjadi di dunia. Hanya manusia yang dapat memperbaiki kondisi yang disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Kekuatan karma ini menyebabkan terjadinya berbagai bencana. Karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Kita hendaknya mawas diri dan berhati tulus.

Karma kolektif menyebabkan bencana

Menyelaraskan hati demi terbebas dari penderitaan

Menghimpun kekuatan untuk menolong warga yang terkena bencana

Menghargai jalinan jodoh dan senantiasa bersyukur

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Agustus 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 29 Agustus 2016
Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -