Ceramah Master Cheng Yen: Mawas Diri dan Tulus Memutar Roda Dharma

Topan yang mengarah ke Taiwan kali ini perlahan-lahan berbelok ke selatan. Sedikit saja arah topan berbelok, kita di Taiwan tentu akan lebih aman. Kita sungguh beruntung.  Manusia harus senantiasa mawas diri dan berhati tulus. Kapan pun, kita tidak boleh lepas dari kewaspadaan dan ketulusan hati demi kehidupan yang aman dan tenteram.

Namun, kita juga melihat permukaan laut di Taitung dipenuhi balok kayu yang terapung. Lihatlah, balok-balok kayu tersebut berasal dari pohon besar yang tersapu air hujan. Hutan adalah sumber udara segar bagi manusia. Ia ibarat paru-paru bagi dunia. Ia bagaikan paru-paru pada tubuh manusia. Paru-paru berfungsi menghirup udara segar untuk menggantikan udara kotor. Jika hutan di dunia ini satu demi satu dirusak, ini berarti paru-paru dunia telah terluka parah.


Kita juga melihat paru-paru dunia ini tengah terbakar selama berhari-hari. Dampaknya pun merambat ke beberapa negara. Kondisi ini sudah mengguncang dunia. Isu ini sudah menjadi isu internasional dan menjadi topik pembahasan banyak negara. Banyak pihak beranggapan bahwa berhubung Brasil ingin mengembangkan ekonominya, mereka perlu menebang pohon dan membuka lahan untuk peternakan. Karena itu, hutan dibiarkan terbakar. Kebakaran ini semakin parah dan meluas, membuat Brasil  mendapat tekanan dari luar negeri.

Sebagian orang tidak pernah merasa puas meski berada dalam kelimpahan. Meski memiliki paru-paru dunia yang sehat, mereka tidak memedulikan kesehatan negara dan alam. Mereka tidak tahu bahwa kesehatan adalah kekayaan yang paling berharga. Mereka masih terus mencari cara untuk mengubah lahan menjadi peternakan guna meraup keuntungan. Ini sungguh sulit dibayangkan.

Kini, kebakaran hutan sudah terjadi. Entah perlu berapa ratus tahun agar hutan itu bisa pulih seperti sediakala. Terlebih lagi, kebakaran masih berlangsung hingga kini. Saya merasa ini adalah akibat dari ulah manusia yang tidak tulus dan tidak menghargai alam. Sungguh memprihatinkan. Memiliki hutan yang begitu baik dan berharga bagi dunia, kita malah tidak bisa menghargainya. Ini sungguh disayangkan.


Buddha berkata bahwa ada lima kesulitan di dunia. Di antara lima kesulitan itu, yang pertama ialah sulit bagi orang kaya untuk mempelajari jalan kebenaran.

Benar, banyak orang tidak memahami kebenaran. Mereka penuh ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Mereka tidak memahami kebenaran sehingga terus melakukan perusakan hanya demi mendapat keuntungan. Mereka tidak takut bahaya yang mengancam. Mereka hanya peduli pada keuntungan. Ini sungguh disayangkan.

Namun, kemarin saya juga melihat Kepala Rumah Sakit memimpin para staf baru dan para kepala departemen untuk membantu keluarga kurang mampu yang tidak dapat membersihkan rumah. Kita melihat para staf rumah sakit kita membagi diri ke dalam 11 kelompok. Tiap kepala departemen memimpin kelompok dan menjadi teladan lewat praktik nyata. Datang ke lingkungan seperti itu, mereka mengesampingkan profesi mereka dan bersedia merendahkan hati untuk menyelesaikan tugas yang ada.


Saya dengar semua orang sangat gembira. Mereka melihat langsung warga yang menderita. Mereka telah melihat kehidupan keluarga kurang mampu. Selama kita bisa membuka hati, kita akan dapat menyerap Dharma. Saya berharap kita semua dapat selalu mawas diri dan berhati tulus.

Topan Bailu kali ini telah berlalu. Kita harus bersyukur karena topan itu telah berbelok sehingga meminimalkan dampak bencana yang ada dan semua orang tetap aman dan tenteram. Kerusakan hanya terbatas pada jalan dan jembatan yang putus akibat tanah longsor di pegunungan .

Kita harus sadar bahwa berada dalam ketenteraman adalah berkah. Jadi, kita harus memiliki rasa syukur. Kita harus selalu mawas diri dan tulus. Saya selalu berharap kita semua senantiasa bersungguh hati.

Ketidakselarasan alam membawa bencana
Proses perubahan alam menunjukkan ketidakkekalan
Mawas diri dan tulus melindungi bumi
Memutar roda Dharma lewat praktik nyata

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Agustus 2019
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -