Ceramah Master Cheng Yen: Melangkah Bersama dengan Cinta Kasih Berkesadaran

Bodhisatwa sekalian, kini ada sekitar 4.000 orang yang hadir di sini. Saya sangat bersyukur. Tanpa kalian, tidak akan ada Tzu Chi yang sekarang. Saat saya melihat anggota komite muda, saya merasa terhibur dan bersyukur karena kalian telah membawa semangat Tzu Chi dan memberi teladan kepada generasi muda sehingga mereka setuju bahwa masyarakat adalah milik mereka dan Bumi di masa depan adalah milik generasi penerus mereka.
 
Jadi, akan berbahaya apabila manusia tidak menyucikan hati, tidak berniat baik, dan tidak membawa manfaat bagi masyarakat. Sejak puluhan tahun lalu, saya terus berbagi kepada kalian mengenai ajaran Buddha tentang fase pembentukan, kelangsungan, kerusakan, dan kehancuran.
 
Sekarang Bumi kita telah memasuki fase kerusakan. Jadi, dua sampai tiga tahun belakangan ini,saya terus berkata sudah tiada waktu lagi. Kini saya semakin khawatir tidak sempat lagi untuk membuat perubahan. Karena itu, hati saya sangat khawatir. Saya terus berkata bahwa kita harus menghargai waktu setiap detik untuk memperluas nilai kehidupan kita.
 
Saudara sekalian, jangan lupakan tahun itu, orang-orang yang ada saat itu, dan tekad yang dibangun saat itu. Kita mendengar Huang-ye dan adiknya berbagi mengenaiorang tuanya. Ayahnya adalah wakil ketua Yayasan Buddha Tzu Chi. Ibunya, Ci Hui, sangat memiliki cinta kasih seorang ibu. Ibunya, saya beri nama Dharma “Ci Hui” yang berarti cinta kasih seorang ibu. Karena itu, saya memberinya nama Dharma Ci Hui.
 
Ibunya selalu mengingat nama Dharma yang saya berikan. Dia selalu berusaha untuk bertindak sesuai nama Dharma-nya, yaitu mengasihi segala sesuatu dengan cinta kasih dan welas asih seorang ibu. Setelah berguru pada saya, mereka suami istri berdedikasi di Tzu Chi. Kini, mereka sekeluarga adalah insan Tzu Chi. Huang-ye meneruskan ikrar ayahnya dan berdedikasi di Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi. Adiknya, Jian-xun, juga tidak pernah jauh dari Tzu Chi di Taipei. Jian-xün merupakan Tzu Cheng di Taipei. Dia merupakan anggota Tzu Cheng. Adik Huang-ye yang satu lagi, juga bekerja di Yayasan Buddha Tzu Chi.
 
Mereka sekeluarga telah meneruskan semangat cinta kasih. Kini, generasi ketiga keluarga mereka juga sudah bergabung dengan Tzu Chi. Mereka sungguh manis. Singkat kata, Ci Hui dan suaminya memiliki satu hati dan satu tekad dalam kehidupan ini. Tekad dan langkah mereka selalu sama dengan saya. Mereka telah menunggu saya  di kehidupan berikutnya. Saya harap mereka tidak melupakan cinta kasih berkesadaran yang dimiliki. Saya harap mereka dapat kembali bersama dan menjalankan Tzu Chi.
 
Pada kehidupan berikutnya, mereka pasti lebih tua dari saya. Saya berharap mereka menjadi saudara saya dan terlebih dahulu mengenal Tzu Chi sehingga bisa membimbing saya. Ini adalah hukum alam. Dahulu, saya berkata kepada kalian agar lebih cepat mengikuti langkah kaki saya. Setiap saya mengambil satu langkah, kalian harus berlari delapan langkah. Saya selalu mengambil langkah besar. Tidak disangka, kini sulit bagi saya  untuk melangkah sedikit saja.
Saya telah menyadari hukum alam. Dengan kondisi tubuh ini, saya telah mendapat kesadaran. Dahulu, saya hanya mengatakan yang saya pikirkan. Sekarang saya bukan hanya memikirkannya, melainkan telah mengalaminya. Saya berbagi tentang yang saya rasakan. Jadi, dunia dan tubuh ini tidak kekal. Kita harus memanfaatkan kehidupan ini.
 
“Sebagai murid Jing Si, kami berpegang teguh pada tekad awal. Dari muda hingga tua kami menjalankan Tzu Chi. Kami akan menjadi insan Tzu Chi  dari kehidupan ke kehidupan. Kami akan belajar dari Master, berdedikasi hingga napas terakhir dan senantiasa menapaki jalan Bodhisatwa. Kami akan mengikuti Master  dari kehidupan ke kehidupan, mempraktikkan Jalan Bodhisatwa, mewariskan silsilah Dharma Jing Si, serta menyebarkan mazhab Tzu Chi. Kami, para murid Jing Si, berdoa dengan tulus semoga Master sehat selalu dan  dapat senantiasa membabarkan Dharma. Walaupun Master kehabisan tenaga, kami akan tetap bertenaga. Saat Master bekerja keras, kami akan bekerja lebih keras.  Master membimbing kami dalam hidup ini. Dari kehidupan ke kehidupan, kami ingin bersungguh-sungguh  mengikuti langkah Master dengan keyakinan yang dalam.”
 
Bodhisatwa sekalian, estafet cinta kasih berlanjut dari kehidupan ke kehidupan ibarat berlari di lapangan olahraga. Walaupun kini saya berjalan di depan, pada akhirnya saya akan berjalan di belakang mengikuti kalian. Langkah kita tak akan pernah berhenti. Lihatlah para Bodhisatwa lanjut usia yang berdedikasi sejak muda hingga tua, bahkan hingga akhir hayat. Tekad ini akan terus mereka bawa dari kehidupan ke kehidupan.
 
Semoga kita dapat menyebarkankekuatan cinta kasih selamanya. Setiap saat, saat bertemu orang, kita berbagi tentang Tzu Chi dan apa yang telah relawan Tzu Chi lakukan. Kita mendengar Dharma dengan telinga kita dan membabarkan Dharma dengan lidah kita. Saat membuka mulut, kita hendaknya selalu bertutur kata baik. Telinga kita hendaknya selalu mendengar Dharma. Kita hendaknya selalu bertutur kata baik, menyebarkan Dharma, mempraktikkan Dharma, dan membabarkan Dharma.
 
Kita hendaknya mengimbau orang  untuk segera melakukan sesuatu. Jika tidak, tak akan sempat bagi kita untuk membuat perubahan di dunia ini. Saya harap kalian senantiasa  tekun dan bersemangat. Langkah kita semua harus selalu bertautan. Saya selalu mendoakan kalian. Terima kasih.
 
Berdedikasi seumur hidup dan bertekad teguh
Melangkah bersama dengan cinta kasih berkesadaran
Tekun dan bersemangat mempraktikkan serta membabarkan Dharma
Mewariskan semangat untuk memberi manfaatbagi masyarakat 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 November 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 November 2019

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -