Ceramah Master Cheng Yen: Melangkah dengan Mantap untuk Membawa Manfaat bagi Semua Makhluk


Para dokter dan Bodhisatwa sekalian, mari kita menyambut tahun baru dengan hati yang tulus. Saya selalu melewati setiap hari dan setiap saat dengan mawas diri dan tulus tanpa menyia-nyiakan waktu. Inilah yang saya lakukan untuk mengingatkan diri sendiri dalam keseharian. Saya juga menyemangati orang-orang yang saya temui untuk tidak menyia-nyiakan waktu karena kehidupan ini tidak kekal.

Selama dua atau tiga tahun ini, ketika bertemu dengan para relawan lansia, saya seperti sedang becermin dan melihat diri saya sendiri. Benar. Saya tidak hanya terlihat tua di luar cermin, tetapi juga di dalam cermin. Kini, hendaklah kita mengingatkan diri sendiri.

Sekitar pukul tiga dini hari, saya mendengar suara ketukan papan kayu. Tidak peduli seberapa dinginnya, saya tetap berbalik badan dan bangun, lalu menginjakkan kaki ke lantai. Hal pertama yang muncul di benak saya ialah rasa syukur karena saya masih bisa duduk dan bisa segera berdiri tegak dengan kedua kaki saya. Saya sungguh sangat bersyukur. Demikianlah hendaknya kita senantiasa bersyukur dalam keseharian kita.

Mari kita menggenggam waktu yang ada dan jangan berbuat hal yang keliru. Dengan tidak berbuat hal keliru di setiap detik, saya sudah merasa sangat puas. Jika saya dapat berbuat demikian, sepanjang hidup saya akan merasa tenang. Demikianlah kehidupan manusia. Waktu terus berlalu, Tzu Chi telah memasuki tahun ke-56. Saya sangat bersyukur.


Datang ke Dalin mengingatkan saya pada jalinan jodoh dengan tempat ini lebih dari 30 tahun yang lalu. Ada tiga atau empat pejabat pemerintah, termasuk bupati, gubernur, dan kepala dewan yang sangat bersungguh hati mengunjungi saya di Hualien dan berharap saya dapat membangun rumah sakit di Dalin.

Ketika tiba di sana, saya melihat lahan di sana penuh dengan tanaman tebu. Petugas di sana mengatakan kepada saya bahwa lahan itu luasnya sekitar 18 hektare. Saya berkata, "Delapan belas hektare tidaklah cukup, sedikitnya dibutuhkan 20 hektare." Saya tidak menyangka, ayah mertua dari relawan kita, Lin Shu-jing, berkata, "Master membutuhkan 20 hektare, kebetulan kami memiliki lahan sekitar satu hektare lebih tepat di sebelahnya, ditambahkan dengan 18 hektare tadi jadilah 20 hektare."

Di sebidang lahan inilah, kita membangun sebuah rumah sakit. Ini merupakan kisah yang panjang. Berpijak di lahan ini membuat saya teringat banyak kenangan. Mengenang masa lalu, saya pun teringat saat membangun rumah sakit, saya pergi ke Taipei untuk menemui dokter dan arsitek. Jadi, setiap kali saya pergi ke Taipei, arsitek datang untuk melihat denah rumah sakit.

Di samping itu, Prof. Yang, Dr.Tu, dan Dr.Tseng datang ke Kantor Perwakilan Tzu Chi di Taipei. Sepulang kerja, sekitar pukul 5 atau 6 sore, mereka memulai rapat untuk mendiskusikan tentang pembangunan rumah sakit. Adakalanya, setelah rapat selesai pada tengah malam, mereka baru pulang.


Mengenang kembali masa-masa itu, setiap momen sangatlah berharga. Jadi, mereka turut berkontribusi dari perencanaan hingga pembangunan rumah sakit kita di Dalin. Inilah kenangan yang sangat berharga yang sering kita saksikan dalam rekaman video. Tanpa tetes-tetes sumbangsih selama puluhan tahun ini, bagaimana mungkin ada pencapaian seperti sekarang ini?

Rumah sakit kita di Dalin memiliki tenaga medis dan peralatan yang baik. Para dokter, perawat, dan staf dari berbagai departemen yang berada di luar ruangan saat ini juga sangat tertib dan disiplin. Saat ini, mereka duduk dengan khusyuk di sana dan mendengarkan ceramah saya. Ini menunjukkan rasa hormat dan cinta kasih yang tulus.

Saya sering kali mengatakan kepada para tenaga medis kita agar mereka hendaknya mendedikasikan kehidupan untuk menyelamatkan kehidupan dan bersumbangsih dengan cinta kasih. Dengan demikian, mereka telah mendedikasikan kehidupan mereka untuk menjaga kesehatan dan menjunjung tinggi cinta kasih. Inilah yang sering saya sampaikan kepada staf badan misi kesehatan kita.

Saya berharap para dokter dan perawat kita dapat bersatu hati untuk tulus melindungi, mengasihi, dan membebaskan kehidupan.

Saya terus mengulas tentang pelajaran besar. Pandemi kali ini telah mengajari kita bahwa tanaman panganlah yang dapat memberikan nutrisi terbaik bagi tubuh kita. Karena itu, saat menengadah ke langit, marilah kita membangkitkan ketulusan dan mengembangkan kekuatan ikrar cinta kasih. Inilah kekuatan ikrar dalam doa. Mari kita berikrar untuk melindungi dunia dengan hati yang tulus.


“Kami murid-murid di Dalin berikrar dengan tulus: Ikrar pertama, menyelamatkan kehidupan. Menyelamatkan kehidupan. Ikrar kedua, menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan. Ikrar ketiga, menjunjung tinggi cinta kasih. Menjunjung tinggi cinta kasih. Segenap murid di Dalin bersedia menjadi bagai sekelompok kunang-kunang untuk menjaga orang-orang di Taiwan Selatan. Kami juga akan mengikuti langkah Master untuk menjangkau seluruh dunia. Segenap murid di Dalin akan bekerja sama dengan harmonis dan mendedikasikan kehidupan untuk menyelamatkan kehidupan.”

Terima kasih. Dalin merupakan daerah terpencil. Namun, kalian bersedia untuk menjaga tempat ini serta tulus menjaga kesehatan, menjunjung tinggi cinta kasih, dan menyelamatkan kehidupan. Inilah ikrar yang paling suka saya dengar dalam kehidupan ini.

Saya yakin semua dokter dan staf di sini telah membangun tekad dan ikrar dengan tulus. Apa lagi yang hendak kita kejar dalam hidup ini? Saya sungguh sangat bersyukur dan terharu. Yang dibutuhkan hanyalah sebuah ikrar. Saya berharap para dokter beserta staf tidak akan lupa dengan ikrar dan tekad yang telah kalian bangun hari ini.

Saya berharap semua orang dapat mengingat semangat ajaran Buddha dan selamanya bersumbangsih bagi dunia dengan cinta kasih. Cinta kasih kita merupakan suara hati yang timbul dari lubuk hati kita. Saya telah mendengar suara hati kalian semua. Saya sangat bersyukur. Saya mendoakan kalian semua.

Saya berterima kasih kepada Kepala RS, Wakil Kepala RS, beserta para dokter atas cinta kasih kalian. Bodhisatwa sekalian, terima kasih.  

Menyadari ketidakkekalan dan menghargai setiap detik
Mempraktikkan Dharma dengan rasa syukur dan langkah yang mantap
Segenap insan mulia bersatu untuk membawa manfaat bagi semua makhluk
Selamanya melindungi kehidupan dengan cinta kasih   
                             
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 Januari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 10 Januari 2022
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -