Ceramah Master Cheng Yen: Melangkah di Jalan Bodhisatwa Sesuai Silsilah Dharma Jing Si dan Mazhab Tzu Chi


“Kali ini, saya kembali untuk mendampingi relawan muda. Mengasihi Master berarti juga harus mengasihi murid-murid Master, terutama para relawan muda. Saat ini, tidak hanya saya yang membimbing mereka, tetapi mereka juga membimbing generasi berikutnya. Oleh karena itu, mewariskan Tzu Chi selama 100 tahun ke depan tidak akan menjadi masalah,”
kata Cai Ya-mei Wakil Ketua Tzu Chi Cabang Chicago.

“Di Amerika Serikat, silsilah Dharma Jing Si telah diwariskan selama 35 tahun. Kami berikrar untuk menjalankan Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan.”

Ketika semua orang bergabung dengan Tzu Chi, meski tidak memandang agama, kita memiliki sebutan yang sama, yaitu cinta kasih berkesadaran. Manusia dengan cinta kasih berkesadaran adalah Bodhisatwa. Semua orang hendaknya membangkitkan hati Bodhisatwa, yaitu memperluas cinta kasih.

Saya sering berpesan agar kita semua melapangkan hati hingga seluas jagat raya hingga mampu merangkul segala sesuatu di alam semesta. Ketika hati kita meluas hingga sebesar alam semesta, kita mampu merangkul segalanya. Hati kita harus luas sehingga mampu menjangkau setiap tempat yang terdapat butiran pasir. Inilah tujuan Buddha datang ke dunia, yaitu mengajarkan praktik Bodhisatwa dengan harapan semua orang memiliki cinta kasih yang sangat luas tanpa membeda-bedakan agama dan ras.


Insan Tzu Chi selalu memiliki cinta kasih yang tulus. Merangkul seluruh alam semesta berarti kita harus memiliki hati yang sangat lapang. Kita harus merangkul semua orang di setiap tempat. Ini bukanlah sebuah slogan, melainkan sesuatu yang harus kita pelajari, yaitu memiliki cinta kasih tanpa pamrih bagi dunia. Intinya, kekuatan cinta kasih ada di mana-mana.

Cinta kasih agung dapat merangkul alam semesta tanpa membeda-bedakan agama. Di antara Bodhisatwa muda, ada yang beragama Kristen Protestan dan Katolik. Saya selalu berkata, "Pertahankan agama kalian. Namun, di Tzu Chi, kita harus memiliki arah yang sama." Selama seseorang memiliki cinta kasih agung, dia dapat merangkul segala sesuatu yang jumlahnya bagai butiran pasir. Ketika cinta kasih itu meluas, di mana pun ada butiran pasir, cinta kasih kita juga akan melingkupi tempat itu.

Di mana pun insan Tzu Chi berada, di sana pasti ada cinta kasih. Saya berharap bahwa cinta kasih insan Tzu Chi makin luas tanpa membeda-bedakan agama dan ras. Di mana pun ada yang membutuhkan, hendaknya kita membawa perhatian dengan kesungguhan hati. Selama dapat menjangkaunya, kita harus dapat melakukannya.

Ketika memiliki teman atau kerabat, kita dapat menginspirasi mereka untuk turut terlibat. Kita dapat bertanya, "Ada masalah apa di daerah Anda? Apakah Anda dapat mewakili kami untuk mengunjunginya?" Ketika dia melihat secara langsung, hatinya akan tergerak dan bersedia untuk turut mendedikasikan diri. Pada saat-saat yang dibutuhkan, tim kita akan terjun secara langsung.


Dalam jangka waktu yang singkat, kita dapat memanfaatkan sumber daya yang ada. Jika diperlukan bantuan skala besar, kita dapat pergi dan menggalang lebih banyak Bodhisatwa. Kita berharap bahwa di tempat itu akan ada insan Tzu Chi sehingga makin banyak orang yang tertolong. Selama ada insan Tzu Chi, daerah itu memiliki Bodhisatwa. Dengan demikian, menolong orang yang menderita akan lebih mudah. Intinya, Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan utama, yaitu mengajarkan praktik Bodhisatwa.

Ketika ada jalinan jodoh, hendaknya kita mengajak orang lain untuk bergabung menjadi Bodhisatwa. Di daerah yang memiliki Bodhisatwa, kita dapat segera membantu mereka yang membutuhkan. Inilah harapan terbesar saya. Saya melihat kehadiran anak-anak muda. Dengan begitu, semangat Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi sehingga Tzu Chi dapat tetap ada di dunia selamanya.

Saat di Chicago, saya sangat senang melihat paman dan bibi menjalankan Tzu Chi. Saya juga belajar bersama mereka. Tidak hanya belajar dengan sesama anak muda, saya merasa bahwa kita dapat belajar banyak hal dari paman dan bibi Tzu Chi. Dalam kegiatan Tzu Chi sehari-hari, saya selalu bersedia melakukan apa pun. Hal yang saya tidak bisa lakukan pun, saya bersedia untuk mempelajarinya. Saya sungguh-sungguh merasakan bahwa ketika mendengarkan ajaran Master, kita merasa sangat senang karena dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Li You-da relawan Tzu Chi.

“Paman dan bibi Tzu Chi sungguh-sungguh mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Master. Mereka membimbing kami dengan kesungguhan hati dan cinta kasih yang tulus serta mengarahkan kami ke arah yang benar. Kami berikrar untuk menginspirasi lebih banyak orang yang belum mengenal Tzu Chi. Kami bersedia mewariskan semangat Tzu Chi. Kami bersedia menginspirasi lebih banyak Bodhisatwa untuk bersama-sama menjalankan misi Tzu Chi,” kata Qiu Hui-shan Wakil Ketua Tzu Chi Cabang Chicago.


Bagaimanapun, Tzu Chi dimulai dari saya dan kalian yang merupakan generasi pertama Tzu Chi. Begitu pula dengan mazhab Tzu Chi, dimulai dari saya dan kalian. Silsilah Dharma Jing Si adalah rumah insan Tzu Chi. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat dengan silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Silsilah Dharma adalah sistem pemikiran yang kita wariskan. Mazhab Tzu Chi berlandaskan pada misi amal dan inilah tujuan utama kita. Sepanjang hidup saya, misi saya ialah membuka pintu misi amal.

Insan Tzu Chi sekalian, kita telah memperluas sistem ini dan membuka pintu mazhab. Hendaknya kita terus mengajak generasi muda untuk belajar menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus ingat bahwa orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran disebut sebagai Bodhisatwa. Bodhisatwa adalah orang yang sadar dan memiliki cinta kasih.

Hendaknya kita belajar bagaimana melangkah di jalan kesadaran yang penuh cinta kasih ini. Ujung dari jalan ini adalah kesadaran atau pencerahan. Oleh karena tersadarkan, Buddha disebut mencapai kebuddhaan. Oleh karena itu, praktisi Buddhis hendaknya menapaki Jalan Bodhisatwa. Ujung dari Jalan Bodhisatwa adalah pencerahan, yang berarti memiliki arah hidup yang benar.

Saya mendengar bahwa di rumah, semuanya sangat tekun. Saya telah menyaksikan ketekunan kalian dalam mendengarkan ceramah saya secara daring. Dari apa yang kalian katakan, saya dapat merasakan bahwa semuanya mencerminkan apa yang saya katakan belakangan ini. Kalian telah mempraktikkannya secara nyata. Saya telah menjadi saksi bagaimana kalian menapaki Jalan Bodhisatwa. Kalian telah belajar untuk mendengarkan, melakukan, menyampaikan, dan melangkah sesuai ajaran saya. Saya telah menyaksikan semua ini.

Bertekad menjadi Bodhisatwa dan memperluas cinta kasih
Memiliki hati yang lapang hingga dapat merangkul alam semesta
Menghimpun kekuatan untuk menginspirasi semua makhluk secara luas
Mewariskan silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi dengan cinta kasih berkesadaran 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Oktober 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 27 Oktober 2024
Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -