Ceramah Master Cheng Yen: Melangkah Maju dengan Tekad yang Teguh


“Ini adalah pertama kalinya kami mengadakan baksos kesehatan di Lumbini. Kami berterima kasih kepada Bhiksu Maitri yang telah mengundang beberapa dokter spesialis setempat untuk ikut serta dalam baksos kesehatan ini. Kali ini, di setiap sentra pelayanan, kami menggabungkan satu dokter spesialis lokal dan satu dokter spesialis dari TIMA. Dalam tiga hari ini, semua dokter saling berinteraksi dan saling belajar. Dalam tiga hari ini, kami juga menggenggam jalinan jodoh untuk berbagi mengenai Tzu Chi kepada mereka dan menggalang Bodhisatwa,” kata salah seorang relawan pemerhati Tzu Chi Nepal,”
kata dr. Zhuang Wan-jia Anggota TIMA Malaysia.

“Saya bersyukur karena memiliki kesempatan untuk menyadari berkah ketika melihat penderitaan. Kami menyadari bahwa pola makan dan gizi mereka adalah masalah terbesar. Sebagian besar makanan yang mereka konsumsi rendah protein, rendah sayuran, dan tinggi garam. Mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan kesehatan dan kebersihan. Air di sana kotor. Banyak dari mereka yang tidak memiliki sepatu. Di sana, perempuan memiliki pendidikan dan kedudukan yang rendah. Sering kali, karena pengetahuan yang tidak cukup, akan muncul beberapa masalah saat mengurus rumah tangga. Saya sungguh merasakan perkataan Master mengenai sakit karena kemiskinan. Saya harap saya dapat lebih berusaha untuk bersumbangsih dalam hal pola makan, kebersihan, dan edukasi kesehatan. Saya berharap kita dapat mencapai kondisi di mana meski hidup kekurangan, paling tidak mereka tidak jatuh sakit,” kata dr. Chen Cheng-heng Anggota TIMA Malaysia.

“Setelah baksos kesehatan 3 hari selesai, saya menyadari bahwa Lumbini tidak hanya tertinggal selama lebih dari ratusan tahun, melainkan sungguh seperti zaman besi. Orang-orang datang ke Lumbini untuk mencari pengobatan batin. Lumbini adalah tempat kelahiran Buddha. Jika pengobatan dasar saja kurang, lantas apa lagi yang dapat kita bahas mengenai pengobatan batin? Saat kegiatan telah selesai, hati saya menangis. Dibutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mengubah kondisi kehidupan di sini. Namun, di satu sisi saya merasa puas karena dapat berjalan bersama dengan Tzu Chi untuk membantu orang sakit,” kata dr. Nirdesh Shakya Anggota TIMA Nepal.


Saya bersyukur atas semua jalinan jodoh. Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada relawan Tzu Chi Singapura dan Malaysia yang telah mengerahkan kekuatan besar. Saya sungguh iri dengan kalian karena kalian dapat menapakkan kaki di tanah kelahiran Buddha. Hendaklah kita memiliki ketulusan hati yang sungguh dalam membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha. Kita berusaha untuk bisa sampai di tanah kelahiran Buddha dan membantu warga setempat.

Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha melihat di luar istana banyak warga yang hidup dalam penderitaan. Siklus lahir, tua, sakit, dan mati telah membangkitkan kebijaksanaan Pangeran Siddhartha. Dengan kebijaksanaan-Nya, Beliau tahu bahwa dunia ini tidak kekal. Setelah Buddha mencapai pencerahan, ajaran kebenaran masih sulit disebarkan di sana karena kendala transportasi zaman itu.

Pertama kali Buddha memutar roda Dharma, Beliau membutuhkan banyak waktu untuk membabarkan satu ajaran serta upaya keras untuk berinteraksi dengan orang-orang hingga mereka berkata, "Oh, saya mengerti." Ini sungguh sulit. Zaman kita terpaut lebih dari 2.500 tahun dari zaman Buddha. Welas asih, kebijaksanaan, dan filosofi Buddha berkembang terus-menerus. Oleh karena itu, inilah saatnya kita untuk meneruskannya.

Meski banyak orang mengatakan bahwa saat ini adalah era kemunduran Dharma, saya mengatakan bahwa setelah siklus berakhir, siklus lain akan dimulai. Sutra Teratai berbicara tentang mewariskan Dharma hingga 50 generasi. Saya berpikir bahwa kita harus memulai kembali siklus 50 generasi ini. Jika satu generasi sama dengan 50 tahun, 50 generasi sama dengan 2.500 tahun. Saat ini telah lewat satu siklus. Kita harus memulai kembali siklus 50 generasi yang baru. Ajaran Buddha telah beradaptasi dengan zaman modern untuk masuk dalam masyarakat.


Dari Malaysia dan Singapura, kalian melakukan perjalanan ke tanah kelahiran Buddha. Dari Nepal, kalian melaporkan kondisi tempat itu, mulai dari kemiskinan, penderitaan, dan pendidikan. Kalian dapat menyampaikan laporan secara langsung tanpa jeda waktu yang berarti. Inilah kemajuan teknologi saat ini.

Teks Sutra yang kita miliki sekarang adalah inti sari dari Dharma. Sejak zaman dahulu, para guru besar dan umat telah mempelajari ajaran Buddha, meneliti, dan menghimpun kebijaksanaan semua orang. Oleh karena itu, hingga saat ini, ajaran Buddha sangat matang. Dapat berada di sana, kalian sungguh dipenuhi berkah. Saya tidak dapat pergi ke sana, tetapi kalian membantu saya untuk tiba di sana. Kalian telah berikrar untuk menjadi kaki dan tangan saya.

Ketika setiap orang menggunakan kedua tangan dan kakinya untuk membangkitkan cinta kasih, akan terhimpun seribu tangan, mata, dan kaki untuk menjangkau orang-orang yang jauh. Dengan keberadaan kalian di sana, satu benih akan menghasilkan benih tak terhingga. Berada di sana, hendaklah kalian membangkitkan energi Bodhisatwa dan menggalang Bodhisatwa. Saya berharap orang-orang di sana dapat menghargai negara mereka sendiri, menghargai kemampuan mereka, dan membangkitkan kebijaksanaan Buddha.

“Kami telah merangkum sebuah kesimpulan yang berfokus pada pendidikan anak-anak. Kami ingin membantu mereka untuk mengubah kondisi kehidupan mereka. Oleh karena itu, kami mulai mendorong pelatihan berbasis keterampilan yang dapat mengubah hidup mereka. Kami juga berharap pengetahuan dasar tentang penyakit dapat diperoleh semua orang. Kami juga bekerja sama dengan biro kesehatan dan klinik kesehatan agar masyarakat dapat memiliki akses pelayanan medis dasar di desa mereka,” kata dr. Chen Ji-min Anggota tim pemerhati Tzu Chi Nepal.

“Kami berharap setelah meringankan penderitaan mereka, kami dapat membagikan ajaran Buddha. Jadi, rencana kami di masa depan ialah terjun ke dalam masyarakat dan mengembangkan komunitas mereka. Saya berharap ini dapat diterapkan dalam komunitas melalui 4 misi dan 8 jejak Dharma Tzu Chi dan menjadi sebuah contoh desa Tzu Chi. Dengan demikian, kita dapat memotivasi desa lainnya,” pungkas dr. Chen Ji-min.


Ketika kita memiliki hati untuk membantu, lakukanlah apa yang dapat kita lakukan. Kita tidak bisa melakukan hal-hal di luar kemampuan kita. Dalam lingkup kemampuan dan kekuatan kita, kita mencari cara untuk membantu mereka membangun sarana. Setelah sarana yang berwujud dibangun, hal-hal tak berwujud seperti nilai dan semangat akan berkembang seiring berkembangnya daerah itu. Oleh karena itu, saat kalian berada di sana, hendaklah menggunakan sumber daya lokal.

Insan Tzu Chi di seluruh dunia akan membantu dengan senang hati. Berada di sana, hendaklah kalian bersungguh hati dan menjaga hati kalian dengan baik. Dengan keteguhan tekad, kalian akan melangkah dengan mantap. Inilah nilai dalam kehidupan kita. Saya yakin bahwa setiap Bodhisatwa memiliki perasaan dan hati yang sama dengan saya.

Berkat adanya kalian, saya bisa memiliki kekuatan. Tanpa adanya kalian, kekhawatiran saya tidak akan ada gunanya. Berkat kalian, kita dapat membantu yang membutuhkan. Jika hanya ada saya, tidak akan ada gunanya. Hendaklah semuanya menyatukan hati.

Terima kasih kepada Bodhisatwa sekalian karena telah membina insan berbakat. Inilah arah kita yang paling penting. Terima kasih. Saya mendoakan kalian semua. 

Tulus membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha  
Menyebarkan Dharma di masyarakat dengan welas asih dan kebijaksanaan
Menggalang Bodhisatwa dari satu sampai tak terhingga
Melangkah maju dengan tekad yang teguh     

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 November 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 21 November 2022
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -