Ceramah Master Cheng Yen: Melangkah Mantap dengan Hati Buddha dan Tekad Guru


“Kehidupan saya berubah karena bertemu Master. Dari Master, saya belajar bagaimana menjadi orang. Dahulu, saya tidak tahu bagaimana menjadi orang yang penuh cinta kasih. Saya selalu berpikir, ‘Saya begitu baik, mengapa mereka seperti itu?’ Setelah bertemu dengan Master, saya paham tentang hukum sebab akibat. Karena itu, seperti yang Master ajarkan, kini saat bertemu jalinan jodoh yang kurang baik, saya selalu bersyukur. Saya bersyukur memiliki kesempatan di kehidupan ini untuk merampungkan tugas yang tidak saya rampungkan di kehidupan lampau. Jadi, saya berusaha untuk merampungkannya,”
kata Pan Liao Ye relawan Tzu Chi.

“Saya berharap di kehidupan berikutnya, saya bisa berada di sisi Master dan menjadi murid Master yang murni. Berhubung telah lanjut usia, kita tidak bisa melakukan terlalu banyak pekerjaan berat. Namun, kita mulai melakukan pelatihan ke dalam. Saya, Kakak Sheng-sheng, dan beberapa relawan lainnya terus mengadakan kegiatan bedah buku. Dalam kegiatan bedah buku, setiap kali mendengar ajaran Master, kita selalu merasa bahwa Master sangat cermat. Master terus mengingatkan dan mengajari kita untuk menjaga pikiran dengan baik dan memperbaiki tabiat buruk,” pungkasnya.

Buddha mengajari kita cara untuk menjalani kehidupan yang ideal. Sebagian orang mungkin merasa tidak puas karena terdapat kekurangan dalam kehidupan mereka. Karena itu, orang-orang berharap dapat memiliki kehidupan yang sempurna. Waktu terus bergulir. Di kehidupan sekarang, berapa banyak hal yang telah kita lakukan dengan memanfaatkan tubuh kita ini?

Kalian yang hadir di sini telah mendedikasikan diri selama 20-an, 30-an, bahkan ada yang 40-an tahun. Jadi, tekad pelatihan kita tidak pernah terputus. Kalian semua memiliki kesatuan hati serta guru dan tekad yang sama, benar tidak? (Benar) Inilah yang disebut nilai kehidupan. Kita telah memilih jalan kehidupan yang benar.

Pada umumnya, saat mengenang masa lalu, orang-orang akan diliputi noda batin yang tidak bisa dilenyapkan sehingga mereka terus membahasnya. Kita juga memiliki masa lalu yang bisa dibagikan. Namun, kenangan masa lalu para insan Tzu Chi merupakan pengalaman yang sangat berharga.

Dahulu, saat masih muda, kita terus menjalankan Tzu Chi. Kini, kita harus mengenang perjalanan kita dahulu dan segera berbagi pengalaman kita dengan para relawan yang lebih muda. Kita harus berbagi bagaimana kita membuka dan membentangkan jalan dahulu hingga kini memiliki jalan Tzu Chi yang begitu lapang.


Saya menjual tahu, taoge, dan produk kacang lainnya di samping pasar. Saya menaruh sebuah celengan bambu di lapak saya. Jika pelanggan berbelanja 52 dolar NT, saya akan menyisihkan dua dolar NT ke dalam celengan dan berkata pada pelanggan, ‘Pahalamu sungguh tak terhingga.’ Saya mendoakan mereka dan mereka dipenuhi sukacita. Jika memiliki uang logam, mereka juga akan berdonasi. Master berkata bahwa dengan donasi kecil, baik satu, dua, maupun tiga dolar NT, semua orang dapat menolong sesama, menciptakan berkah, dan berbuat baik,” kata Li Guo Mei relawan Tzu Chi.

“Pada minggu pertama, pelanggan saya turut berdonasi. Minggu berikutnya, saya kembali mengatakan hal yang sama dan ada yang berkata, "Saya telah berdonasi minggu lalu." Jadi, saya memikirkan satu cara. Saya berdonasi terlebih dahulu dan berkata pada pelanggan saya, "Pahalamu sungguh tak terhingga." Jika merasakan sukacita, mereka juga akan berdonasi. Pada masa pandemi, saya selalu menyosialisasikan vegetarisme kepada pelanggan. Saya juga berbagi tentang manfaat bervegetaris. Salah satunya ialah tidak menjalin jodoh buruk dengan hewan,” pungkasnya.

“Dia terus menabur benih kebajikan dengan berbagi bahwa bervegetaris ialah obat mujarab dan mengajak orang-orang untuk bervegetaris. Para pelanggannya berkata bahwa itu tidak mungkin. Namun, saat kondisi pandemi di Taiwan memburuk pada tahun 2021, para pelanggannya berkata padanya, "Sekarang saya sudah bervegetaris." Jadi, dia terus menabur benih kebajikan. Meski tidak bisa keluar untuk menjalankan Tzu Chi, dia menggunakan metodenya sendiri untuk menabur benih kebajikan di pasar,” kata Cao Hui-que relawan Tzu Chi.

“Master berkata bahwa kita harus berjalan ke luar dan terjun ke tengah masyarakat dengan menjalankan Empat Metode Pendekatan. Saya pun menjalankannya. Saat keluar untuk berolahraga, saya melihat seorang anak muda. Awalnya, kami berjalan menuju arah yang berbeda. Saya lalu berbalik dan berjalan bersamanya. Berhubung dia berjalan sangat cepat, saya pun ikut berjalan sangat cepat sambil berbagi dengannya tentang vegetarisme. Sesungguhnya, saya sudah terengah-engah, tetapi saya tetap terus berjalan dan berbicara. Kemudian, dia berkata, ‘Sekarang saya tidak bekerja dan uang saya terbatas.’ Saya berkata, ‘Seratus dolar NT juga dapat menolong sesama.’ Dia berkata, ‘Seratus dolar NT sudah cukup?’ Setelah itu, dia meminta saya untuk bertemu lagi keesokan harinya dan dia akan mendonasikan 100 dolar NT. Bulan berikutnya, bahkan anaknya pun turut berdonasi,” kata Chen Xue-zi relawan Tzu Chi.

“Kini, bertemu siapa pun, saya akan berbagi tentang Tzu Chi. Master berkata bahwa jika kita tidak memanfaatkan kehidupan kita, kehidupan kita akan berlalu sia-sia. Kini saya telah berusia 70-an tahun. Berapa banyak sisa waktu saya? Beruntung, Master berkata bahwa kita dapat menyimpan 50 tahun di dalam bank usia. Jadi, saya masih muda. Master berkata bahwa jangan menyerah pada usia. Kita masih bisa bersumbangsih. Saya bersyukur saya masih bisa bersumbangsih sekarang. Selama masih sehat, saya harus giat bersumbangsih agar bisa mengikuti langkah Master dengan erat,” lanjutnya.

“Saya harus menjalankan ajaran Master. Jika tidak, saya tidak bisa mengikuti langkah Master. Jadi, saya bersyukur kepada Master yang memberi saya jalan dan kesempatan ini. Sesungguhnya, saya tidaklah hebat. Berkat keluhuran Master, barulah ucapan saya bisa diterima oleh orang lain dan saya memiliki kesempatan untuk menjalin jodoh baik dengan tetangga saya,” pungkasnya.


Saya selalu berkata bahwa kita harus menggalang Bodhisatwa dunia. Buddha mengajarkan ajaran Mahayana. Kita harus membuka hati kita dan menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Hati kita bagaikan alam semesta. Saat kita menyerap seluruh kebenaran alam semesta ke dalam hati kita, kita bisa berbagi Dharma yang tidak ada habisnya dengan orang-orang. Inilah yang disebut kebijaksanaan.

Makhluk awam sering kali hanya menggunakan pengetahuan. Orang-orang sering berkata bahwa mereka telah tahu dan paham. Saya masih ingat dahulu, jika kalian menjawab, "paham, paham," saya akan berkata, "Cukup jawab sekali saja." Jika menjawab dua kali, berarti kita bukan benar-benar paham. Lebih baik kita menjawab sekali saja dan meneguhkan tekad kita. Kita mempraktikkan Dharma dengan sepenuh hati dan tekad. Kita memahami bahwa kehidupan tidaklah kekal.

Kita hendaknya menerima ajaran Buddha. Buddha mengajari kita untuk membangkitkan kebajikan dan membangun ikrar bajik. Untuk apa kebajikan dan ikrar bajik ini? Untuk menolong semua makhluk. Untuk menolong semua makhluk, kita membutuhkan jalinan jodoh dengan mereka. Tanpa jalinan jodoh, kita tidak bisa menolong mereka. Tanpa kekuatan Bodhisatwa, tiada seorang pun yang dapat menolong semua makhluk di dunia ini.

Dahulu, saat saya membabarkan Sutra Ksitigarbha, semua orang yang mendengarkannya dipenuhi sukacita. Usai membabarkan Sutra Ksitigarbha, saya berkata bahwa kita harus meneladan Bodhisatwa Ksitigarbha yang berjaga di gerbang neraka agar orang-orang tidak jatuh ke neraka. Kita harus membimbing orang-orang di gerbang neraka.


Bodhisatwa Avalokitesvara bermanifestasi dalam berbagai wujud dan muncul di mana pun dibutuhkan. Pikirkanlah, sudahkah kalian bersumbangsih seperti Bodhisatwa Avalokitesvara? (Sudah) Kalian semua bersumbangsih seperti Bodhisatwa Avalokitesvara.

Kita mendengarkan suara penderitaan di dunia dan pergi ke mana pun kita dibutuhkan. Saat terjun ke tengah masyarakat, kita harus bisa menjaga keharmonisan. Saat berinteraksi dengan orang banyak, perselisihan sulit dihindari. Kita harus berkata pada diri sendiri untuk tetap tenang. Jadi, kita harus tetap tenang dan muncul di mana pun kita dibutuhkan. Dalam meneladan Buddha, ini sangatlah penting.

Bodhisatwa sekalian, menurut saya, kalian semua telah melakukannya. Namun, ini bukan berarti kalian telah melakukannya dengan sempurna. "Telah melakukannya" di sini berarti kalian telah melakukan hal yang benar. Kalian telah membina berkah dan kebijaksanaan. Namun, ini hanyalah permulaan.   

Meneruskan kebajikan dengan hati Buddha dan tekad Guru
Mewariskan silsilah Dharma dan mengikuti langkah Master dengan erat
Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan untuk bersumbangsih dengan berbagai metode
Membina berkah dan kebijaksanaan dengan langkah yang mantap       
                   
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 17 April 2022
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -