Ceramah Master Cheng Yen: Melanjutkan Jalinan Jodoh di Jalan Bodhi
“Saya melihat sebuah foto. Di sana saya baru berusia sekitar 50 tahun. Kini saya sudah hampir 80 tahun. Saat itu, saya berpegang pada prinsip menggenggam waktu yang ada dan mempertahankan tekad yang muncul. Dengan demikian, saya bisa membawa banyak relawan datang ke Hualien untuk melihat proyek-proyek Tzu Chi. Saya juga memberi tahu para donatur bahwa setiap dana yang masuk digunakan di tempat yang tepat. Dalam perjalanan pulang, saya juga bernyanyi dan menggalang dana. Saya ingat saat itu kira-kira ada 12 gerbong kereta. Saya bernyanyi dari gerbong pertama, masing-masing tiga lagu di setiap gerbong. Seluruhnya, saya menyanyikan 50-an lagu dan menggalang dana 147.000 dolar lebih,” kata Wu Long-sheng, relawan Tzu Chi berusia 76 tahun.
Long-sheng melanjutkan, “Saya bersyukur Master memberi kesempatan bagi kami untuk mengembangkan diri. Setelah mengenal dan memahami Tzu Chi serta berjalan di jalan Tzu Chi, hati kami lebih terbuka dan lapang. Kami juga ingin bertobat kepada Master karena kami tidak menjaga kesehatan dengan baik. Hingga kini kami harus menggunakan tongkat. Ini tentu membawa ketidaknyamanan. Namun, bagaimanapun, hati kami selamanya ada di Tzu Chi. Tzu Chi selamanya menjadi prioritas kami. Di sini, saya ingin berterima kasih kepada semua orang. Kita sungguh-sungguh memantapkan hati kita untuk menjalankan Tzu Chi. Kita pasti tidak menyesal.”
Tadi kita melihat Relawan Wu berbagi. Dahulu, beliau harus memasuki setiap gerbong dan bernyanyi sebanyak 50-an lagu dari gerbong pertama hingga terakhir. Dia berjalan dari gerbong pertama hingga terakhir. Kesadaran pikirannya saat ini dapat mengingat kisah 30-an tahun yang lalu, saat para relawan mengajak para donatur untuk datang ke Hualien dengan kereta. Ini adalah kekuatan batin. Dia dapat mengingat masa lalu. Matanya melihat dirinya di dalam foto. Ini membutuhkan ketajaman indra mata. Ingatannya membawanya kepada kenangan-kenangan yang indah, yaitu mendukung Tzu Chi untuk membangun rumah sakit demi menyelamatkan dan melindungi kehidupan.
Lihatlah, saat itu dia harus bernyanyi dari gerbong pertama hingga ke gerbong terakhir. Semua dia lakukan demi menggalang dana. Dia mengajak banyak orang datang ke Hualien. Begitulah fungsi enam indra. Mata kita dapat melihat, telinga mendengar, pikiran kita tersentuh.
Orang-orang diajak untuk datang ke Hualien sehingga mereka tergugah, terutama setelah mendengar para relawan senior berbagi di kereta. Ini berarti para relawan telah mengembangkan kemampuan dan pahala dari indra lidah.
Enam indra bisa digunakan untuk hal positif. Semua orang bisa menjadi Bodhisatwa. Bodhisatwa melihat hal baik, mendengar hal baik, mengatakan hal baik. Indra pikiran dapat menciptakan 1.200 pahala. Mata dapat menciptakan 800 pahala. Jadi, jika digabungkan, berapa banyak pahala yang dapat diciptakan enam indra? (Enam ribu) Kita harus menggunakan indra kita dengan baik.
“Kehidupan manusia sangat tidak kekal. Saya ingin mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan. Jika sewaktu-waktu ajal saya tiba, entah apa saya masih bisa mengikuti Master. Saya sangat memikirkan hal ini,” ucap Chen Xue-zi, relawan Tzu Chi berusia 74 tahun.
“A-xue sangat rajin dan penuh semangat. Dia bisa mengikuti ceramah pagi setiap hari, lalu membantu di Asosiasi Guru Tzu Chi, menjadi Da Ai Mama dan bercerita di sekolah, lalu menghadiri rapat. Dia sangat rajin,” kata Jian Wen-ji, suami Chen Xue-zi yang kini berusia 77 tahun.
“Pan Liao-ye selalu bilang saya sangat berani untuk menerima tugas; sebentar acara kamp, sebentar acara lain, lalu acara besar. Dia bilang di belakang saya ada sandaran. Jika tidak, saya tidak mungkin sanggup. Sungguh, di belakang saya ada sandaran. Dahulu saya suka pergi ke berbagai wihara. Saat baru bergabung dengan Tzu Chi, kebetulan saya baru menerima sila Bodhisatwa. Saat berkunjung ke Griya Jing Si, saya pamer kepada Master, “Master, lihat saya. Biar saya beri tahu, saya baru menerima sila Bodhisatwa.” Master berkata, “Bagus, kamu harus ingat, jika tidak benar-benar menjadi Bodhisatwa, berarti kamu melanggar sila.” Jadi, kini, jika dimintai bantuan, saya tidak berani menolak,” kata Chen Xue-zi.
Daripada mengunjungi banyak wihara, saya mengajak kalian untuk memasuki Sutra Bunga Teratai. Kita memasuki Sutra Bunga Teratai, bukan sekadar memasuki berbagai wihara. Saya membentangkan Sutra Bunga Teratai dan kalian sudah menapakinya hingga kini.
“Kita harus menghargai jalinan jodoh. Tanpa Master, saya tidak akan hidup sampai sekarang. Saya dan Ibu Ji bertugas membeli tiket kereta. Satu orang hanya bisa membeli empat lembar. Kami harus meminta bantuan orang lain. Tidak mudah untuk mendapat selembar tiket. Kami harus mengantre dari pukul 3 atau 4 pagi. Saya merasa beruntung bisa bertemu Master. Sungguh disayangkan jika kita tidak dapat terus mengikuti Master. Saya bersyukur setiap hari. Saya selalu berusaha mengikuti ajaran Master. Saya tidak pernah melupakan setiap donatur,” cerita Huang Li Zhuo-zhi, relawan Tzu Chi berusia 84 tahun.
“Usia saya 84 tahun. Terima kasih, Master. Master membimbing saya dari tidak bisa apa-apa sampai bisa. Saat makan, duduk, berdiri, semua sel tubuh saya mengikuti bimbingan Master,” lanjut Huang Li Zhuo-zhi.
Membeli tiket kereta memang sulit, tetapi sangat manis saat dikenang kembali.
“Jika dipikir-pikir, dahulu rasanya memang sulit, tetapi saat diingat kembali sekarang, segala perjalanan di Tzu Chi terasa manis. Jika saya diberi kesempatan untuk kembali menjalankan yang dahulu dijalankan, saya pasti menjalankannya dengan gembira. Membeli tiket, saya juga gembira,” kata Li Jia-hua, relawan Tzu Chi berusia 77 tahun
Li Jia-hua melanjutkan, “Saat baksos kesehatan, saya pernah mengajak paling banyak 108 relawan. Saat itu, Master kekurangan dana. Lima belas hari sekali, kita harus membayar pekerja proyek RS. Master berbicara sambil menahan air mata. Saat itu saya tidak berani berkata langsung. Dalam hati saya berkata kepada Master, “Master tidak perlu khawatir. Selama saya, Li jia-hua, masih hidup, saya akan giat menggalang dana.” Saya benar-benar melakukannya. Master, saya tidak bohong, saya melakukannya. Sampai sekarang saya masih melakukannya. Sehari saja tidak menjalankan Tzu Chi, saya merasa telah menyia-nyiakan waktu. Saat pulang ke rumah setiap harinya, saya selalu memeriksa barang apa yang bisa digunakan untuk menggalang dana. Saya segera membawanya kepada Master. Saya segera membawanya kepada Master. Sampai sekarang pun demikian. Sehari saja tidak menjalankan Tzu Chi, saya merasa telah menyia-nyiakan waktu.”
Meski Jia-hua hidup sulit di masa muda, tetapi uang yang dia kumpulkan sedikit demi sedikit selalu dia donasikan kepada Tzu Chi. Saya malah berkata kepadanya, “Sisakan untuk keperluanmu sendiri.” Suaminya sangat mendukungnya. Apa pun yang dia lakukan, suaminya selalu mendukungnya. Mereka sama-sama menjadi Bodhisatwa. Ini sungguh luar biasa. Singkat kata, kondisi setiap orang berbeda. Namun, semua berusaha untuk bersumbangsih. Terima kasih atas sumbangsih kalian sejak awal.
Mangkuk memiliki fungsi sendiri, sumpit pun demikian. Jika dipadukan, tentu sangat bermanfaat. Nutrisi bagi batin kita ialah Dharma yang menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Setiap orang memiliki keunggulan masing-masing. Terima kasih.
Meski Jing Yuan tidak suka berbicara, tetapi saat masih muda, dia selalu menyopir untuk saya. Entah sudah berapa ribu kilometer. Entah sudah berapa ribu kilometer. Dia juga memiliki pahala. Dia juga selalu mengingat saya. Saat itu donaturnya juga sangat banyak. Dia hanya jarang berbicara di depan saya. Kepada donatur, dia sangat pandai berbagi. Jadi, dia dan dua orang relawan senior lainnya, masing-masing memiliki kelebihan dan mengukir keteladanan yang besar.
Bodhisatwa sekalian, kalian semua pernah berjuang bersama-sama dengan saya. Tanpa kalian, dunia Tzu Chi tidak akan sepert saat ini. Terima kasih. Sungguh penuh kehangatan.
Kita harus memanfaatkan kesempatan untuk sering bertemu. Bertemu sekali, berarti untung sekali. Ini berarti kita menjalin jodoh lebih banyak agar bisa saling mengenal di kehidupan mendatang dan mengingat jalinan jodoh masa lalu ini. Tak peduli berapa kali kita bisa bertemu kelak, kita harus menggenggam setiap kesempatan. Mengerti? (Mengerti) Baik.
Dharma harus didengar dan diserap. Jika tak bisa keluar pagi-pagi sekali, kalian bisa mendengar ceramah saya lewat Da Ai TV. Saya tetap akan "datang" ke rumah kalian, mendoakan kalian, dan membabarkan Dharma. Semua kita semua dapat bersama-sama tekun dan bersemangat.
Mempertahankan tekad dan menjaga enam indra
Mengikuti Master memasuki Sutra Bunga Teratai
Menyerap Dharma ke dalam hati dan bersama-sama melatih diri
Selama-lamanya menjalin jodoh dalam Jalan Bodhi
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Februari 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 Februari 2019
Editor: Metta wulandari