Ceramah Master Cheng Yen: Melanjutkan Jiwa Kebijaksanaan
Saya sangat bersyukur. Budaya humanis bagaikan mata air jernih dan embun yang dapat membasahi bumi serta menyokong kehidupan. Yang terpenting adalah jiwa kebijaksanaan. Para staf senior kita amat berdedikasi dan penuh kesungguhan hati. Semuanya membuat saya tersentuh. Kita juga mendengar para staf yang turut menjadi relawan.
Bukan hanya bekerja di badan misi, mereka juga menggalang hati dan dana. Mereka bisa bekerja di badan misi Tzu Chi, saya sudah berterima kasih. Mereka tidak perhitungan dalam hal waktu dan tidak gentar akan kesulitan. Hampir 365 hari setahun, mereka harus berlomba dengan waktu. Saya sudah sangat berterima kasih atas tekad dan kesatuan hati mereka yang tidak menyia-nyiakan waktu. Ini sudah sangat luar biasa.
Mereka mendedikasikan diri sepenuh hati dan segenap jiwa raga. Rasa terima kasih ini tak bisa saya ungkapkan satu per satu. Saya sangat berterima kasih. Sesungguhnya, setiap hari merupakan sejarah. Setiap hari mengandung sejarah. Di dunia yang luas dengan banyaknya manusia, ada orang yang menciptakan berkah dan membuat kita sangat terharu. Setiap hari kita dapat mendengar kisah-kisah yang mengharukan dengan kondisi yang berbeda-beda.
Selain itu, setiap hari, di dunia ini juga terjadi banyak bencana. Insan Tzu Chi di seluruh dunia setiap hari terus bergerak. Banyak sumbangsih insan Tzu Chi yang telah kalian rekam dan kumpulkan. Semuanya merupakan sejarah. Empat Misi Tzu Chi bergantung pada budaya humanis. Misi budaya humanis menjadi saksi bagi zaman ini dan menulis sejarah bagi umat manusia.
Dua puluh tahun lalu, kita memulai misi budaya humanis. Saat itu saya mengatakan bahwa dari setiap hal yang terjadi setiap hari dan setiap saat di dunia ini, pada zaman ini, terutama terhadap kondisi kehidupan pada satu abad terakhir ini, kita harus membuat catatan dan kajian.
Terima
kasih kepada Bapak Wang, pemimpin redaksi Rhythms Monthly. Majalah ini mengkaji
berbagai budaya yang ada pada satu abad terakhir. Mereka menyajikan berbagai
kajian dan hubungannya dengan manusia masa kini. Inilah budaya humanis. Ia
sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia.
Dari Empat Misi Tzu Chi, misalnya misi amal di seluruh dunia, tentu banyak kisah yang tak habis ditulis. Selain berita, masih banyak kisah-kisah kehidupan yang sangat menarik. Waktu adalah uang, sangat berharga.
Singkat kata, saat dibutuhkan, kita harus segera bergerak. Contohnya, pada gempa 21 September 1999 silam. Kita melihat rumah-rumah warga yang roboh. Begitu juga dengan sekolah-sekolah. Saya lalu berkata, "Bagaimanapun, usia sekolah anak-anak sangat terbatas. Jenjang sekolah dasar hanya enam tahun. Jika pembangunan sekolah ditunda, anak-anak akan tertinggal hanya karena sekolah-sekolah rusak."
Sebagian dari mereka ada yang belajar di tenda. Saat saya berkunjung ke daerah bencana, kebetulan angin musim gugur mulai bertiup. Berhubung banyak bangunan yang roboh, maka begitu angin bertiup, debu pun beterbangan. Di tengah kondisi seperti ini, anak-anak tak dapat dibiarkan belajar di bawah tenda.
Jadi, saya berkata, "Usia belajar anak-anak sangat terbatas.Jika pendidikan dasar tertunda, pendidikan menengah juga tertunda. Sekolah menengah perlu waktu 3 tahun. Jika tertunda, waktu mereka akan terbuang." Jadi, tak peduli ada dana atau tidak, kita memutuskan untuk segera membangun kembali sekolah-sekolah. Inilah yang kita lakukan saat itu.
Dari daftar nama sekolah yang dikirimkan oleh Kementerian Pendidikan saat itu, kita menyeleksinya saat itu juga. Terpilihlah lebih dari 30 gedung sekolah. Sebagian dari yang kita pilih adalah sekolah-sekolah besar. Jika bukan kita yang membantu sekolah besar, lalu siapa lagi?
Pada akhirnya, tak sampai dua tahun, kita telah membangun 50 gedung sekolah. Kini, jika kita kenang kembali, sekolah-sekolah ini tidak sembarang dibangun. Semuanya mengandung budaya setempat dan penuh nilai budaya humanis. Semuanya merupakan bangunan yang penuh nilai budaya humanis bagi misi pendidikan.
Kita membangun setiap sekolah berdasarkan nilai budaya setempat dan budaya humanis. Perancangan tiap sekolah melibatkan banyak arsitek. Saya tak bisa membaca gambar rancangan, tetapi saya memiliki banyak permintaan. Jadi, para arsitek harus terus mengubah rancangan itu hingga sangat memuaskan. Namun, dalam waktu kurang dari 3 tahun, pembangunan 50 sekolah dapat dirampungkan.
Pada
saat itu, kita juga tidak memiliki budget. Saya hanya berpikir untuk melakukan yang
seharusnya dilakukan. Saya hanya memiliki satu keyakinan, yaitu yakin diri
sendiri tanpa pamrih dan yakin setiap orang memiliki cinta kasih. Dengan keyakinan
ini, saya membangun tekad dan menjalankannya.
Setelah berlomba dengan waktu dan menghimpun kekuatan banyak orang, kita mengubah sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin. Kita juga mengembangkan Empat Misi Tzu Chi terus-menerus. Semua orang memiliki semangat misi. Misi amal harus dibarengi misi kesehatan, juga misi pendidikan. Inilah harapan semua insan Tzu Chi.
Kita juga melihat para relawan daur ulang. Tayangan mengenai relawan daur ulang adalah program favorit saya di Da Ai TV. Saya selalu menyaksikannya setiap hari. Sebagian besar dari mereka adalah lansia. Saya sendiri juga merupakan lansia. Setiap orang dari mereka bagaikan cermin bagi diri saya. Saya juga semakin menua dan fungsi tubuh saya juga semakin menurun. Jadi, saya harus terus memanfaatkan waktu dan kehidupan saya ini.
Saya berharap jiwa kebijaksanaan semua murid saya bertumbuh. Jangan sampai jalinan jodoh ini terputus. Kita harus terus melanjutkan jalinan jodoh ini agar jalinan jodoh ini tidak hanya bertahan hingga hari ini atau hari esok, melainkan hingga kehidupan-kehidupan mendatang.
Empat Misi Tzu Chi mengukir sejarah
Majalah Rhythms Monthly membuat kajian berbudaya humanis
Melindungi kehidupan lewat misi amal
Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dengan keyakinan, tekad, dan praktik
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 September 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 September 2018
Editor: Khusnul Kotimah