Ceramah Master Cheng Yen: Melapangkan Hati dan Menyatukan Tekad

Pada masa seperti ini, dengan perubahan iklim yang ekstrem dan penyebaran wabah penyakit yang serius, saya sering berkata kepada para relawan muda bahwa mereka adalah yang paling dipenuhi berkah. Di lingkungan Tzu Chi, kita dapat mendengar ajaran Buddha dan menerapkannya dalam keseharian.

Kita menggunakan tetes-tetes kehidupan kita untuk membasahi ladang batin kita yang gersang. Ladang batin kita sangat gersang

karena kekurangan air. Karena itu, kita membasahinya dengan air Dharma. Setelah ladang batin yang gersang dibasahi dengan air Dharma, tidak akan ada debu yang beterbangan.

“Pada tahun 2004, saya memulai kegiatan bedah buku pertama. Kegiatan bedah buku Tzu Chi adalah wadah untuk bertukar pikiran.

Saat kita merasa pusing, kita dapat mengikuti kegiatan bedah buku untuk mendengar Dharma. Sembilan tahun lalu, istri saya sakit tanpa diketahui penyebabnya. Dia sakit parah hingga tidak mengenali keluarga, bahkan terkadang kabur dari rumah dan tidak tahu jalan pulang,” tutur Chen Cong-min, relawan Tzu Chi.

“Kondisi paling buruknya berlangsung 9 bulan. Saat itu, kedua anak kami masih kecil. Saya sungguh tidak tahu bagaimana saya melewati masa-masa itu sendirian. Sehari terasa bagai setahun. Beberapa kerabat menyarankan saya untuk berhenti dari kegiatan Tzu Chi, tetapi saya tidak mendengarkan saran mereka. Saya tetap pergi untuk menyapu lantai dan melakukan daur ulang. Terlebih, saat mengikuti kegiatan bedah buku, saya mengobrol dengan ceria dengan orang-orang, bahkan berbagi Dharma dengan mereka. Kegiatan bedah buku adalah wadah terbaik bagi saya untuk melepaskan beban pikiran. Jadi, karena tidak berhenti dari kegiatan Tzu Chi, saya dapat melewati masa sulit dengan lancar,” sambungnya.


Hati kita harus tenang. Jika sebuah danau dalam, airnya akan tenang. Jika sebuah danau atau kolam dangkal, begitu angin bertiup, airnya akan beriak. Di Tzu Chi, ladang pelatihan Bodhisatwa ini, kita harus membina hati yang dalam dan tenang.

Danau yang dalam akan tenang airnya. Tiupan angin semilir tidak akan menimbulkan riak di danau yang dalam. Demikianlah hendaknya kita melatih pengendalian diri kita. Inilah yang kita lakukan di dalam hati kita.

Kita bisa melihat pesan yang disampaikan dari zaman Buddha, yakni semua makhluk adalah setara. Bagaimana kita melindungi semua makhluk? Ini adalah hal yang mungkin dan pasti bisa kita lakukan dengan mempraktikkan cinta kasih menyeluruh.

Ketulusan dapat menyentuh alam semesta. Kita hendaknya membimbing orang-orang untuk melenyapkan ketamakan, kebencian, kebodohan, dan nafsu keinginan sambil menginspirasi cinta kasih mereka. Jika orang-orang dapat menekan nafsu keinginan dan mengembangkan cinta kasih untuk mengasihi diri sendiri dan orang lain, maka secara alami, mereka akan melindungi semua sumber daya alam agar bertahan lebih lama dan lebih berlimpah untuk generasi mendatang.

Alam dapat terus memperbarui sumber daya alam yang berlimpah asalkan manusia menjaga kelestarian alam. Bumi dapat menopang kehidupan semua makhluk asalkan kita memberinya nutrisi yang baik, yaitu cinta kasih. Saat manusia mengasihi bumi dan bumi menopang kehidupan semua makhluk, secara alami, keduanya akan saling bersyukur.


Jika manusia tidak tersadarkan, ketenteraman dunia sulit terwujud. Jadi, misi kita saat ini ialah menegakkan dan menyebarluaskan mazhab Tzu Chi. Kita harus menggalang Bodhisatwa dunia untuk menapaki jalan yang sama dengan kesatuan tekad.

Kita semua memiliki Dharma yang sama dan merupakan satu keluarga. Jika semua orang memiliki Dharma yang sama dan hati kita saling bertautan, bukankah kita dapat melapangkan hati hingga seluas alam semesta? Sesungguhnya, dalam hal terkecil pun terkandung Dharma yang mengubah kehidupan dan dalam sebutir beras terhimpun cinta kasih sepanjang masa.

Dahulu, saya sering berkata bahwa di dalam sebutir beras terkandung matahari dan bulan; di dalam panci memasak gunung dan sungai. Semua ini sudah pernah saya katakan dahulu. Jika kembali menonton ceramah saya dahulu, kalian akan menyadari bahwa setiap kalimat yang saya ucapkan adalah Dharma yang nyata. Saya bukan mengambilnya dari sumber lain, melainkan mengucapkannya dari lubuk hati saya.

Yang saya sampaikan selama 50 tahun lebih ini adalah isi hati saya. Dengan membagikan isi hati saya pada kalian, saya berharap kita dapat memasuki pintu yang sama, menuju arah yang sama, dan bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang terus saya lakukan selama ini.

Mengapa saya dapat mengetahui segalanya dengan jelas? Karena hati saya bagaikan air danau yang tidak pernah beriak. Air danau ini selalu bersih dan jernih. Saya tidak bertikai dengan orang, hal, dan dunia ini sehingga di kehidupan sekarang, saya dapat menjaga ketenangan hati hingga kini.

 

Belakangan ini, saya terus berkata pada diri sendiri, "Sudah cukup, hampir cukup." Saya berharap kalian dapat menyempurnakannya dengan meneruskan kebijaksanaan. Jangan berhenti di sini. Jangan biarkan Dharma terputus di sini. Kita harus menyebarluaskan Dharma.

Saya bertekad dan berikrar untuk menyebarkan semangat Buddha Sakyamuni di dunia ini. Hanya dengan kata-kata tidaklah cukup, saya juga melakukan tindakan nyata dan membimbing orang-orang ke jalan ini. Meski semula hanyalah jalan kecil, saya berharap kita dapat membentangkannya menjadi Jalan Bodhisatwa yang lapang.

Kelak, kita harus terus berusaha. Dengan kekuatan banyak orang, kita dapat melapangkan jalan ini. Untuk itu, dibutuhkan kesatuan tekad semua orang. Dengan mewariskan sumsum Dharma, jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Begitu pula dengan rasa syukur kita.

Sungguh, saya berharap bukan hanya saya yang bersyukur kepada kalian semua. Kalian juga hendaknya bersyukur satu sama lain karena kita sama-sama berada di ladang pelatihan ini.

Membina hati yang dalam dan tenang dengan basuhan air Dharma
Bersungguh-sungguh melatih diri dengan melenyapkan nafsu keinginan
Mengasihi diri sendiri dan orang lain serta melindungi bumi
Meneruskan kebijaksanaan dengan kesatuan tekad

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Januari 2021   
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 Januari 2021
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -