Ceramah Master Cheng Yen: Melapangkan Hati untuk Membimbing Semua Makhluk

Di negara yang berbeda, terjadi bencana yang berbeda pula. Bencana-bencana itu terjadi akibat ketidakselarasan empat unsur alam yang dipicu oleh pencemaran. Pencemaran mengakibatkan empat unsur alam semakin tidak selaras. Ketidakselarasan unsur tanah terjadi karena Bumi telah terserang demam. Akibat pemanasan global, terjadi banyak bencana di seluruh dunia. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Bumi yang merupakan penopang kehidupan kita telah jatuh sakit. Bisakah kita berpangku tangan?

Kita bisa melihat insan Tzu Chi terus menyosialisasikan pelestarian lingkungan. Kita bukan hanya melakukan sosialisasi, tetapi juga mempraktikkannya secara nyata agar semua orang dapat sepaham, sepakat, dan bertindak bersama. Dengan melakukan pelestarian lingkungan secara nyata, kita telah melakukan hal yang bermakna bagi dunia ini.

Apakah semua relawan daur ulang berada dalam kondisi sehat? Belum tentu. Kita bisa melihat Relawan De-lin. Dia adalah seorang anak yang berbakti. Dia selalu merawat ayahnya dan tak pernah meninggalkannya. Dia merupakan anak yang patuh. Dia sangat perhatian dan berbakti kepada orang tuanya. Setelah orang tuanya tutup usia, suatu hari, dia terjatuh sehingga mengalami cedera tulang belakang.

Sejak saat itu, dia enggan bersosialisasi dengan masyarakat dan enggan memeriksakan diri ke dokter. Dia hanya meminum obat yang dipromosikan di siaran radio. Beberapa tahun berlalu, kondisinya tak kunjung membaik. Beruntung, ada tetangganya yang memperhatikannya dan menasihatinya untuk menjalani operasi. Dia pernah menjalani dua kali operasi, tetapi tidak membawa pengaruh besar bagi kondisi batin dan fisiknya. Karena itu, dia tetap menutup diri dan enggan bersosialisasi dengan masyarakat. Lalu, tetangganya yang baik hati melaporkan kondisinya kepada Tzu Chi. Insan Tzu Chi pun mulai memperhatikannya. Suatu kali, dia menelepon seorang relawan kita dan mencurahkan kepedihannya.

“Saya merasa kondisi saya cukup baik. Mengapa saya membutuhkan bantuan orang lain? Saya merasa sangat sedih. Tadinya, saya berniat minum pestisida. Saya lalu menelepon relawan Tzu Chi dan berkata padanya saya ingin minum pestisida. Dia berkata pada saya, “Dulu kamu bisa merawat ayahmu seperti itu. Mengapa sekarang kamu punya niat seperti ini? Seekor semut saja ingin hidup, apalagi manusia? Kamu harus bangkit kembali. Jangan semakin terpuruk,” kata Lin De-lin, relawan daur ulang.

Insan Tzu Chi terus mencari cara untuk membimbingnya. Relawan kita juga mengajaknya ke posko daur ulang. Melihat relawan berusia 70-an dan 80-an tahun yang kondisi kesehatannya tidak begitu baik bisa bersumbangsih dengan gembira, dia merasa bahwa penderitaannya bukan apa-apa. Karena itu, dia pun turut melakukan daur ulang.

“Terima kasih, para relawan Tzu Chi yang menyemangati saya. Saya akan bersungguh-sungguh menggarap ladang berkah ini. Dengan menggarap ladang berkah, batin saya akan lebih kaya dari orang kaya. Saya berikrar kepada Master untuk bervegetaris. Saya akan bersungguh hati menggarap ladang berkah di posko daur ulang,” kata Lin De-lin.

Setelah melakukan daur ulang, kesehatan batinnya pun pulih sehingga dia bisa menghadapi penyakitnya. Jadi, kondisi batin memengaruhi kondisi fisik. Dengan turut bersumbangsih untuk menjaga kelestarian lingkungan, dia telah menyembuhkan batin diri sendiri. Dia telah berpikiran terbuka dan memahami makna kehidupan. Sekarang, dia tetap berjalan dengan tubuh yang bungkuk, tetapi di dalam hatinya telah terbentang Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus. Dia bisa bersumbangsih seperti ini sungguh tidak mudah.

Kita juga melihat seorang penerima bantuan lain yang menutup diri karena menderita gangguan mental. Tempat tinggalnya penuh sampah dan dia hanya mengonsumsi beras mentah yang direndam dengan air. Seperti inilah kehidupannya. Insan Tzu Chi juga menerima kasus ini. Dengan penuh kesabaran dan cinta kasih, insan Tzu Chi terus berusaha mendekatinya. Relawan kita bersusah payah mendekatinya selangkah demi selangkah. Akhirnya, kita bisa menjangkau dan membimbingnya.

Sebelumnya, dia enggan membukakan pintu untuk relawan kita dan menolak bantuan dari kita. Relawan kita menggunakan kesungguhan hati dan kesabaran. Saat dia memarahi kita dan bermuka masam, kita harus ingat bahwa dia menderita gangguan mental. Dengan mendekatinya selangkah demi selangkah dan membuka pintu hatinya, sesungguhnya kita sedang melatih diri untuk berlapang hati dan berpengertian.

Relawan kita tahu bahwa kasus seperti ini  dapat melatih kesabaran mereka. Relawan kita perlahan-lahan membimbingnya keluar. Relawan kita mengajaknya ke posko daur ulang untuk melakukan daur ulang bersama. Akhirnya, dia berhasil kita bimbing. Saya sangat bersyukur dan tersentuh melihat insan Tzu Chi bisa membimbing orang lain dengan kesungguhan hati.

Awalnya, dia mengonsumsi beras mentah yang direndam air. Lalu, kita mengantarkan nasi Jing Si yang bisa dikonsumsi setelah diseduh dengan air. Kita membantunya selangkah demi selangkah. Saat dia bersedia menerima bantuan kita, kita sangat bersyukur. Relawan kita bersumbangsih tanpa pamrih dan memiliki hati penuh rasa syukur. Relawan kita membimbingnya dengan cinta kasih yang tulus.

“Dia membimbing saya keluar dari rumah dan meninggalkan kehidupan yang tidak seperti manusia pada umumnya. Setelah pergi ke pusat rehabilitasi, kehidupan saya menjadi lebih teratur,” kata Liao Penerima bantuan Tzu Chi.

Insan Tzu Chi membimbingnya selangkah demi selangkah. Melihat kondisinya perlahan-lahan membaik, relawan kita juga membawanya pergi berobat. Kita berharap dengan demikian, penyakit mentalnya bisa sepenuhnya sembuh. Kita juga memberinya buku karena dia sangat suka membaca.

“Setelah membaca, dia akan berbagi dengan saya. Saya juga berbagi dengannya bahwa kini empat musim tidak bersahabat karena pemanasan global dan kita harus mengurangi emisi karbon. Dia berkata bahwa dia sudah tahu. Karena itu, saya mengajaknya untuk melakukan daur ulang,” kata Lin Hui-min Relawan Tzu Chi. “Saya belajar memilah barang daur ulang agar pikiran saya semakin jernih dan mengenal lebih banyak barang,” kata Liao.

Setelah memahami konsep daur ulang, dia pun turut melakukan daur ulang. Lihatlah, saat emosinya meluap, relawan kita harus menghadapinya dengan penuh kesabaran dan cinta kasih. Singkat kata, kekuatan cinta kasih adalah pelajaran yang harus kita dalami di Jalan Bodhisatwa. Untuk mengembangkan kekuatan cinta kasih di Jalan Bodhisatwa, kita harus bersumbangsih dengan sepenuh hati. Inilah Bodhisatwa dunia  yang membimbing semua makhluk. Saya sungguh sangat bersyukur. Asalkan memiliki niat, tidak ada hal yang tidak bisa dicapai dengan kekuatan cinta kasih.

Sulit untuk menyelaraskan kondisi iklim yang tidak bersahabat
Menyosialisasikan konsep pelestarian lingkungan dan mempraktikkannya secara nyata
Menciptakan kedamaian dan kebahagiaan bagi semua makhluk

Melapangkan hati untuk membimbing semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Desember 2016

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -