Ceramah Master Cheng Yen: Melapangkan Hati untuk Menaklukkan Gunung Sumeru


Dharma dibabarkan oleh Buddha lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Dalam sebersit pikiran, Buddha menyadari bahwa kehidupan tidaklah kekal. Beliau menguraikan prinsip kebenaran bahwa baik benda materi, pikiran, maupun jasmani, semuanya mengalami empat fase perubahan.

Manusia hidup di dunia harus memahami bahwa kehidupan tidaklah kekal. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergantung pada materi. Lihatlah, saat saya duduk di sini, ada sebuah mikrofon di depan saya yang berfungsi mengeraskan volume suara saya. Pembuatan mikrofon ini juga membutuhkan jalinan jodoh yang besar. Sumber daya alam dibutuhkan untuk membuat mikrofon luar biasa ini supaya kita bisa menyebarkan perkataan saya.

Semua manusia pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan yang tidak dapat dibentuk dari sumber daya material karena hakikat ini tidak dapat dilihat dan disentuh. Saya sendiri pun tidak dapat meraba di mana hakikat kebuddhaan saya tersimpan. Hakikat kebuddhaan tidak dapat ditemukan dalam benda-benda materi. Namun, Buddha mengajarkan kepada kita untuk selalu melihat keajaiban di dunia.

Keajaiban muncul dalam kehidupan sehari-hari. Kalian memanggil saya sebagai guru dan saya juga menyebut diri saya demikian. Kalian menganggap saya sebagai guru di dalam hati kalian, tetapi ini hanyalah sebuah sebutan untuk memanggil seseorang. Ia tidak memiliki bentuk. Namun, murid-murid saya dan saya terikat oleh ikrar yang sama. Kita memiliki ikrar yang saling terhubung.


Pintu Tzu Chi dibuka bagi orang-orang di dunia dan saya berharap melalui Tzu Chi, semua orang dapat bekerja sama menyelesaikan masalah-masalah di dunia. Mari kita sama-sama berusaha dengan penuh semangat untuk menjalankan misi Tzu Chi di dunia. Kita juga bertekad untuk membimbing semua makhluk dengan mengajak mereka untuk bergabung di Tzu Chi. Dengan adanya Anda, saya, dan dia, kita semua dapat berhimpun menjadi kumpulan orang banyak.

Akhir-akhir ini, kalian mungkin sering mendengar saya membahas hal ini. Jika rajin mengikuti pertemuan daring bersama saya, kalian akan menyadari bahwa saya selalu menunjukkan gerakan tangan ini. Saya membuat gerakan tiga orang yang bergabung bersama dan memiliki kesatuan hati. Inilah yang saya katakan kepada semua orang dalam beberapa hari terakhir.

Kini, saya juga menyerukan kepada semua orang untuk bersatu hati membangun sebuah ikrar besar. Mari kita terus melanjutkan Jalan Bodhisatwa, mengajak dan menginspirasi lebih banyak orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan memasuki pintu gerbang Bodhisatwa. Ini semua demi ajaran Buddha, demi semua makhluk.


Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa. Sesungguhnya, para Bodhisatwa selalu memiliki ikrar tanpa batas. Meski saya telah meninggalkan keduniawian, membangun tekad dan ikrar, serta mendirikan Tzu Chi, saya merasa masih belum menyelesaikan ikrar saya, yakni "demi ajaran Buddha, demi semua makhluk".

Makhluk hidup tak terhitung jumlahnya. Berapa banyak orang yang mendengar ajaran saya? Berapa banyak orang yang telah terinspirasi untuk menapaki Jalan Bodhisatwa? Sepertinya jumlahnya masih sangat sedikit. Inilah sebabnya saya selalu mengumpamakan diri saya sebagai semut kecil yang berikrar untuk mendaki Gunung Sumeru.

Saya seperti berdiri di tempat semula dan tidak bisa mendaki lebih tinggi. Betapa tingginya Gunung Sumeru. Apa benar saya tidak bisa mencapai puncaknya? Namun, saya berpikir kembali, "Kita harus melapangkan hati hingga bisa merangkul seluruh alam semesta." Tidak peduli seberapa luas alam semesta, asalkan saya memiliki tekad, saya bisa merangkul alam semesta. Jadi, dalam membangun tekad dan membangkitkan ikrar, yang terpenting adalah mempertahankannya.


Dalam waktu yang panjang ini, jika kita tidak giat, kita akan selamanya menjadi semut kecil yang tidak bisa pergi ke mana-mana dan tidak pernah membuat kemajuan. Saya tidak ingin menjadi semut kecil yang selalu berhenti di tempat yang sama. Meski saya adalah seekor semut kecil, saya akan berusaha mendaki ke tempat lebih tinggi.

Di usia saya sekarang ini, berapa banyak waktu saya yang masih tersisa? Namun, saya ingin menggenggam waktu di kehidupan ini. Walau hanya tersisa beberapa detik, beberapa menit, atau beberapa jam, saya akan memanfaatkannya sebaik mungkin.

Waktu bersifat tak kasatmata. Kita sama sekali tidak menyadari berlalunya setiap detik. Jika tidak mendengarkan dan menyerap ajaran Buddha ke dalam hati, kita tidak dapat membangun sebuah tekad. Jadi, kita harus membangkitkan tekad untuk memanfaatkan waktu dengan baik, bersungguh hati mendengarkan ajaran Buddha, menyerap ajaran Buddha ke dalam hati, dan membangkitkan ikrar agung. Setelah membangkitkan ikrar, kita tidak boleh berhenti hingga ikrar ini tercapai.

Menolong sesama dan berjuang demi ajaran Buddha
Relawan Tzu Chi berikrar membimbing semua makhluk
Bersama-sama tekun dan bersemangat di Jalan Bodhisatwa
Melapangkan hati untuk menaklukkan Gunung Sumeru                
                                    
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Agustus 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 23 Agustus 2022
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -