Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri Bersama di Jalan Bodhi
“Kakek Guru yang terhormat dan terkasih, selamat Tahun Baru
Imlek,” TK Cinta
Kasih Tzu Chi Houston, Texas mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek.
“Semoga Kakek Guru sehat selalu,” Sekolah Budaya Humanis Tzu Chi Houston, Texas
mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek.
“Dunia ini membutuhkan Master. Kami membutuhkan Master. Insan Tzu Chi Chicago mengucapkan
selamat Tahun Baru Imlek.
“Master, selamat Tahun Baru Imlek. Kami murid-murid di California
Utara berikrar untuk mendalami, meyakini, menerima, dan mempraktikkan Dharma, menjangkau
lebih banyak orang, dan melangkah dengan mantap untuk menyucikan hati lebih
banyak orang,” Insan
Tzu Chi California utara mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek.
“Seluruh murid Jing Si di Amerika Serikat akan lebih berani,
tekun, dan bersemangat dalam memikul bakul beras bagi dunia,” Insan Tzu Chi Amerika Serikat
mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek.
Musim semi telah tiba dan banyak orang yang melakukan
kunjungan untuk bersilaturahmi. Dengan adanya kunjungan, kita baru bisa
merasakan suasana Tahun Baru Imlek. Beberapa hari ini, saya menempuh jarak yang
sangat jauh lewat internet. Dalam waktu dua jam, saya bisa melihat berbagai
tempat di seluruh dunia. Adakalanya, saya melihat salju beterbangan dan cuaca
sangat dingin, tetapi para relawan kita penuh semangat pelatihan serta sangat
tekun. Keberanian dan ketekunan mereka terlihat dalam bagaimana mereka
menggenggam waktu. Semua orang memiliki arah yang sama, yakni Jalan Bodhi yang
lapang.
“Halo, Master. Kami bersyukur kepada Master dan para bhiksuni
Griya Jing Si atas doa kalian bagi Fuding selama ini. Master adalah nakhoda perahu
Dharma Tzu Chi. Kami sangat beruntung bisa naik ke perahu Dharma ini. Kami akan
selalu mengingat ajaran Master serta tekun mendalami Dharma dan menggarap
ladang berkah. Mari kita bersama-sama mengemban misi Tzu Chi,” Insan Tzu Chi Fuding dan staf RS Fuding
mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek.
Begitu pula dengan staf RS Fuding. Kita bisa
melihat para relawan kita, dokter, dan perawat saling mengasihi dan menyemangati.
Dari Kepala RS Ji hingga Kepala RS Li, mereka memimpin rumah sakit dengan
memperhatikan dan mengasihi para staf. Mereka menyatukan hati semua orang untuk
bersama-sama melayani pasien. Relawan Tzu Chi dan tenaga medis RS Fuding bekerja
sama untuk mewariskan ajaran Jing Si. Dengan semangat budaya humanis dan
kekuatan cinta kasih, mereka mengulurkan tangan untuk melenyapkan penderitaan
semua makhluk.
Kekuatan cinta kasih terbentuk saat semua orang
bekerja sama untuk bersumbangsih dengan cinta kasih. Inilah yang disebut
bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Dengan saling
mengasihi dan membantu, barulah antarmanusia bisa berinteraksi dengan harmonis.
Dengan adanya keharmonisan, barulah semua orang bisa bersatu hati. Ini bisa
terwujud karena semua orang memiliki tujuan yang sama, yakni bersumbangsih dengan
cinta kasih tanpa pamrih.
Cinta kasih tanpa pamrih merupakan sumber
kekuatan untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis dan membebaskan dunia dari
bencana. Untuk itu, kita harus menyucikan hati manusia. Semua orang harus
bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Setiap orang
memiliki potensi. Dalam bergotong royong, kita jangan hanya mementingkan
potensi diri sendiri, tetapi juga harus memikirkan potensi orang lain agar bisa
menyeimbangkan potensi kita dengan orang lain.
Jangan terlalu mengkhawatirkan diri sendiri. Jika
tidak, kita akan kehilangan banyak kesempatan. Jangan merasa bahwa diri sendiri
tidak sebaik orang lain, lalu berhenti bersumbangsih. Jika demikian, kita
selamanya tidak akan maju dan waktu kita akan berlalu sia-sia. Ini sangat
menakutkan. Dalam melatih diri, kita harus maju selangkah demi selangkah dengan
tekun dan bersemangat. Jangan meremehkan setiap langkah kecil. Semuanya
merupakan peringatan bagi kita. Anak-anak memiliki cara tersendiri untuk
mengingatkan kita dan lansia juga memiliki cara tersendiri untuk membimbing
kita mendalami Dharma.
Relawan sekalian, jika kalian bersungguh hati, maka
segala sesuatu di dunia ini adalah Dharma. Jika kita mendengar dengan sepenuh
hati, maka setiap suara adalah Dharma. Jadi, janganlah kita melewatkan
kesempatan untuk mendalami Dharma. Kita harus sangat bersungguh hati. Meski
tidak pergi ke luar, saya selalu menggenggam kesempatan. Saya memperhatikan setiap
batang rumput dan pohon serta setiap gerakan dan suara. Jadi, kita harus
menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa
kebijaksanaan. Kita harus mewujudkannya.
Kita sungguh harus menggenggam waktu dan ruang
yang ada karena hidup ini tidaklah kekal. Bumi terus mengalami perubahan. Saat
unsur tanah tidak selaras, gempa bumi akan terjadi. Metabolisme tubuh manusia juga
terus berjalan tanpa henti. Ini juga merupakan proses perubahan. Begitu pula
dengan pikiran kita. Jadi, di dunia ini, baik yang berwujud maupun tak
berwujud, semuanya tidak terlepas dari perubahan.
Ketidakselarasan bisa menimbulkan penyakit. Saat
unsur tubuh tidak selaras, kita akan jatuh sakit. Saat unsur alam tidak
selaras, bencana alam akan terjadi. Singkat kata, kita harus memahami kebenaran
secara mendalam. Untuk itu, kita harus bersungguh hati. Kita harus menggenggam
waktu yang ada untuk memahami bahwa segala sesuatu di alam semesta mengalami
perubahan. Jika kita tidak menyadari kebenaran ini, maka waktu kita akan berlalu
sia-sia.
Kita harus sungguh-sungguh memahami kebenaran agar
bisa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Segala sesuatu tidak dapat dibawa pergi, hanya
karma yang selalu menyertai. Bagaimana kita menggunakan waktu dari masa
kanak-kanak hingga kita tua, jatuh sakit, dan mati? Jika tidak bersungguh hati,
waktu kita akan berlalu sia-sia.
Relawan sekalian, kita harus menggenggam waktu untuk
menjalin jodoh baik dengan sesama dan mendengar Dharma. Setelah mendengar
Dharma, kita harus menyerapnya ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam
keseharian, baru bisa memperoleh pencapaian. Ini bagaikan saat makan, makanan
harus dicerna, barulah kita bisa memperoleh gizinya. Setelah dicerna, makanan
baru bisa membawa manfaat bagi tubuh kita. Sebaliknya, jika kita tahu bahwa
makanan itu bergizi, tetapi tidak ingin memakannya atau tidak sanggup
mencernanya, maka tubuh kita tidak akan memperoleh manfaat.
Singkat kata, kesehatan jiwa kebijaksanaan bergantung
pada bagaimana kita menyerap dan mempraktikkan Dharma. Dengan menyerap gizi
makanan, barulah tubuh kita bisa memperoleh manfaat. Begitu pula dengan jiwa
kebijaksanaan.
Relawan di berbagai negara yang jauh mengucapkan
selamat Tahun Baru Imlek
Melatih diri bersama di Jalan Bodhi
yang lapang
Staf RS Fuding melenyapkan penderitaan
dan mewariskan ajaran Jing Si
Menumbuhkan
jiwa kebijaksanaan tanpa menyia-nyiakan waktu
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Februari 2018