Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri dalam Jangka Panjang dengan Kesadaran Tak Terbatas
Bodhisatwa sekalian, dalam bab Panjang Usia Tathagata dari
Sutra Bunga Teratai, Buddha berkata bahwa setiap orang memiliki kesadaran yang
tak terbatas. Ini karena saat Buddha mencapai pencerahan, kesadaran-Nya menyatu
dengan alam semesta. Dengan kesadaran dan kebijaksanaan yang seluas samudra, Buddha
tiba-tiba menyadari bahwa semua makhluk memiliki kesadaran dan kebijaksanaan yang
setara dengan Buddha. Kesadaran dan kebijaksanaan ini tak berkurang pada makhluk
awam dan tak bertambah pada makhluk berkesadaran.
Jadi, kebijaksanaan dan kesadaran Buddha tidak melebihi kita.
Kebijaksanaan dan kesadaran kita juga tidak kalah dari Buddha. Hanya saja, kita
diselimuti oleh kegelapan dan noda batin sehingga kebijaksanaan kita tidak bisa
bersinar. Buddha telah melenyapkan segala kegelapan dan rintangan batin. Setelah
melenyapkan semua itu, kecemerlangan jiwa kebijaksanaan Buddha menyatu dengan
matahari, bulan, dan seluruh alam semesta.Inilah tingkat kesadaran Buddha.
Buddha mengulas tentang usia kehidupan yang tidak terbatas dan
menjadikan hidup-Nya sebagai contoh. Sesungguhnya, kesadaran kita juga tidak
terbatas. Sesungguhnya, saat berusia 80 tahun, Buddha mencapai parinirvana karena
Beliau lahir di alam manusia dan harus hidup sesuai hukum alam. Namun, Buddha
menyampaikan pada orang-orang bahwa panjang usia Buddha tidak terbatas.
Di kehidupan-kehidupan sebelumnya, Buddha memiliki kesadaran
yang jernih dan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan berulang kali kembali ke alam
manusia untuk menjangkau makhluk yang menderita. Buddha terus-menerus
bersumbangsih. Setelah jalinan jodoh-Nya matang, Beliau akhirnya mencapai
kebuddhaan. Beliau ingin memberi tahu kita bahwa semua orang memiliki kesadaran
dan kebijaksanaan seluas samudra. Karena itu, kita hendaknya yakin pada ajaran
Buddha dan mempraktikkannya dalam keseharian.
Berhubung berkesempatan terlahir sebagai manusia dan
mendengar Dharma di kehidupan sekarang, kita hendaknya bersungguh-sungguh menyelami
Dharma dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menumbuhkan jiwa
kebijaksanaan. Agar bisa menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari, kita
harus terus-menerus membasahi ladang batin kita dengan Dharma. Tanpa tetes demi
tetes Dharma, jiwa kebijaksanaan kita akan layu. Tanpa air, benih tidak akan
bertumbuh.
Tidak mudah terlahir sebagai manusia. Kita harus
bersungguh-sungguh menyerap Dharma dan menumbuhkan akarnya. Kita harus memperdalam
akar Dharma di dalam ladang batin kita. Kini, kita berkesempatan untuk
mempelajari ajaran Mahayana. Jadi, kita harus menghargai, menerima, dan
mempraktikkannya untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita serta berikrar untuk
menjadi makhluk berkesadaran, yakni Bodhisatwa, dari kehidupan ke kehidupan.
Di kehidupan sekarang, kita harus terus bersumbangsih dan
mendengar Dharma agar bisa mempertahankan jiwa kebijaksanaan kita di kehidupan
mendatang. Saya berharap kalian bisa sepenuh hati mengingat apa yang saya katakana
dan sungguh-sungguh memahaminya. Beberapa tahun belakangan ini, saya melihat
bagaimana orang-orang menua seiring berlalunya waktu. Seiring bertambahnya
usia, tubuh manusia juga mengalami perubahan. Meski demikian, kita tetap harus membangun
ikrar untuk berdiri tegap dan membusungkan dada untuk melangkah maju.
Dengan pengalaman yang kita miliki, kita hendaknya tidak
pensiun. Mari kita turut mengambil bagian untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa.
Kita mendalami Dharma demi diri sendiri. Ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa
kebijaksanaan kita. Kini kita memiliki konsep “Bank Usia”. Dahulu, kita telah
terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih bagi orang banyak. Kini, mari
kita menabung 50 tahun di dalam “Bank Usia” dan bersumbangsih dengan semangat seorang
remaja, anak muda, ataupun kaum paruh baya.
Janganlah kita menjauh dari masyarakat karena hanya di
tengah masyarakatlah, kita bisa menjalin jodoh Dharma yang mendalam dengan
semua makhluk. Dengan demikian, kelak mereka akan dipenuhi sukacita saat
melihat kita. Saya juga sering berkata bahwa dalam hidup ini, saya sangat
bersyukur telah menjalin jodoh baik dengan kalian semua di kehidupan lampau sehingga
kalian merasakan sukacita saat melihat saya sekarang. Begitu saya melambaikan
tangan, kalian langsung mengikuti langkah saya. Ini semua berkat jalinan jodoh.
Hingga akhir hayat, mereka tetap tidak meninggalkan saya. Saat mereka terlahir kembali, mereka tetap bisa menemukan saya. Saat saya terlahir kembali, Saya juga bisa menemukan mereka. Jadi, jalinan jodoh sungguh mengagumkan. Kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk menjalin jodoh Dharma yang mendalam. Meski sudah lanjut usia, kita juga bisa membimbing tetangga. Jika tidak memiliki aktivitas di rumah, relawan kita lebih memilih
untuk pergi ke kantor Tzu Chi. Jika ada orang yang
berkunjung, kita bisa berbagi tentang Tzu Chi. Ini juga termasuk membimbing
orang lain.
Jadi, dengan tindakan nyata, Bodhisatwa menjangkau semua
makhluk yang menderita. Segala yang kita lakukan di komunitas bertujuan untuk
membawa manfaat bagi semua orang di seluruh dunia. Para Bodhisatwa memahami Jalan
Agung, menyelami Sutra, membentangkan Jalan Agung, dan meratakan jalan bagi
orang-orang di seluruh dunia. Jadi, kita harus giat mempraktikkan jalan
kebenaran dan mewariskan sumsum Dharma dengan Empat Ikrar Agung.
Kita harus menyerap sumsum Dharma untuk menumbuhkan jiwa
kebijaksanaan. Jadi, kita harus mewariskan sumsum Dharma dengan Empat Ikrar
Agung dan bersungguh-sungguh membentangkan Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita juga
harus mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan dengan Empat Pikiran Tanpa
Batas.
Kita harus membangkitkan Empat Pikiran Tanpa Batas. Janganlah
membatasi diri sendiri. Kita harus terus bersumbangsih. Inilah arah tujuan
kita, yakni ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan; cinta kasih,
welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Setiap orang hendaklah senantiasa
bersungguh hati.
Menyelami Dharma untuk menumbuhkan jiwa
kebijaksanaan
Jalinan jodoh sungguh tak terbayangkan
Membina berkah dan kebijaksanaan dengan konsep “Bank Usia”
Giat melatih diri dari waktu ke waktu dan mewariskan
sumsum Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Maret 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Maret 2018