Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri dan Mengurai Jaring Kesesatan

“Bagaimana saya melakukannya sendiri? Saya sudah 74 tahun, tidak ada tenaga lagi,” ujar kakek Jiang yang berusia 74 tahun dan mengalami strok.

“Kamu lihat mana barang yang masih diperlukan. Yang ini mau, yang ini tidak mau,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Waktu kami masuk, aromanya sungguh pekat. Jadi, kami pelan-pelan terlebih dahulu membawanya pergi ke dokter, lalu membawakan makanan untuknya. Kami mulai dari memberinya perhatian hingga dia percaya pada kami, barulah dia mengizinkan kami membersihkan rumahnya. Sesungguhnya, ini tidak mudah,” ucap salah seorang relawan Tzu Chi lainnya.

“Semuanya dipindahkan sampai habis,” ujar kakek Jiang.

“Tidak dipindahkan, mereka hanya mengeluarkan pesawat televisi,” jawab relawan Tzu Chi.

“Namun, kami juga mengerti perasaannya. Barang-barang ini telah bersamanya selama puluhan tahun. Dia tentu tidak menerima jika semuanya langsung dibersihkan. Kita tetap harus menghormatinya,” kata Li Shu-qing, relawan Tzu Chi.

Akibat kegelapan batin dalam kehidupan ini, manusia melakukan berbagai perbuatan yang membawa pada kesesatan. Jaring kesesatan ini membelenggu batin kita. Jaring ini sulit untuk terurai sehingga pikiran sulit untuk melepas. Lapis demi lapis noda batin menutupi batin kita. Berbagai hal dan masalah telah menambah tebal jaring dan kegelapan batin ini sehingga kita memelihara tabiat buruk.


Kegelapan batin dan tabiat ini tidak semata-mata berasal dari luar diri, melainkan juga terpupuk di dalam diri. Ia bertambah dari luar dan dalam dan membuat kita menciptakan lebih banyak karma buruk sehingga kita terbelenggu rangkaian sebab akibat. Bayangkan, bukankah ini membuat kita risau? Bayangkan, bagaimana kita bisa mengurangi kerisauan dan noda batin ini serta mengikis tabiat buruk kita?

Tiada cara lain, kita harus melatih diri. Untuk itu, Buddha memberi kita sebuah arah agar kita memahami bagaimana jaring dari luar ini terbentuk. Bagaimana pula ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan  yang merupakan tabiat buruk kita terbentuk?

Tabiat buruk kita sendiri sangat banyak. Meski kita memutuskan untuk melatih diri, tetapi kita tidak sanggup menahan penderitaan dan tidak dapat mengikis keakuan. Kita melekat pada berbagai hal dan tidak mampu menahan diri. Kita tak mampu mengendalikan diri dan tidak mampu menahan godaan dari luar. Jadi, jaring ini membelenggu dari luar dan dalam sehingga diri kita semakin tersesat.

“Saat manusia memiliki ketergantungan terhadap teknologi, mungkin saat ponsel tertinggal di rumah, ada orang mengalami fobia kehilangan ponsel. Mereka langsung pulang untuk mengambilnya. Ini adalah kecanduan terhadap teknologi. Jika tidak membawa ponsel atau tidak ada jaringan internet di ponsel, orang bisa merasa frustrasi, galau, atau tertekan,” jelas Anna Lucia King, ahli psikologi.

“Teman-teman di sekitar saya bisa melihat aplikasi pesan pada ponsel merugikan saya. Selain mengirim pesan, saya juga terus melihat-lihat pesan yang ada. Ini memengaruhi prestasi akademis saya. Saya tak bisa menahan diri untuk terus melihat ponsel. Intinya, ia merusak kehidupan saya,” kata seorang anak remaja.

Dunia ini sungguh dipenuhi lima kekeruhan. Manusia menyesatkan diri sendiri. Kini, sangat jelas terlihat bahwa manusia telah terbelenggu oleh jaringan internet. Setiap orang bisa membuat halaman web di mana-mana. Bayangkan, ini adalah jaring kesesatan. Manusia telah menyesatkan diri dan pikiran sendiri.


Baik orang yang berpengetahuan, tak berpengetahuan, pandai, cerdas, maupun bodoh, semua tidak lagi mampu membedakan. Semua telah terbelenggu oleh jaring ini. Inilah kekeruhan. Manusia menjadi bagai burung yang terjaring. Ini sungguh memprihatinkan. Mengapa kehidupan manusia menjadi seperti ini?

Saya tetap harus bicara meskipun tak berdaya. Berhubung kondisinya sudah seperti ini, bukankah kita harus sungguh-sungguh mencari dan memahami Dharma?

“Dahulu saya penuh ketamakan, kebencian, kebodohan, kemelekatan, dan pikiran negatif. Kini saya benar-benar bertobat. Jika saat masih muda saya dapat bertemu ajaran Buddha di Tzu Chi, hari ini saya pasti tidak seperti ini,” kata seorang narapidana.

“Setelah keluar, saya berharap bisa menjadi seperti insan Tzu Chi yang memiliki cinta kasih untuk membantu orang yang membutuhkan. Inilah yang paling saya harapkan. Semoga saya kelak juga menjadi insan Tzu Chi,” ungkap seorang narapidana lainnya.

“Saya sampai mau bunuh diri karena sangat depresi. Setiap hari saya mengkonsumsi obat paramex dan pikiran saya selalu ingin terjun dari lantai 3 gedung apartemen. Orang-orang bilang kepada saya untuk jangan bunuh diri, nanti anak saya yang sengsara,” ucap Akhiong, relawan Tzu Chi.

“Dulu saya sering diremehkan orang. Namun, sejak saya masuk Tzu Chi, saya lebih dihargai dan hal itu membuat saya semangat lagi,” tambah Akhiong.

Kita seharusnya sangat percaya bahwa setiap orang memiliki ladang batin yang harus digarap sendiri. Ini meliputi ingatan kita, pengetahuan kita, tabiat kita. Hal apa yang ingin kita ingat? Benih apa yang ingin kita tanam dalam hati? Apakah benih yang baik atau yang buruk?

Kita telah mempelajari ajaran Buddha dan memahami hukum sebab akibat. Kita tahu benih apa yang harus ditanam dalam ladang batin ini. Jadi, kini kita harus meyakinkan diri sendiri untuk menggarap ladang batin dan menyebarkan benih kebajikan. Kita harus menyebarkan benih kebajikan sendiri. Kita harus melatih diri sesuai Dharma. Artinya, kita harus mengubah tabiat buruk masa lalu.

Jangan biarkan pikiran kita sendiri tersesat. Sungguh-sungguhlah mempraktikkan Dharma dan senantiasa melatih diri. Belakangan ini saya terus mengatakan bahwa kita harus membuka dan membentangkan jalan. Kita harus mengarah pada ladang pelatihan diri. Kita hendaknya sungguh-sungguh mendengar dan menyerap Dharma ke dalam hati serta membagikannya kepada orang lain.


Buddha selamanya membimbing kita untuk mengajarkan cara membebaskan semua makhluk dari derita. Kita harus memiliki ketahanan dan kesabaran serta mengubah tabiat buruk diri sendiri. Kita juga harus bersumbangsih.

Dengan bersumbangsih, kita juga akan memperoleh manfaatnya. Inilah praktik Bodhisattva. Kita memiliki jodoh untuk melatih diri. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh memahami bahwa Bodhisattva harus terus menjalankan praktik nyata di masyarakat hingga mencapai kebuddhaan. Inilah arah yang kita tuju.

 

Belenggu batin datang dari dalam dan luar diri

Dunia telah dipenuhi lima kekeruhan.

Melatih diri sesuai Dharma untuk mengubah tabiat buruk

Menyebarkan benih kebajikan di ladang batin

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 Desember 2018

Editor: Stefanny Doddy

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -