Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri demi Menjalankan Ikrar Agung
Lewat video ini, kita bisa mendengar napas berat perempuan ini. Setiap hari, dia harus mendaki gunung untuk mengambil air. Setiap hari, dia melakukan satu kali perjalanan untuk mengambil dua ember air demi kebutuhan keluarganya. Kita juga melihat mereka mendaur ulang air untuk mencuci tangan dan wajah. Mereka menggunakan air yang sama hingga airnya menjadi keruh. Manusia tidak bisa bertahan hidup tanpa air karena air adalah sumber kehidupan bagi bumi dan manusia.
Manusia bisa bertahan berhari-hari tanpa makanan, tetapi tidak tanpa air. Begitu pula dengan bumi. Jadi, air merupakan sumber kehidupan. Kita bisa melihat sejarah hari ini pada 20 tahun yang lalu. Saat itu, Gansu, Tiongkok dilanda kekeringan parah. Karena itu, di beberapa kabupaten di wilayah pegunungan, relawan kita menggali lubang yang besar dan dalam di samping rumah warga untuk membangun tempat penampung air.
Tempat penampung air ini dapat digunakan untuk menampung air saat turun hujan. Selain itu, juga bisa menampung air lelehan salju pada musim dingin. Selama beberapa tahun, kita telah membangun hampir 20.000 tempat penampung air di Gansu. Ini mengatasi kesulitan banyak orang. Namun, beberapa tahun kemudian,kondisi iklim berubah. Meski terdapat tempat penampung air, tetapi hujan tak kunjung turun. Kita sangat khawatir melihatnya.
Berhubung kondisi di wilayah pegunungan sangat mengkhawatirkan, kita pun memutuskan untuk merelokasi warga. Dahulu, di wilayah pegunungan, para lansialah yang membesarkan cucu-cucu mereka. Ke manakah mereka yang berusia paruh baya dan muda? Mereka meninggalkan kampung halaman untuk mencari nafkah. Jadi, kita merelokasi warga ke kaki gunung di sekitar Sungai Kuning agar mereka bisa memanfaatkan air sungai untuk irigasi.
Dengan tenaga listrik, air Sungai Kuning dipompa ke stasiun pompa air pertama, lalu ke stasiun pompa air kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Saat pemerintah setempat membangun stasiun pompa air ini, Tzu Chi mendirikan rumah dan sekolah untuk merelokasi warga sehingga anak-anak bisa bersekolah. Di sana didirikan sekolah dasar dan menengah. Perumahan yang kita bangun juga berdekatan dengan pabrik. Jadi, para orang tua bisa bekerja di pabrik dan tetap berada di sisi keluarga mereka. Jadi, masalah pendidikan dan pekerjaan teratasi, kehidupan mereka pun membaik.
Di Gansu, kita mendirikan dua Perumahan Cinta Kasih. Kondisi kehidupan seluruh warga di sana mengalami peningkatan. Mereka juga bisa bercocok tanam. Dengan air yang dipompa dari Sungai Kuning, mereka bisa menanam tanaman bernilai tinggi, seperti goji. Jadi, kehidupan mereka telah membaik. Relawan kita sering mengunjungi mereka, terlebih pada hari raya. Jadi, asalkan ada Bodhisatwa yang menabur benih Tzu Chi, maka akan terbentuk hutan Bodhi yang hijau di sana. Orang-orang bisa berteduh di bawah pohon Bodhi dan memperoleh manfaat darinya.
Waktu berlalu dengan cepat. Hari ini adalah hari bersejarah Tzu Chi. Insan Tzu Chi masih mencurahkan perhatian di Gansu hingga kini. Saya sangat terharu. Selain itu, juga ada sejarah lain yang sangat penting. Pada tanggal 25 April 2015, Nepal diguncang gempa bumi yang menewaskan ribuan orang. Saat itu, Tzu Chi turut menyalurkan bantuan bencana. Setelah menyalurkan bantuan bencana, kita meminta insan Tzu Chi Malaysia untuk mencurahkan perhatian jangka panjang.
Di sana, ada sebuah vihara yang bernama Vihara Thrangu Tara. Pascagempa, rupang Buddha di dalam vihara tetap di tempatnya, tetapi kepalanya menghadap ke timur. Saat itu, pihak vihara meminta Tzu Chi untuk membantu mereka. Jadi, saya memercayakan tugas ini pada insan Tzu Chi Malaysia. Ini membutuhkan banyak waktu. Akhirnya, tiga tahun kemudian, pada tanggal 25 April, insan Tzu Chi Malaysia diundang ke sana untuk menghadiri upacara peresmian vihara. Mereka sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi yang dengan penuh cinta kasih memperhatikan dan menenangkan mereka. Vihara tersebut bisa diperbaiki, mereka sangat bersyukur.
Kemarin, kita juga melihat pemerintah Kabupaten Hualien dan para pemuka agama Buddha mengadakan acara doa yang sangat menyentuh. Acara berlangsung dengan khidmat. Ada banyak guru Dharma yang hadir untuk menyebarkan ajaran Buddha di Hualien. Saya sangat tersentuh. Insan Tzu Chi bertanggung jawab sebagai tim pelayanan. Semua orang sangat kompak dan tertib. Karena itu, saya dipenuhi sukacita dalam Dharma dan sangat bersyukur.
Di dunia yang mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur ini, kita bisa saja mengalami bencana yang sangat serius. Karena itu, kita harus waspada dan sungguh-sungguh mengasihi alam. Kita hendaknya berkontribusi bagi alam karena hidup kita bergantung pada alam. Kita harus bersyukur, membalas budi, dan berkontribusi bagi alam. Inilah cinta kasih. Demikianlah kita memberi persembahan pada alam. Pahala seperti ini sangat besar. Sungguh, kita harus menghormati alam. Untuk itu, kita harus melatih diri. Inilah cara terbaik untuk membalas kebaikan alam dan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Membangun tempat penampung air dan merelokasi warga
Hidup tenteram dan bahagia bersama keluarga
Membantu memperbaiki vihara dan menghadiri upacara peresmian
Melatih diri demi menjalankan ikrar agung
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 April 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie
Ditayangkan tanggal 2 Mei 2018