Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri dengan Bijaksana

“Karena kekurangan oksigen saat lahir, anak saya muntah terus. Kerabat dan teman-teman saya menyarankan untuk berdoa kepada dewa semoga dia bisa berhenti muntah. Kami juga mendonasikan sedikit uang. Semakin lama, uang yang didonasikan semakin besar,” kata Kakak Fang Rong-hui.

“Kami terjebak semakin dalam dan ditipu banyak uang dalam waktu dua hingga tiga tahun. Kami pun kehabisan uang. Saya sangat marah. Saya mengambil map-map di atas meja dan memukul suami saya dengannya. Kemudian, saya menderita gangguan panik. Keesokan harinya, telapak kaki saya berkeringat dan tubuh saya tak bisa berhenti gemetar,” kata kata Kakak Fang Rong-hui lagi.

“Kebetulan, relawan Tzu Chi mengunjungi kami dan mengajak istri saya pergi ke posko daur ulang. Karena berinteraksi dengan orang lain, dia menjadi lebih tenang dan relaks,” kata You Su-qin, relawan Tzu Chi.

“Setelah melakukan daur ulang, saya merasa bahwa kondisi saya menjadi lebih baik karena memfokuskan diri pada hal lain. Dokter saya perlahan-lahan mengurangi dosis obat saya hingga akhirnya saya tidak perlu berobat lagi,” kata You Su-qin, relawan Tzu Chi.

“Kegiatan daur ulang menyelamatkan istri saya, juga menyelamatkan kami sekeluarga. Karena itu, tentu saja saya juga bergabung dengan Tzu Chi. Sebelumnya, saya beranggapan bahwa asalkan saya berkontribusi, maka saya akan memperoleh balasan. Namun, jangan merasa dengan berdonasi, kita bisa mengubah kekuatan karma atau memperoleh balasan. Seperti yang Master katakan, kita harus bersumbangsih tanpa pamrih dengan keyakinan dan pikiran benar,” kata Fang Rong-hui, relawan Tzu Chi.


Saya sering memberi tahu kalian untuk menjaga pikiran dengan baik. Kita harus bersungguh hati membina pikiran benar. Kita harus memperhatikan pikiran kita. Jangan sampai kita berpikiran menyimpang. Jadi, kita harus berusaha. Kita harus berusaha menciptakan pahala. Dengan menjaga pikiran kita di arah yang benar, perbuatan kita tidak akan menyimpang.

Dengan pikiran benar, kita tidak akan salah dalam menilai orang atau melakukan sesuatu. Pikiran benar sangatlah penting. Kita harus bersungguh hati dalam berpikir. Kita harus mendengar, merenungkan, dan mempraktikkan Dharma serta melatih sila, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Kita harus mendengar, merenungkan, dan mempraktikkan Dharma serta melatih sila, konsentrasi, dan kebijaksanaan.

Saat mendengar Dharma, kita harus sungguh-sungguh merenungkannya. Jangan mendengar Dharma dengan hati yang gelisah. Dengarlah Dharma dengan saksama dan tulus. Inilah yang disebut kesaksamaan dan ketulusan hati. Jika kita mendengar Dharma dengan saksama dan tulus, maka Dharma akan meresap ke dalam hati dan bisa dipraktikkan. Karena itulah, disebut mendengar, merenungkan, dan mempraktikkan Dharma.


Setelah menyerap Dharma ke dalam hati dengan saksama dan tulus, kita bisa bersungguh-sungguh merenungkan makna Dharma. Dari mana pikiran benar berasal? Dari keyakinan dan pemahaman benar. Dengan keyakinan dan pemahaman benar, kita baru bisa memahami kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan, kita bagaikan sebuah perahu yang tidak bisa berlabuh. Meski sudah lama berlayar, tetapi tanpa arah tujuan, bagaimana kita bisa berlabuh? Hanya kebijaksanaan yang bisa membantu.

Lima Paramita pertama juga dapat membantu pelatihan diri kita. Namun, yang terpenting adalah kekuatan yang menunjukkan arah, yaitu kebijaksanaan. Bijaksana berarti memiliki keyakinan dan pemahaman benar. Setiap orang bisa mempraktikkan dana, sila, kesabaran, dan ketekunan. Namun, bagaimana membangkitkan kebijaksanaan? Saat mempraktikkan lima Paramita pertama, tanpa keyakinan dan pemahaman benar, kita mudah melekat pada pahala.

Orang-orang hanya berpikir bahwa bersumbangsih akan mendatangkan pahala. Bersumbangsih memang akan mendatangkan pahala bagi kita di alam manusia dan surga, yakni terlahir kembali sebagai manusia atau menikmati berkah surgawi. Namun, tujuan kita melatih diri bukan hanya untuk membina berkah, tetapi juga membina kebijaksanaan. Jadi, kebijaksanaan sangat penting. Kita harus membina berkah sekaligus kebijaksanaan. Dengan keyakinan dan pemahaman benar, kita bisa membina berkah sekaligus kebijaksanaan.


Tanpa keyakinan dan pemahaman benar, kita hanya bisa membina berkah, tidak bisa membina kebijaksanaan. Jadi, keyakinan dan pemahaman benar sangat penting. Dengan keyakinan dan pemahaman benar, kita baru bisa membuka pintu kebijaksanaan. Kita harus merenung dengan pikiran benar dan tenang tentang cara berdana. Setelah berdana, bagaimana sikap kita? Bolehkah kita melekat dan memperhitungkan pahala kita? Tidak. Kita harus melepas kemelekatan dan sikap perhitungan. Kita hendaknya sepenuh hati bersumbangsih untuk membawa manfaat bagi sesama.

“Saat gigi kita bermasalah, bagaimana mengatasinya. Jadi, saya sangat bersyukur. Wah, sungguh berbeda. Saya bisa tersenyum dan merasa bahagia. Itu sungguh luar biasa,” kata Jenny De Voit, warga Tara.

“Kami mendapati bahwa setelah dipasangi gigi palsu, pasien merasa sangat gembira. Selain terbebas dari rasa sakit, mereka juga bisa kembali tersenyum. Membuat pasien kembali merasa percaya diri adalah hal terbaik bagi kami,” ujar Wang Shang-yuan, Dokter gigi TIMA.

Setelah bersumbangsih, kita merasa tenang dan damai serta tidak melekat pada apa pun. Inilah jalinan jodoh baik yang sesungguhnya. Jalinan jodoh baik berasal dari membawa manfaat bagi orang banyak tanpa kemelekatan. Secara sederhana, ini berarti bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus bersyukur. Bersyukur berarti dipenuhi sukacita. Bersumbangsih tanpa pamrih

berarti tidak melekat. Dengan bersyukur, kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Ini semua adalah Dharma yang sederhana. Dengan mempraktikkannya, kita akan merasa tenang dan damai.

Terhadap kebajikan yang sudah dilakukan, kita tidak boleh melekat. Sebaliknya, kita harus dipenuhi rasa syukur dan sukacita. Dengan begitu, kita akan merasa tenang dan damai. Jika bisa demikian, kita bisa melatih konsentrasi. Bersumbangsih tanpa kemelekatan dengan hati penuh rasa syukur dan sukacita, itulah konsentrasi.

Dengan mempraktikkan dana dan kesabaran, kita bisa membina ketekunan. Dengan bersikap tekun, memahami Dharma, tidak melekat, serta dipenuhi rasa syukur dan sukacita dalam Dharma, secara alami hati kita akan tenang. Inilah yang disebut konsentrasi benar yang dipenuhi sukacita dalam Dharma. Ini sangat mudah. Setiap orang hendaknya bisa melakukannya dan membina kebijaksanaan darinya. Tentu saja, ini harus dipraktikkan dalam jangka panjang, bukan jangka pendek.

Semua yang kita lakukan adalah menciptakan berkah bagi dunia dan membawa manfaat bagi semua makhluk tanpa kemelekatan. Sebaliknya, kita merasa bersyukur dan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Inilah yang disebut berkah. Jadi, kita harus berikrar untuk menapaki jalan kebenaran tertinggi Buddha. Kita bukan hanya berharap dipenuhi berkah duniawi, tetapi juga berharap dapat menapaki jalan kebenaran tertinggi Buddha. Inilah arah tujuan pelatihan diri kita.

Melenyapkan belenggu batin dengan keyakinan dan pikiran benar

Melatih diri dengan bijaksana

Memperoleh kedamaian dengan membawa manfaat bagi orang banyak

Berikrar menapaki jalan kebenaran tertinggi Buddha

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 8 Mei 2018
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -